Selasa, 19 Juni 2012

Strategi belajar mengajar


RESUME

STRATEGI BELAJAR MENGAJAR GEOGRAFI

















Disusun oleh

                                  Nama                                 :  Antoni Saputra
                                  Nim                                     :  2010 133 055
                                  Kelompok                           :  8
                                  KELAS                               : 4.B
                                  Mata kuliah                         : Strategi Belajar Mengajar Geografi
                                  Dosen pembimbing            : Drs. Budiono Marihan, M.Si










FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PENDIDIKAN GEOGRAFI
UNIVERSITAS PGRI PALEMBANG
2012






BAB I
HAKIKAT  STRATEGI BELAJAR MENGAJAR

1.1  KONSEP DAN PRINSIP BELAJAR DAN PEMBELAJARAN

1.1.1 Konsep Belajar Dan Pembelajaran
  • Belajar mrupakan proses yang dilakukan seseorang untuk merubah pola prilaku, pengetahuan, dan pemahaman ke arah yang lebih baik.
  • Pembelajaran merupakan interaksi yang berlangsung dalam suatu sistem sehingga terjadi perubahan, perkembangan baik secara psykologis maupun secara psiologis.

1.1.2 Prinsip Belajar dan Pembelajaran
a. Perhatian dan Motivasi
Perhatian dan motivasi merupakan dua aktivitas yang memiliki keterkaitan yang sangat erat. Untuk menumbuhkan perhatian diperlukan adanya motivasi. Sejumlah penelitian menunjukkan bahwa hasil belajar pada umumnya meningkat jika anak memiliki motivasi yang kuat untuk belajar. Motivasi merupakan tenaga pendorong bagi seseorang agar memiliki energi atau kekuatan melakukan sesuatu dengan penuh semangat. Motivasi dapat dibedakan menjadi dua yaitu:
1.      Motivasi internal/intrinsik adalah dorongan dari dalam diri individu untuk melakukan suatu aktivitas. Contoh, seorang siswa mempelajari pelajaran Fisika dengan sungguh-sungguh karena terdorong untuk memperoleh atau mendalami pengetahuan mata pelajaran tersebut.
2.      Motivasi eksternal/eksternal adalah dorongan yang berasal dari luar diri individu. Contoh, Tono seorang murid sekolah dasar, berusaha belajar dengan sungguh-sungguh untuk mendapatkan nilai yang tinggi pada mata pelajaran Matematika, misalnya karena orang tuanya menjanjikan akan memberikan hadiah bilamana ia mendapatkan nilai yang tinggi pada mata pelajaran terebut.
b. Keaktifan
Bahwa belajar adalah menyangkut apa yang harus dikerjakan siswa untuk dirinya sendiri, maka inisiatif harus datang dari siswa sendiri. Guru sekadar pembimbing dan pengarah.
c. Keterlibatan Langsung
Dalam belajar melalui pengalaman langsung siswa tidak sekadar mengamati langsung tetapi ia harus menghayati, terlibat langsung dalam perbuatan, dan bertanggung jawab terhadap hasilnya.
d. Tantangan
Dalam situasi belajar siswa mempunyai suatu tujuan yang ingin dicapai, tetapi selalu terdapat hambatan dalam mempelajari bahan belajar. Maka timbullah motif untuk mengatasi hambatan tersebut dengan mempelajari bahan belajar tersebut.
e. Balikan dan Penguatan
Siswa akan belajar lebih bersemangat apalagi hasil yang baik akan merupakan balikan yang menyenangkan dan berpengaruh untuk usaha belajar slanjutnya. Namun  dorongan belajar itu tidak saja oleh penguatan yang menyenangkan tetapi juga tidak menyenangkan.
f. Perbedaan Individual
Perbedaan individual ini beerpengaruh pada cara dan hasil belajar siswa. Oleh karena itu, perbedaan individu perlu diperhatikan oleh guru dalam pembelajaran.

1.2  VARIABEL STRATEGI BELAJAR MENGAJAR
a.       Siswa
            Siswa adalah peserta didik yang mengikuti kegiatan belajar mengajar padajenjang pendidikan tertentu siswa yang memiliki karateristik tertentu, baik fisiologi maupun pisikologi. 
Sedang yang paling penting dalam proses pembelajaran ialah siswa sebab tujuan yang harus dicapai dari proses tersebut ialah perubahan prilaku sebab tujuan yang harus dicapai dari proses tersebut ialah perubahaan prilau siswa. Oleh karena itu dalam memilih strategi belajar mengajar.
b.      Alat dan sumber
            Alat bantu (media) pengajaran adalahalat yang dapat di gunakan untuk meningkatkn efektifitas dan efisiensi proses-proses pencapaian tujuan dan memperjelas serta mempermudah bahan pelajaran yang disajiankan kepada siswa.
Alat yang menjadi pertimbangan kita didalam memilih dan menggunakan strategi belajar mengajar ialah alat peraga, seperti peta, globe, gambar, foto, chat, grafik, dan sebagainya dan alat-alat ini untuk praktik. Termasuk dalam kelompok ini ialah media pembelajaran yang dapat di pelajari sendiri oleh pesrta didik seperti paket modul, pengajaran, berpropaganda, pengajaran melalui alat aaudio ( kaset, tipe recorder).
c.       Guru
            Guru adalah orang yang memberi materi dan mendidik kita atau materi dalam menyampaikan materinya guru memiliki cara-cara yang berbeda dalam menyampaikan materi pelajaran.
Setiap guru memiliki kelebihan dan keterbatasan pribadi. Sebagai contoh di lapangan kadang-kadang ada guru yang menerangkan pelajaran sangat menarik perhatian dan jelas. Sementara ada guru yang sudah memberikan strategi belajar-mengajar yang sama.

1.3  BERBAGAI JENIS STRATEGI BELAJAR-MENGAJAR

1.3.1 Berdasarkan Proses Pengolahan Pesan
a.                   Strategi Belajar Mengajar Deduktif
Penyampaian materi pelajaran dari yang umum kepada yang khusus. yaitu penjelasan bagian-bagian atau atribut-atribut (ciri-ciri) dengan bagian-bagian atau atribut-atribut dan menggunakan ilustrasinya. Biasanya siswa akan lebih mudah memahaminya karena bagian yang di jelaskan dari bagian yang umum atau yang sudah di kenal oleh siswa.
b.                  Strategi Belajar Mengajar Induktif
Penyampaian materi pelajaran dari yang khusus kepada yang umum.Dalam strategi belajar menggajar induktif, pesan atau materi pelajaran diolah mulai dari yang khusus, bagian, atau atribut menuju yang umum, yaitu generalisasi atau rumusan konsep atau aturan.

1.3.2 Berdasarkan Pihak Pengolah Pesan
a)      Strategi Belajar Mengajar Ekspositorik
Yaitu suatu strategi belajar mengajar yang menyiasati agar semua aspek dari komponen pembentuk sistem intruksional mengarah pada penyampaian isi pelajaran kepada siswa secara langsung dalam strategi ini tidak perlu mencari dan menemukan sendiri fakta prinsip dan konsep yang dipelajari. Semua telah disajikan guru secara jelas melalui aspek-asek dari komponen yang langsung berhubungan dengan para siswa pada proses pembelajaran berlangsung. 

b)      Strategi Belajar Mengajar Heuristik
Yaitu suatu strategi belajar mengajar yang mensiasati agar aspek-aspek dari komponen pembentuk sistem intruksional mengarah pada pengaktifan siswa untuk mencari dan menemukan sendiri fakta, prisip dan konsep yang mereka butuhkan.
Dengan menggunakan strategi belajar menggajar heruistik yang mencari dan mengolah pesan (materi pelajaran) ialah siswa. Guru berperan sebagai pembimbing kegiatan belajar siswa. Jadi disini yang lebih aktif adalah siswa itu sendiri.



1.3.3 Berdasarkan Pengaturan Guru
Atas dari pertimbangan pengaturan guru dikenal dua jenis strategi belajar mengajar, yaitu strategi belajar mengajar pengajaran beregu (team teaching) dan strategi belajar seorang guru sudah bisa kita lakuakan, yaitu seorang guru mengajar sejumlah siswa. Sedangkan dengan pengajaran beregu, dua orang atau lebih guru sejumlah mata pelajaran yang terpusat kepada suatu topik tertentu.  

1.3.4. Berdasarkan Jumlah siswa
a.       Strategi Pembelajaran klasikal
Strategi klasikal merupakan kemampuan pembelajar Hal itu disebabkan oleh pembelajaran klasikal merupakan kegiatan mengajar yang  tergolong efisien. Secara ekonomis, pembiayaan kelas studi lebih murah. Oleh karena itu ada jumlah minimum pebelajar dalam kelas. Jumlah pebelajar tiap kelas umumnya berkisar dari 10 – 45 orang. Dengan jumlah tersebut seorang pembelajar masih dapat membelajarkan pebelajar secara klasikal. Pembelajaran klasikal berarti melaksanakan dua kegiatan sekaligus, yaitu pengelolaan kelas dan pengelolaan pembelajaran. Pengelolaan adalah penciptaan kondisi yang memungkinkan terselenggaranya kegiatan belajar dengan baik.
b.      Strategi Kelompok Kecil
Belajar kelompok dilakukan secara beregu. Sekelompok siswa diajar oleh seorang guru atau beberapa orang guru. Bentuk belajar kelompok itu bisa dalam pembelajaran kelompok besar atau klasikal; atau bisa juga dalam kelompok-kelompok kecil. Strategi belajar kelompok tidak memperhatikan kecepatan belajar individual. Setiap individu dianggap sama. Oleh karena itu, belajar dalam kelompok dapat terjadi siswa yang memiliki kemampuan tinggi akan terhambat oleh siswa yang mempunyai kemampuan biasa-biasa saja; sebaliknya siswa yang mempunyai kemampuan kurang akan merasa tergusur oleh siswa yang mempunyai kemampuan tinggi.
c.       Strategi Individual          
            Strategi belajar individual dilakukan oleh siswa secara mandiri. Kecepatan, kelambatan dan keberhasilan pembelajaran siswa sangat ditentukan oleh kemampuan individu siswa yang bersangkutan. Bahan pelajaran serta bagaimana mempelajarinya didesain untuk belajar sendiri. Contoh dari strategi instruksional.

1.3.5. Berdasarkan Interaksi Guru dengan Siswa
a.       Sistem Tatap Muka
Penggunaan strategi belajar mengajar tatap muka yang baik dengn sendirinya menggunkan alat peraga, karena siswa akan lebih memahami yang diajarkan guru.
b.      Strategi Belajar Mengajar Melalui Media.
Pada penggunaan strategi belajar mengajar melalui media, guru dengan siswa tidak secara langsung bertatap muka akan teteapi melalui media. Siswa berdialog dengan media sebagi “wakil guru”. Guru harus menyaiapkan media yang dapat merangsang siswa aktif belajar dan meenggandung umpan balik bagi kegiatan belajar atau pekerjaan siswa. Salah satu model media yang dpat digunakan ialah paket penggajaran, modul penggajaran, penggajaran melalui TV, pengajaran melalui kaset audio, pengajaraan kaset video, pengajaran melakui komputer. Pengajaran melalui paket pengajaran berpropaganda.

           
BAB II
PROSEDUR UMUM PEMBELAJARAN

2.1  KEGIATAN PENDAHULUAN PEMBELAJARAN
Kegiatan pendahuluan dalam pembelajaran sering pula disebut dengan pro-intruksional. Fungsi kegiatan tersebut utamanya adalah untuk menciptakan awal pembelajaran yang efektif yang memungkinkan siswa dapat mengikuti proses pembelajaran dengan baik. Efisiensi waktu dalam kegiatan pendahuluan pembelajaran perlu diperhatikan, karena waktu yang tersedia untuk kegiatan tersebut relative singkat berkisar 5 (lima) menit. Dengan waktu yang relatif sedikit diharapkan guru dapat menciptakan kondisi awal pembelajaran siswa sudah siap untuk mengikuti pelajaran.
Kegiatan yang biasa dilaksanakan dalam kegiatan pendahuluan pembelajaran diantaranya
2.1.1 Menciptakan kondisi awal pembelajaran
a.       Menciptakan sikap yang mendidik
Guru mengecek kehadiran siswa. Untuk menghemat waktu dalam mengecek kehadiran siswa dapat dilakukan dengan cara siswa yang hadir disuruh menyebutkan yang tidak hadir, kemudian guru menanyakan mengapa yang bersangkutan tidak hadir dan seterusnya. Secara tidak langsung guru telah memberikan motivasi terhadap siswa, berdisiplin dalam mengikuti pelajaran dan membiasakan diri apalagi tidak hadir mengikuti pelajaran memberitahukan secara tertulis atau lisan melalui temannya pada guru.

b.      Menciptakan kesiapan belajar siswa
Ada beberapa alternatif yang dapat dilakukan guru dalam menciptakan kesiapan dan semangat dalam belajar siswa, khusunya dalam awal pembelajaran, alternatif tersebut diantaranya :
·         Membantu atau membimbing siswa dalam mempersiapkan fasilitas / sumber belajar yang diperlukan dalam kegiatan belajar,
·         Menciptakan kondisi belajar dalam kelas,
·         Guru dalam mengajar harus penuh semangat dan menunjukan minat mengajar yang tinggi,
·         Secara professional guru harus dapat mengontrol (mengelola) seluruh siswa yang dimulai dari awal pembelajaran,
·         Digunakan media pembelajaran yang sesuai dengan tujuan pembelajaran serta dapat menarik perhatian siswa,
·         Menentukan kegiatan belajar yang harus memungkinkan siswa dapat melakukannya

c.       Menciptakan suasana belajar yang demokrasi
Guru selalu memberikan kesempatan pada siswa untuk berkreativitas jika memungkinkan dapat mengembangkan bakat dan keunggulan yang dimiliki oleh siswa. Sehingga terasa bebas dalam belajar, artinya tidak merasa ada tekanan dan tidak ada merasa paksaan. Misalnya membimbing dan melatih atau merangsang siswa untuk bertanya, untuk menjawab menjawab dan melatih berpendapat sesuai dengan tingkat perkembangan siswa dan tingkat kesulitan bahan pelajaran yang dipelajarinya.

2.1.2        Melaksanakan kegiatan apresiasi atau melaksanakan penialaian awal
a.       Mengajukan pertanyaan tentang bahan pelajaran yang sudah dipelajari sebelumnya.
Pertanyaan yang diajukan harus berhubungan dengan materi yang sudah dipelajari oleh siswa. Melalui pertanyaan tersebut siswa dibimbing untuk meningkat kembali tentang bahan pelajaran yang sudah dipelajari.
Setiap pertanyaan dalam apresiasi jika memungkinkan perlu dikaitkan dengan informasi atau bahan yang berhubungan dengan lingkungan siswa. Melalui pertanyaan tersebut siswa siswa merasa lebih dekat dengan materi yang dipelajarinya. Selain itu melalui kegiatan ini guru harus berupaya untuk membangkitkan perhatian siswa terhadap pelajaran dan memberikan motivasi terhadap siswa agar belajar lebih giat lagi.

b.      Memberikan komentar terhadap jawaban serta mengulas materi pelajaran yang akan dibahas.
Memberikan komentar terhadap jawaban yang diberikan oleh siswa bertujuan untuk penguatan serta untuk lebih memperjelas jawaban itu sendiri. Guru dalam memberikan penjelasan harus menghubungkan dengan materi yang akan dipelajari oleh siswa serta dengan lingkungan sekitar siswa. Sehingga komentar yang diberikan oleh guru akan lebih mengarahkan pada materi yang akan dipelajari.
Upaya memberikan motivasi terhadap siswa dapat dilakukan dengan cara memberikan komentar terhadap jawaban siswa, diantaranya dengan memberikan komentar lebih menekankan pada kegiatan motivasi dan peguatan. Apabila ada jawaban yang salah atau kurang benar guru tidak langsung menyalahkannya akan tetapi membimbing hingga jawabannya menjadi benar.

2.1.3 Membangkitkan motivasi dan perhatian siswa
Membangkitkan motivasi dan perhatian siswa merupakan kegiatan yang perlu dilaksanakan pada setiap tahapan kegiatan pembelajaran. Khususnya pada tahap awal pembeljaran, siswa perlu diberikan motivasi serta ditingkatkan perhatiannya dalam belajar.
Dalam kegiatan pendahuluan sebagian besar siswa masih belum memperhatikan pada pelajaran yang akan diikutinya. Proses berpikir siswa masih terkait dengan pelajaran sebelumnya atau dengan kegiatan-kegiatan yang siswa alami sebelumnya. Oleh karena itu guru perlu memberikan motivasi dan membangkitkan perhatian siswa terhadap palajaran yang akan diikutinya.

2.2 KEGIATAN INTI PEMBELAJARAN
Kegiatan inti dalam pembelajaran sangat memegang peranan penting untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Oleh karena itu guru perlu mengindentifikasikan secara sistematis tentang kegiatan-kegiatan belajar yang memungkinkan dapat dilaksanakan dalam pembelajaran tersebut. Seperti telah dikemukakan, bahwa kegiatan inti dalam pembelajaran atau dalam prose penguasaan pengalaman belajar (learning experience) siswa terhadap suatu materi / bahan pelajaran tertentu. Membentuk pengalaman belajar perlu ditempuh melalui proses belajar yang direncanakan oleh guru.
Langkah kegiatan inti dalam pembelajaran secara sistematis perlu melakukan kegiatan sebagai berikut :
2.2.1    Memberitahukan Tujuan dan Garis Besar Materi yang Akan Dipelajari
Kegiatan paling awal yang perlu dilakukan guru sebelum membahas pelajaran adalah memberitahukan tujuan dan garis besar materi apa yang akan dipelajari siswa. Agar siswa mengetahui yang harus dicapai. Teknik yang digunakan oleh guru dalam menyampaikan topic tersebut tersebut sama seperti yang telah anda lakukan, misalnya tujuan atau topik-topik tersebut disampaikan secara lisan atau ditulis di papan tulis hingga semua siswa mengetahui bahwa topic tersebut yang akan dipelajarinya.
2.2.2 Menyampaikan Alternatif Kegiatan Belajar yang Akan Ditempuh Siswa
Dalam tahap ini guru perlu menyampaikan pada siswa tentang kegiatan belajar yang bagaimana yang harus ditempuh siswa dalam mempelajari topik-topik tersebut. Contoh, jika dalam pembelajaran yang digunakan cenderung diskusi, maka guru harus menyampaikan bagaimana teknik / prosedur diskusi tersebut. Atau jika yang digunakan cenderung eksperimen, maka guru harus menyampaikan teknik / prosedur eksperimen atau jika belajar cenderung belajar kelompok maka guru membentuk kelompok dan harus menyampaikan teknik / prosedur belajar kelompok tersebut begitu pula dengan strategi-strategi yang lainnya.

2.2.2    Membahas Materi / Menyajikan Bahan Pelajaran
Prosedur kegiatan ini merupakan kegiatan yang sangat penting dalam proses pembelajaran. Karena melalui kegiatan ini akan terjadi suatu proses perubahan tingah laku, dari tindak memahami menjadi memahami, dari tidak mengerti menjadi mengerti, dari tidak mampu menjadi mampu dan dari tidak terampil menjadi terampil. Siswa akan dapat memahami bahan pelajaran, siswa akan memiliki sikap positif terhadap bahan pelajaran ditempuh oleh siswa secara optimal, efektif dan efisien.
Materi pelajaran dalam prosedur kegiatan inti dalam pembelajaran dapat kita kelompokan pada tiga bentuk kegiatan pembelajaran :
1.      Pembelajaran secara klasikal
Kegiatan pembelajaran klasikal cenderung digunakan guru apabila dalam proses belajarnya lebih banyak bentuk penyajian materi dari guru. Penyajian lebih menekankan untuk menjelaskan sesuatu materi yang belum diketahui atau dipahami oleh siswa. Alternatif metode cenderung dengan metode ceramah dan tanya jawab bervariasi atau metode lain yang memungkinkan sesuai dengan karakteristik materi pelajaran.
2.      Pembelajaran secara kelompok
Pembelajaran secara kelompok merupakan pembelajaran yang dalam proses belajarnya siswa dikelompokan pada beberapa kelompok sesuai dengan kebutuhan dan tujuan belajar. Belajar kelompok terutama ditujukan untuk mengembangkan aktivitas sosial, sikap dan nilai. Pembelajaran kelompok cenderung banyak digunakan dalam pembelajaran dengan pendekatan CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif). Misalnya dengan kegiatan diskusi, penelitian sederhana (observasi) pemecahan masalah serta metode lain yang memungkinkan sesuai dengan tujuan karakteristik materi dalam belajar secara kelompok.
3.      Pembelajaran secara perseorangan
Kegiatan pembelajaran perseorangan dapat membantu proses belajar mengajar yang mengarah pada optimalisasi kemampuan siswa secara individu. Kegiatan belajar perseorangan ditunjukan untuk menampung kegiatan pengayaan dan perbaikan. Untuk melaksanakan kegiatan belajar tersebut diantaranya guru perlu memiliki kemampuan yang berkenaan dengan :
·         Mengkaji prestasi belajar siswa
·         Merencanakan, melaksanakan serta menilai program perbaikan dan pengayaan hasil belajar siswa
·         Melaksanakan kegiatan belajar dalam latihan secara perseorangan
Kemampuan tersebut dalam pelaksanaanya perlu dilandasi dengan perhatian, bimbingan dan motivasi dari guru.

2.3 KEGIATAN AKHIR DAN TINDAK LANJUT PEMBELAJARAN
Kegiatan akhir dalam pembelajaran tidak hanya diartikan sebagai kegiatan untuk menutup pelajaran, tetapi juga sebagai kegiatan penilaian hasil belajar siswa dan kegiatan tindak lanjut. Kegiatan tindak lanjut harus ditempuh berdasarkan pada proses dan hasil belajar siswa.
Secara umum kegiatan akhir dan tindak lanjut pembelajaran yang harus dilakukan oleh guru diantaranya :
2.3.1        Melaksanakan Penilaian Akhir
Kegiatan penilaian dalam proses belajar merupakan kegiatan mutlak yang harus dilaksanakan oleh guru dalam pembelajaran. Oleh karena itu guru perlu untuk memiliki kemampuan dalam menilai hasil belajar siswa. Penilaian belajar dalam kegiatan akhir pembelajaran (posttest), tujuannya adalah untuk mengetahui sejauh mana kemampuan siswa setelah mengikuti pelajaran tersebut. Karena untuk kegiatan akhir / tindak lanjut relative singkat, maka guru perlu mengidentifikasikan teknik yang dianggap tepat untuk efektivitas dan efisiensi dalam pelaksanaan penilaian.
Dalam prosesnya guru dapat melaksanakan penilaian secara lisan yang ditujukan pada beberapa siswa yang dianggap representatif seluruh siswa. Teknik lain yang dapat digunakan adalah secara tertulis yang dikerjakan oleh siswa di rumah, kecuali kalau waktunya memungkinkan dapat dilaksankan di sekolah. Perlu diperhatikan sebelum melaksanakan kegiatan penilaian akhir, guru harus mengkondisikan siswa. Supaya siswa secara maksimal dapat mengorganisasi (pemahaman) kembali tentang materi pelajaran yang telah dibahas.
2.3.2        Mengkaji Hasil Penilaian Akhir
Setelah melaksanakan kegiatan penilaian guru harus mengkaji apakah hasil belajar tersebut sesuai dengan tujuan pembelajaran ? apakah tingkat keterampilan mencapai batas / tingkatan (persentase) minimal ?
Apabila teknik dilaksanakan secara lisan, maka dalam tahapan ini guru perlu memutuskan secara spontan dalam menganalisis / menidentifikasikan hasil belajar tersebut. Kemudian gabungkan dengan hasil penilaian proses, maka guru akan memperoleh gambaran kegiatan tindak lanjut yang bagaimana yang harus diberikan pada siswa.
2.3.3        Melaksanakan Kegiatan Tindak Lanjut Pembelajaran
Kegiatan tidak lanjut pembelajaran dilaksanakan diluar jam pelajaran, sebab kegiatan akhir alokasi waktunya relatif sedikit. Melaksanankan kegiatan tindak lanjut pembelajaran secara prinsip ada hubungannhya dengan kegiatan perseorangan yang telah dibahas dalam uraian kegiatan belajar sebelumnya. Karena tindak lanjut pembelajaran esensinya adalah untuk mengoptimalkan hasil belajar siswa.
Adapun kegiatan-kegiatan yang harus dikerjakan diantanya :
·         Memberikan tugas atau latihan yang harus dikerjakan di rumah
·         Menjelaskan kembali bahan pelajaran yang dianggap sulit oleh siswa
·         Membaca materi pelajaran tertentu
·         Memberikan motivasi atau bimbingan belajar
2.3.4        Mengemukakan tentang topik yang akan dibahas pada waktu yang akan datang
Dalam kegiatan akhir / tindak lanjut pembelajaran di antaranya guru harus mengemukakan atau memberikan gambaran pada siswa tentang topik bahasan yang akan dipelajari pada pertemuan yang akan datang. Cara ini perlu dilakukan untuk membimbing atau mengarahkan siswa dalam kegiatan belajar yang dilakukan diluar jam pelajaran. Sehingga sebelum topic tersebut dibahas di sekolah, siswa sudah membaca / mempelajari terlebih dahulu.
2.3.5        Menutup kegiatan pembelajaran
Setelah guru menggangap kegiatan akhir selesai sesuai dengan waktu yang direncanakan dan dilaksanakan secara optimal, maka guru harus menutup pelajaran tersebut. Apabila jam pelajarannya yang paling akhir, siswa harus dibiasakan menutup dengan berdo’a.


BAB III
METODE-METODE MENGAJAR

3.1  HUBUNGAN TUJUAN PEMBELAJARAN DENGAN METODE MENGAJAR
Factor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan metode mengajar diantaranya adalah faktor tujuan pembelajaran, karakteristik materi pelajaran, factor siswa,factor alokasi waktu, dan fasilitas penunjang. Ada beberapa prinsip yang perlu di perhatikan dalam menggunakan metode mengajar ini, prinsip tersebut terutama berkaitan dengan faktor perkembangan kemampuan siswa, di antaranya:
1.      Metode mengajar harus memungkunkan dapat membangkitkan rasa ingin tahu siswa lebih jauh terhadap materi pelajaran (curiosity).
2.      Metode mengajar harus memungkinkan dapat memberikan peluang untuk berekspresi yang kreatif dalam aspek seni.
3.      Metode mengajar harus memungkinkan siswa belajar melalui pemecahan masalah.
4.      Metode mengajar harus memungkinkan siswa untuk selalu ingin  menguji kebenaran sesiatu (sikap skeptis).
5.      Metode mengajar harus memungkinkan siswa untuk melakukan penemuan (brinkuiri) terhadap suatu topik permasalahan.
6.      Metode mengajar harus memungkinkan siswa mampu menyimak.
7.      Metode mengajar harus memungkinkan siswa untuk belajar secara mandiri (independent study).
8.      Metode mengajar harus memungkinkan siswa untuk belajar secara bekerja sama (independent learning).
9.      Metode mssengajar harus memungkinkan siswa untuk lebih termotivasi dalam belajar.

Pembelajaran merupakan kegiatan yang bertujuan yang banyak melibatkan aktivitas siswa dan aktivitas guru. Untuk mencapai tujuan pengajaran perlu adanya metode mengajar. Pemilihan metode mengajar harus mempertimbangkan pengembangan kemampuan siswa yang lebih kreatif inovatif dan dikondisikan pada pembelajaran yang memungkinkan siswa belajar secara mandiri dan belajar secara kelompok.
Metode mengajar memiliki fungsi sentral dalam pembelajaran diantaranya yaitu sebagai alat atau cara untuk mencapai tujuan pembelajaran. Tujuan pembelajaran yang harus dikembangkan berdasarkan ranah tujuan kognitif,afektif dan psikomotorik. Ranah tujuan tersebut akan memungkinkan dicapai pada tujuan yang bersifat umum.


BAB III
METODE-METODE MENGAJAR

3.1  HUBUNGAN TUJUAN PEMBELAJARAN DENGAN METODE MENGAJAR
Factor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan metode mengajar diantaranya adalah faktor tujuan pembelajaran, karakteristik materi pelajaran, factor siswa,factor alokasi waktu, dan fasilitas penunjang. Ada beberapa prinsip yang perlu di perhatikan dalam menggunakan metode mengajar ini, prinsip tersebut terutama berkaitan dengan faktor perkembangan kemampuan siswa, di antaranya:
1.      Metode mengajar harus memungkunkan dapat membangkitkan rasa ingin tahu siswa lebih jauh terhadap materi pelajaran (curiosity).
2.      Metode mengajar harus memungkinkan dapat memberikan peluang untuk berekspresi yang kreatif dalam aspek seni.
3.      Metode mengajar harus memungkinkan siswa belajar melalui pemecahan masalah.
4.      Metode mengajar harus memungkinkan siswa untuk selalu ingin  menguji kebenaran sesiatu (sikap skeptis).
5.      Metode mengajar harus memungkinkan siswa untuk melakukan penemuan (brinkuiri) terhadap suatu topik permasalahan.
6.      Metode mengajar harus memungkinkan siswa mampu menyimak.
7.      Metode mengajar harus memungkinkan siswa untuk belajar secara mandiri (independent study).
8.      Metode mengajar harus memungkinkan siswa untuk belajar secara bekerja sama (independent learning).
9.      Metode mssengajar harus memungkinkan siswa untuk lebih termotivasi dalam belajar.

Pembelajaran merupakan kegiatan yang bertujuan yang banyak melibatkan aktivitas siswa dan aktivitas guru. Untuk mencapai tujuan pengajaran perlu adanya metode mengajar. Pemilihan metode mengajar harus mempertimbangkan pengembangan kemampuan siswa yang lebih kreatif inovatif dan dikondisikan pada pembelajaran yang memungkinkan siswa belajar secara mandiri dan belajar secara kelompok.
Metode mengajar memiliki fungsi sentral dalam pembelajaran diantaranya yaitu sebagai alat atau cara untuk mencapai tujuan pembelajaran. Tujuan pembelajaran yang harus dikembangkan berdasarkan ranah tujuan kognitif,afektif dan psikomotorik. Ranah tujuan tersebut akan memungkinkan dicapai pada tujuan yang bersifat umum.

3.2  HUBUNGAN PENGALAMAN BELAJAR DENGAN METODE MENGAJAR
1.      Metode Ceramah (lecture).
Metode ceramah merupakan suatu cara penyajian bahan atau penyampaian bahan pelajaran secara lisan dari guru. Untuk menunjang efektivitas penggunaan metode ceramah perlu mempersiapkan kemampuan guru dan kondisi siswa yang optimal. Kemampuan guru tersebut diantaranya:
a. Tekhnik ceramah memungkinkan dapat membangkitkan minat, dan motivasi siswa.
b. Memberikan ilustrasi yang sesuai dengan bahan pelajaran.
c. Menguasai materi pelajaran.
d. Menjelaskan pokok-pokok bahan pelajaran.
e. Menguasai keseluruhan siswa dalam kelas.
2.       Metode Diskusi
Metode mengajar diskusi ini merupakan cara mengajar dalam pembahasan dan penyajian materinya melalui suatu problema atau pertanyaan yang harus diselesaikan berdasarkan pendapat atau keputusan bersama.
3.      Metode Simulasi ( simulation )
Metode simulasi merupakan metode mengajar yang dapat digunakan dalam pembelajaran kelompok. Mengajar dengan simulasi objeknya bukan benda atau kegiatan yang sebenarnya, tetapi kegiatan mengajar yang bersifat pura-pura. Simulasi ini dapat dilakukan oleh siswa, karena kegiatan pembelajarannya menuntut adanya kemampuan siswa dalam berinteraksi dalam kelompok. Ada beberapa jenis model simulasi diantaranya adalah :
·         Bermain peran ( role playing ) merupakan permainan dalam bentuk dramatisasi, sekolompok siswa melaksanakan kegiatan tertentu yang telah diarahkan oleh guru. Simulasi ini menitikberatkan pada tujuan untuk mengingat atau menciptakan kembali gambaran masa silam yang memungkinkan terjadi pada masa yang akan datang.
·         Sosiodrama adalah suatu kelompok yang belajar memecahkan masalah yang berhubungan dengan masalah individu sebagai makhluk sosial. Misalnya hubungan antara anak terhadap orang tua, antara siswa dengan kelompoknya.
4.      Metode Demonstrasi
Metode demonstrasi merupakan metode mengajar yang menyajikan bahan peljaran dengan mempertunjukkan proses tertentu. Demonstrasi dapat digunakan pada semua mata peljaran. Dalam pelaksanaan demonstrasi guru harus sudah yakin  bahwa seluruh siswa dapat memperhatikan terhadap objek yang akan didemonstrasikan.
5.      Metode Eksperimen
Metode Eksperimen merupakan metode mengajar dalam penyajian atau pembahasan materinya melalui percobaan atau mencobakan sesuatu serta mengamati secara proses. Eksperimen sulit dipisahkan dengan demonstrasi karena keduanya kemungkinan dapat digunakan secara bersamaan.

3.3  KONDISI-KONDISI DALAM PENCAPAIAN TUJUAN BELAJAR
*      Kondisi-Kondisi Internal

1. Sikap siswa terhadap belajar
            Sikap pada dasarnya merupakan kemampuan seseorang untuk memberikan penilaian tentang sesuatu yang membawa dirinya sesuai dengan penilaian itu. Jika memiliki penilaian yang kurang baik terhadap sesuatu biasanya cenderung untuk mengabaikan atau menolak sesuatu itu. Penilaian siswa terhadap proses belajar akan mengakibatkan terjadinya sikap dalam belajar tersebut, apakah siswa menerima, mengabaikan (acuh tak acuh), atau bahkan menolak sama sekali.
2. Motivasi Belajar
            Motivasi erat kaitannya dengan sikap belajar. Jika siakp siswa terhadap belajar positif, maka ia akan termotivasi atau terpacu untuk belajar. Motivasi belajar pada hakekatnya merupakan kekuatan mental yang mendorong terjadinya proses belajar pada diri siswa. Apabila motivasi belajar siswa kuat, maka kegiatan belajarnya meningkat, sebaliknya, apabila motivasinya lemah maka akan  melemahkan kegiatannya, dan berakibat mutu hasil belajarnya akan rendah. Artinya, tujuan belajar belajar tidak  akan tercapai sebagaimana mestinya.

3. Konsentrasi Belajar siswa
            Konsentrasi dalam hal ini yaitu  kemampuan siswa dalam memusatkan perhatiannya pada pelajaran. Pemusatan perhatian ini  terutama tertuju  pada isi bahan belajar  atau pada proses memperoleh bahan tersebut. Untuk menumbuhkan konstrasi belajar pada diri siswa, selain menggunakan strategi belajar-mengajar yang bervariasi, perlu memperhitungkan waktu belajar yang digunakan. Menurut beberapa ahli psikologi belajar, dalam pengajaran yang bersifat klasikal kekuatan perhatian yang dimiliki siswa setelah 30 menit akan menurun.
4. Rasa Percaya Diri Siswa
            Kepercayaan diri ini erat kaitannya dengan keberhasilan belajar. Semakin sering memperoleh hasil yang baik  dalam belajar, maka semakin tinggi rasa percaya dirinya. Begitu pula sebaliknya, semakin sering mengalami kegagalan maka rasa percaya diri semakin menurun.
5. Inteligensi
            Inteligensi dapat dikatakan sebagai jumlah kecakapan yang dimiliki siswa. Bagi siswa yang kecakepannya diatas normal biasanya memiliki kecepatan belajar yang tinggi sehingga pencapaian tujuan belajar bisa lebih cepat dibanding siswa-siswa lainnya. Begitu pula sebaliknya, siswa-siswa yang kualitas inteligensinya kurang, maka kecepatan belajarnya kurang, dan pencapaian tujuan belajar agak tersedat-sedat.

*      Kondisi-kondisi Eksternal :
1. Guru Sebagai Pembimbing Belajar
            Setiap guru dituntut memiliki berbagai kemampuan (kompotensi) baik kemampuan profesinya, kemampuan pribadinya, atau kemampuan sosialnya. Kemampuan-kemampuan tersebut sangat mempengaruhi tercapainya tujuan belajar siswa.
2. Sarana dan Prasarana Belajar
            Sarana belajar biasanya mencakup ketersediaan buku-buku pelajaran, fasilitas laboratorium, dan alat serta media pembelajaran. Sedangkan  prasarana pembelajaran biasanya berkaitan dengan ruang belajar, gedung sekolah, ruang ibadah, ruang olahraga, dan sebagainya. Bagaimanapun lengkapnya sarana dan prasarana yang dimiliki belum menjadi jaminan terselenggaranya proses belajar-mengajar yang baik. Yang terpenting disini adalah bagaimana mengelolah sarana dan prasarana tersebut untuk terselenggaranya proses belajar mengajar yang baik, sehingga tujuan belajar dapat tercapai sesuai dengan apa yang diharapkan.


3. Lingkungan Sosial Siswa
            Setiap siswa yang berada dalam lingkungan sosial disekolah memiliki kedudukan dan peranannya masing-masing. Jika seorang siswa diterima dilingkungannya, maka ia akan dengan mudah dapat menyesuaikan diri, kondisi seperti ini akan mempermudah  dalam mencapai tujuan belajar nya. Sebaliknya, apabila siswa ditolak  dilingkungannya, maka banyak hambatan yang akan dilaluinya dalam mencapai tujuan belajar tersebut.


BAB IV
MEDIA DAN PROSES PEMBELAJARAN


4.1 FUNGSI DAN PERANAN MEDIA PEMBELAJARAN
            Fungsi dari media pembelajaran yaitu sebagai berikut:
1.      Penggunaan media pembelajaran bukan merupakan fungsi tambahan, tetapi memiliki fungsi tersendiri sebagai sarana bantu untuk mewujudkan situasi belajar - mengajar yang lebih efektif.
2.      Media pembelajaran merupakan bagian integral dari keseluruhan proses pembelajaran. Hal ini mengandung arti bahwa media pembelajaran sebagai salah satu komponen yang tidak berdiri sendiri tetapi saling berhubungan dengan komponen lainnya dalam rangka menciptakan suasana belajar yang diharapkan.
3.      Media pembelajaran dalam penggunaannya harus relevan dengan tujuan dan isi pembelajaran. Fungsi ini mengandung makna bahwa penggunaan media dalam pembelajaran harus selalu melihat kepada tujuan dan bahan ajar.
4.      Media pembelajaran bukan berfungsi sebagai hiburan, dengan demikian tidak diperkenankan menggunakannya hanya sekedar untuk permainan atau memancing perhatian siswa saja.
5.      Media pembelajaran berfungsi mempercepat proses belajar. Fungsi ini mengandung arti bahwa dengan media pembelajaran siswa dapat menangkap tujuan dan bahan ajar lebih mudah dan lebih cepat.
6.      Media pembelajaran berfungsi untuk meningkatkan kualitas proses belajar mengajar. Pada umumnya hasil belajar siswa dengan menggunakan media pembelajaran akan tahan lama mengendap sehingga kualitas pembelajaran memiliki nilai yang tinggi.
7.      Media pembelajaran meletakkan dasar - dasar yang kongkret untuk berfikir, oleh karena itu dapat mengurangi terjadinya penyakit verbalisme.
            Memperhatikan pentingnya media pembelajaran seperti diungkapkan di atas, maka sebenarnya tidak ada alasan lagi apabila kita menginginkan proses belajar mengajar yang berhasil selain menggunakan media pembelajaran pada setiap proses belajar mengajar tesebut. Untuk memberikan penekanan terhadap pernyataan tersebut, berikut nilai - nilai yang dimiliki media pembelajaran;
a)      Membuat konkret konsep yang abstrak,
b)      Membawa objek yang berbahaya atau sukar didapat ke dalam lingkungan belajar
c)      Menampilkan objek yang terlalu besar,
d)     Menampilkan objek yang terlalu kecil yang tak dapat diamati dengan mata telanjang
e)      Memperlihatkan gerakan yang terlalu cepat,
f)       Memungkinkan siswa berinteraksi langsung dengan lingkungannya.
g)      Memungkinkan keseragaman pengamatan atau persepsi belaja siswa.
h)      Membangkitkan motivasi belajar.
i)        Member kesan perhatian individual untuk seluruh anggota kelompok belajar.
j)        Menyajikan informasi belajar secara konsisten dan dapat diulang maupun diseimpan menurut kebutuhan.
k)      Menyajikan pesan atau informasi belajar secara serempak mengatasi waktu dan ruang.
l)        Mengontrol arah maupun kecepatan belajar siswa.

4.2 JENIS - JENIS MEDIA PEMBELAJARAN
1)      Media Visual
Sesuai dengan namanya, media visual adalah media yang hanya dapat dilihat menggunakan indera penglihatan. Jenis media inilah yang sering digunakan oleh guru - guru ntuk membantu menyampaikan isi atau materi pelajaran. Media visual ini terdiri dari :
a.       Media visual tidak diproyeksikan
·         Gambar mati / diam (still pictures)
·         Media Grafis
·         Realia dan Model
b.      Media Visual yang Diproyeksikan
·         Proyeksi Opak (Opaque Projection),
·         Proyeksi Lintas Kepala (Overhead Projection / OHP),
·         Slides, dan
·         Filmtrips.
2)      Media Audio
Media audio adalah media yang mengandung pesan dalam bentuk auditif (hanya dapat didengar) yang dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemauan para siswa untuk mempelajari bahan ajar. Program kaset suara dan program radio adalah bentuk dari media audio.
3)      Media Audio –Visual
Sesuai dengan namanya, media ini merupakan kombinasi audio dan visual atau biasa disebut juga media pandang - dengar. Dengan menggunakan media ini akan menghasilkan penyajian bahan ajar kepada siswa secara lengkap dan optimal, selain itu dari media ini dalam batas - batas tertentu dapat juga menggantikan peran dan tugas guru. Dalam hal ini, guru tidak selalu berperan sebagai penyaji materi (teacher) tetapi karena penyajian materi bisa diganti oleh media, maka peran guru bisa beralih menjadi fasilitator belajar yaitu memberikan kemudahan bagi para siswa untuk belajar. Contoh dari media audio - visual di antaranya program video / televise pendidikan, video / televisi instruksional, dan program slide suara (soundslide).

4.3 PEMANFAATAN LINGKUNGAN SEBAGAI SUMBER BELAJAR

Sumber belajar adalah semua sumber baik berupa data, orang dan wujud tertentu yang dapat digunakan siswa dalam belajar, baik secara terpisah maupun secara terkombinasi sehingga mempermudah siswa dalam mencapai tujuan belajarnya (AECT, 1997). Sumber belajar tersebut dapat dibedakan menjadi 6 jenis yaitu; pesan (message), orang (people), bahan (materials), alat (tool and equipment), teknik (technique), dan lingkungan (setting).
4.3.1    Keuntungan Menggunakan Lingkungan Sebagai Sumber Belajar
            Banyak sekali keuntungan yang dapat diperoleh dalam menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar, antara lain:
1.      Lingkungan menyediakan berbagai hal yang dapat dipelajari siswa, memperkaya wawasannya, tidak terbatas oleh empat dinding kelas dan kebenarannya lebih akurat.
2.      Kegiatan belajar dimungkinkan akan lebih menarik, tidak membosankan, dan menumbuhkan antusiasme siswa untuk lebih giat belajar.
3.      Belajar akan lebih bermakna, sebab siswa dihadapkan pada keadaan yang sebenarnya.
4.      Aktivitas siswa akan lebih meningkat dengan memungkinkannya menggunakan berbagai cara seperti proses mengamati, bertanya atau wawancara, membuktikan sesuatu, menguji fakta, dan sebagainya.
5.      Dengan memahami dan menghayati aspek – aspek kehidupan yang ada di lingkungannya, dapat dimungkinkan terjadinya pembentukan pribadi para siswa, seperti cinta lingkungan.
4.3.2    Teknik Menggunakan Lingkungan
            Ada beberapa teknik dalam penggunaan lingkungan sebagai media pembelajaran dalam kegiatan belajar mengajar, antara lain sebagai berikut:
1.      Anda bersama siswa melakukan kegiatan karyawisata atauy fieldtrip, yaitu mengunjungi lingkungan yang dijadikan objek studi tertentu sebagai bagian integral dari pelaksanaan kurikulum
2.      Anda bersama para siswa melaksanakan kegiatan perkemahan
3.      Anda bersama para siswa melakukan kegiatan survey, yaitu mengunjungi objek tertentu yang relevan dengan tujuan pembelajaran.
4.      Para siswa melakukan praktek kerja pada tempat – tempat pekerjaan yang ada disekitar lingkungan sekolah
5.      Anda bersama para siswa mengadakan suatu proyek pelayanan kepada masyarakat.
4.3.3    Langkah – Langkah Penggunaan Lingkungan Sebagai Media Belajar
            Dalam menggunakan lingkungan sebagai media dalam kegiatan belajar mengajar perlu diadakan langkah – langkah persiapan agar hasil belajar yang diperoleh dapat dimaksimalkan. Antara lain:
a.       Langkah Perencanaan
            Dalam melaksanakan langkah perencanaan perlu dilakukan cara – cara sebagai berikut:
1.      Tentukan tujuan pembelajaran yang harus dicapai siswa berkaitan dengan penggunaan lingkungan sebagai sumber belajar.
2.      Tentukan objek yang akan dipelajari atau dikunjungi.
3.      Rumuskan cara belajar atau bentuk kegiatan yang harus dilakukan siswa selama mempelajari lingkungan
4.      Siapkan pula hal – hal yang sifatnya teknis
b.      Langkah Pelaksanaan
            Langkah pelaksanaan yaitu melakukan berbagai kegiatan belajar di tempat tujuan sesuai dengan perencanaan yang telah ditetapkan.
c.       Langkah Tindak Lanjut
            Langkah ini bisa berupa kegiatan belajar dalam kelas untuk mendiskusikan hasil – hasil yang diperoleh dari lingkungan     


BAB V
PERENCANAAN PENGAJARAN

1.1  PENGERTIAN PERENCANAAN PENGAJARAN
Perencanaan pengajaran adalah sebagai suatu rangkaian yang saling berhubungan dan saling menunjang antara berbagai unsur  atau komponen yang ada dalam pengajaran, atau dengan pengertian lain, yaitu suatu proses mengatur, mengkoordinasikan, dan menetapkan unsur-unsur atau komponen-komponen pembelajaran..

 5.2 KOMPONEN- KOMPONEN UTAMA RENCANA PENGAJARAN
1. Tujuan Pengajaran
Tujuan Pengajaran adalah sesuatu yang ingin dicapai dalam kegiatan pengajaran,yaitu adanya perubahan perilaku siswa kearah yang lebih posirif,segi pengetahuannya, sikapnya, maupun keterampilannya. Tujuan ini menjadi penting sebab akan menentukan arah dari proses belajar-mengajar yang akan mewarnai semua komponen pengajaran.

2. Isi Pembelajaran ( materi pembelajaran )
Materi pembelajaran merupakan isi atau bahan yang dipelajari siswa harus direncanakan sesuai dengan tujuan pembelajaran. Dalam prosesnya pemilihan materi pelajaran, guru harus mempertimbangkan sumber belajar yang menunjang terhadap pengembangan kemampuan siswa. hilda Taba menyebutkan kriteria dalam menentukan bahan pelajaran diantaranya :
  • Bahan harus sahih ( valid ) dan berarti ( significant ) sesuai dengan perkembangan pembangunan dan kemajuan IPTEK.
  • Bahan harus relevan dengan sosial siwa.
  • Bahan harus mengandung keseimbangan antara kedalaman dan keluasan.
  • Bahan pelajaran harus mencakup berbagai ragam tujuan, pengetahuan, keterampilan dan sikap.
  • Bahan pelajaran harus sesuai dengan kemampuan dan minat siswa.
3. Kegiatan Belajar Mengajar
Dalam pembelajaran yang harus diprioritaskan adalah aktivitas siswa. Komponen ini cederung pada proses belajar-mengajar yang memadukan antara materi yang dipelajari dengan cara untuk mempelajarinya. Kegiatan belajar harus dilaksanakansecara sistematis, efektif, dan efisien serta berorientasi pada tujuan pembelajaran.
4. Evaluasi
Evaluasi belajar yang harus dilksanakan pada kegiatan pembelajaran meliputi evaluasi awal pembelajaran,evaluasi proses pembelajaran dsn evaluasi akhir pembelajaran. 
Evaluasi awal pembelajaran diperlukan untuk mengetahui kemampuan awal siswa. Evaluasi proses ditujukan untuk mengetahui kemampuan siswa dalam perbuatan, tindakan secara proses. Sedangkan evaluasi akhir untuk mengetahui sampai dimana tingkat kemampuan siswa setelah mengikuti kegiatan belajar-mengajar.


BAB VI
KETERAMPILAN DASAR MENGAJAR

6.1  KETERAMPILAN MEMBERI PERTANYAAN
Keterampilan bertanya dapat dikelompokkan menjadi bagian besar, yaitu keterampilan bertanya dasar dan keterampilan bertanya lanjut.
1.      Keterampilan Bertanya Dasar
Komponen keterampilan bertanya dasar yaitu :
a.       Pengungkapan pertanyaan secara jelas
b.      Pemberian Acuan
c.       Pemusatan
d.      Pemindahan Giliran
e.       Penyebaran
f.       Pemberian waktu berfikir
g.      Pemberian Tuntunan
2.      Keterampilan Bertanya Lanjut.
Komponen keterampilan bertanya lanjut terdiri atas :
a.       Pengubahan tuntutan kognitif dalam menjawab pertanyaan.
b.      Pengaturan urutan pertanyaan.
c.       Penggunaan pertanyaan pelacak
Dalam menerapkan keterampilan bertanya, guru hendaknya memperhatikan prinsip-prinsip penggunaan atau hal-hal yang mempengaruhi keefektifan pertanyaan sebagai berikut :
1.      Kehangatan dan keantusiasan
2.      Menghindari kebiasaan-kebiasaan berikut.
a.       Mengulangi pertanyaan.
b.      Mengulangi jawaban.
c.       Menjawab pertanyaan sendiri.
d.      Mengajukan pertanyaan yang memancing jawaban serentak.
e.       Mengajukan pertanyaan ganda
f.       Menentukan siswa yang akan menjawab pertanyaan..
3.      Memberikan waktu berpikir.
4.      Mempersiapkan pertanyaan pokok yang akan di ajukan.
5.      Menilai pertanyaan yang telah diajukan.

6.2 KETERAMPILAN MEMBERI PENGUATAN.
Penguatan adalah respons yang diberikan terhadap perilaku atau perbuatan yang dianggap baik, yang dapat membuat terulangnya atau meningkatnya perilaku / perbuatan yang dianggap baik tersebut.
Dalam kaitan dengan kegiatan pembelajaran, tujuan memberi penguatan adalah :
1.      Meningkatkan perhatian siswa.
2.      Membangkitkan dan memelihara motivasi siswa.
3.      Memudahkan siswa belajar.
4.      Mengontrol dan memodifikasi tingkah laku siswa serta mendorong munculnya perilaku yang positif.
5.      Menumbuhkan rasa percaya diri pada diri siswa.
6.      Memelihara iklim kelas yang kondusif.
Komponen-komponen dalam keterampilan memberi penguatan adalah:
1) Penguatan Verbal
Penguatan verbal paling mudah digunakan dalam kegiatan pembelajaran dalam bentuk komentar, pujian dukungan, pengakuan, atau dorongan yang diharapkan dapat meningkatkan tingkah laku dan penampilan siswa. Penguatan ini dapat dinyatakan dalam 2 bentuk yaitu kata atau kalimat.
2)  Penguatan Non Verbal
Penguatan non verbal dapat ditunjukkan dengan berbagai cara sebagai berikut.
a.       Mimik dan gerakan badan
b.      Gerak mendekati.
c.       Sentuhan
d.      Kegiatan yang menyenangkan
e.       Pemberian symbol atau benda
f.       Penguatan tak penuh

Prinsip-prinsip pemberian penguatan antara lain :
1.      Kehangatan atau keantusiasan.
2.      Kebermaknaan
3.      Menghindari penggunaan respon negatif
Disamping ketiga prinsip tersebut, dalam membrikan penguatan guru hendaknya memperhatikan hal-hal sebagai berikut.
1.      Sasaran Penguatan
2.      Penguatan harus diberikan dengan segera

6.3  KETERAMPILAN MENGADAKAN VARIASI
Variasi adalah keanekaan yang membuat sesuatu tidak monoton. Variasi dapat berwujud perubahan-perubahan atau perbedaan-perbedaan yang sengaja diciptakan/ dibuat untuk memberikan kesan yang unik. Variasi di dalam kegiatan pembelajaran bertujuan antara lain  untuk:
1.      mengilangkan kebosanan siswa dalam belajar,
2.      meningkatkan motivasi siswa dalam mempelajari sesuatu,
3.      mengembangkan keinginan siswa untuk mengetahui dan menyelidiki hal-hal baru.
4.      melayani gaya belajar siswa yang beraneka ragam
5.      meningkatkan kadar keaktifan/ keterlibatan siswa dalam kegiatan pembelajaran.
Komponen-komponen Keterampilan Mengadakan Variasi
Pada dasarnya, variasi dalam kegiatan pembelajaran dapat dikelompokkan menjadi 3 kelompok, yakni:
1.      Variasi dalam Gaya Mengajar
Gaya mengajar seorang guru sering dikaitkan dengan kepribadian guru tersebut, sehingga sering terdengar diantara para siswa bahwa guru A selalu duduk ketika berbicara, guru B sering marah-marah, guru C suka bergurau, dan sebagainya. Secara garis besar, hal-hal yang berkaitan dengan gaya mengajar yang dapat divariasikan oleh seorang guru berkisar pada butir-butir berikut.
a.     Variasi suara
Suara guru dapat dikatakan merupakan factor yang sangat penting di dalam kelas karena sebagian besar kegiatan di kelas bersumber dari hal-hal yang disampaikan guru secara lisan. Oleh karena itu,  guru dapat memvariasikan suaranya dari:
1)      besar ke kecil
2)      tinggi ke rendah
3)      cepat ke lambat
4)      memberi tekanan tertentu dengan suara lambat-lambat
b.      Pemusatan perhatian
Dalam mengajar,  guru sering menginginkan agar siswa memperhatikan butir-butir penting yang sedang disampaikan. Hal ini dapat diucapkan guru dengan mengucapkan kata-kata tertentu secara khusus disertai isyarat atau gerakan seperlunya.
  1. Kesenyapan
Kadang-kadang ketika guru sedang asyik berbicara suasana kelas agak terganggu. Ada siswa yang mengantuk, berbicara atau bermain dengan temannya, atau mungkin ada yang sibuk sendiri. Untuk mengatasi hal ini guru dapat menerapkan “kesenyapan”, yaitu diam sejenak sambil memandang kepada siswa yang sibuk sendiri. Kesenyapan dapat pula dimunculkan ketika guru mengajukan pertannyaan dengan bertujuan memberikan waktu berfikir kepada siswa. Setelah diam beberapa saat, barulah guru menunjuk siswa yang akan diminta menjawab pertanyaan tersebut.
d.      Mengadakan kontak pandang
Kontak pandang dengan seluruh siswa merupakan senjata ampuh bagi guru dalam mengajar. “ sapalah semua siswa dengan pandanganmu”, adalah sebuah ungkapan kuno yang masih menunjukan keampuhannya. Memandang seluruh siswa tertentu dengan tujuan mengecek pemahamannya atau memberi perhatian khusus, mencerminkan keakraban hubungan antara guru dan siswa dalam mengajar.
e.       Gerakan badan dan mimic
Gerakan badan dan mimic harus sesuai dengan pembawaan guru sendiri. Tujuan yang ingin disampaikan, serta latar belakang social budaya di daerah tersebut. Misalnya, di suatu daerah “ menunjukan kepalan tangan (tinju) dianggap sebagai penegasan maksud, sementara di daerah lain mungkin dianggap sebagai pernyataan marah. Oleh karena itu, guru harus berhati-hati mengekspresikan mimic dan gerakan badan ini.
f.        Perubahan dalam posisi guru
Posisi guru ketika mengajar di dalam kelas juga berpengaruh kepada kegairahan siswa belajar. Saat mengajar guru tidak seharusnya terpaku di satu tempat. Guru dapat memvariasikan posisinya secara wajar, misalnya berdiri di depan kelas, pindah kesamping atau ketengah, kebelakang atau duduk sebentar. Ada kalanya karena tujuan tertentu guru berjalan-jalan diantara siswa untuk melihat siswa yang sedang bekerja, disaat lain mungkin guru berdiam agak lama di satu tempat membantu siswa yang mendapat kesukaran.
2.  Variasi Pola Interaksi dan Kegiatan
a. Kegiatan klasikal:
            1) mendengarkan informasi dan tanya- jawab secara klasikal/ diskusi
2) menyeleksi tayangan film, video, atau permainan peran,  yang kemudian diikuti oleh diskusi atau tugas-tugas lain. 
b. Kegiatan kelompok kecil:
            1) mendiskusikan pemecahan suatu masalah,
            2) menyelesaikan suatu proyek, misalnya laporan tentang suatu kegiatan
            3) melakukan suatu percobaan
            4) melakukan suatu keterampilan       
c. Kegiatan berpasangan:
            1) merundingkan jawaban pertanyaan yang diajukan secara klasikal,                                    2) latihan dengan menggunakan alat” tertentu.
d. kegiatan perorangan:
            1) membaca atau menelaah satu materi
            2) mengerjakan tugas-tugas individual
            3) melakukan percobaan
3.Variasi Penggunaan alat Bantu Pengajaran
Variasi alat bantu pengajaran dapat divariasikan sesuai dengan fungsinya, sebagaimana diketahui ada siswa yang lebih mudah belajar dengan cara mendengarkan, melihat, atau diberi kesempatan untuk memenipulasi alat Bantu yang digunakan. Sesuai dengan variasi tersebut, maka variasi penggunaan alat Bantu pengajaran dapat dikelompokkan sebagai berikut :
a.       Variasi alat Bantu pengajaran yang dapat dilihat
Variasi alat Bantu pengajaran yang tergolong dalam kelompok ini seperti : gambar-gambar, digram, grafik, peta. Yang semuanya dapat dipakai guru sesuai dengan topic yang sedang dibahas, karakteristik siswa, tujuan pengajaran, seta tak kalah pentingnya kemampuan guru dalam menggunakannya.
b.      Variasi alat bant pengajaran yang dapat didengar
Guru dapat menggunakan berbagai variasi alat Bantu yang dapat didengar seperti rekaman suara binatang, pidato atau suara tokoh-tokoh terkemuka.
c.       Variasi alat Bantu pengajaran yang dapat diraba dan dimanipulasi
Tergolong ke dalam bagian ini antara lain : biji-bijian, binatang kecil yang hidup, patung alat mainan atau alat-alat laboraturium. Penggunaan alat ini secara tepat akan dapat menumbuhkan dan memelihara minat siswa dalam belajar, agar kegiatan pembelajaran menjadi lebih efektif.

6.4 KETERAMPILAN MENJELASKAN           
Kegiatan menjelaskan bertujuan untuk :
1.               membantu siswa memahami konsep hukum, dalil dan sebagainya secara objektif dan bernalar,
2.               membimbing siswa menjawab pertanyaan “mengapa” yang muncul dalam proses pembelajaran
3.               meningkatkan keterlibatan siswa dalam memecahkan berbagai masalah melalui cara berpikir yang sitematis
4.               mendapatkan balikan dari siswa tentang pemahamannya terhadap konsep yang dijelaskan
5.               memberi kesempatan kepada siswa untuk menghayati proses penalaran dalam penyelesaian ketidak pastian
6.               memperkirakan tingkat pemahaman siswa terhadap penjelasan yang diberikan
Keberhasilan suatu penjelasan sanagt tergantung dari tingkat penguasaan guru terhadap kedua jenis komponen yaitu :
1.      Keterampilan Merencanakan Penjelasan
Merencanakan penjelasan mencakup 2 komponen yaitu :
*      Merencanakan isi pesan (materi)
Merencanakan materi pembelajaran merupakan tahap awal dalam proses menjelaskan. Perencanaan ini mencakup 3 hal penting:
1.        Menganalisis masalah yang akan dijelaskan secara keseluruhan termasuk unsur-unsur yang terkait dalam masalah itu.
2.        Menetapkan jenis hubungan antara unsure-unsur yang berkaitan tersebut.
3.        Menelaah hukum, rumus, prinsip, atau generalisasi yang mungkin dapat digunakan dalam menjelaskan masalah yang ditentukan.
*      Menganalisis karakteristik penerima pesan
Agar penjelasan yang direncanakan sesuai dengan karakteristik siswa; tiga pertanyaan berikut perlu dijadikan pegangan dalam merencanakan penjelasan.
1. Apakah penjelasan yang diberikan sesuai dengan pertanyaan yang diajukan siswa ?
2. Apakah penjelasan itu memadai ?
3. Apakah penjelasan itu sesuai dengan khasanah pengetahuan yang dimiliki siswa pada waktu itu, termasuk didalamnya khasanah bahasa sebagai alat komunikasi yang dikuasai siswa ?
2.      Keterampilan Menyajikan Penjelasan
Keterampilan menyajikan penjelasan terdiri dari komponen-komponen berikut ;
a.       Kejelasan
Kejelasan dari suatu penjelasan tergantung dari beberapa factor seperti : kelancaran dan kejelasan ucapan dalam berbicara, susunan yang baik dan benar, penggunaan waktu “diam sejenak” untuk melihat reaksi siswa terhadap penjelasan yang diberikan.
b.      Penggunaan contoh dan ilustrasi
Suatu penjelasan akan menjadi lebih menarik dan mudah dipahami jika disertai dengan contoh dan ilustrasi yang tepat. Contoh-contoh dapat berupa contoh konkret dalam kehidupan, dapat pula berupa ilustrasi yang diambil dari bidang lain yang kira-kira mudah dipahami oleh siswa.
c.       Pemberian tekanan
Variasi gaya mengajar memberi peluang bagi guru untuk mengubah suara ketika mengucapkan butir-butir penting disertai mimic dan gerak yang sesuai. Misalnya guru mengucapkan inti masalah dengan nada yang berat dan dalam, sambil menunjuk kepada gambar/tulisan yang berkaitan dengan inti dengan masalah tersebut.
d.      Balikan
Tujuan utama guru dalam memberikan penjelasan adalah agar siswa memahami masalah yang dijelaskan oleh guru.
6.5 KETERAMPILAN MEMBUKA DAN MENUTUP PELAJARAN
6.5.1 Keterampilan Membuka Pelajaran
            Secara umum dapat dikatakan bahwa keterampilan membuka pelajaran adalah keterampilan yang berkaitan dengan usaha guru dalam memulai kegiatan pembelajaran..
*      Tujuan yang ingin dicapai dengan menerapkan keterampilan membuka pelajaran adalah :
1.      menyiapkan mental siswa untuk memasuki kegiatan inti pelajaran,
2.      membangkitkan motivasi dan perhatian siswa dalam mengikuti pelajaran,
3.      memberikan gambaran yang jelas tentang batas-batas tugas yang harus dikerjakan siswa,
4.      menyadarkan siswa akan hubungan antara pengalaman/bahan yang sudah dimiliki/ diketahui dengan yang akan dipelajari, serta
5.      memberikan gambaran tentang pendekatan atau kegiatan yang akan diterapkan atau dilaksanakan dalam kegiatan belajar

Komponen keterampilan yang perlu dikuasai guru dalam membuka pelajaran adalah sebagai berikut :
a.      Menarik perhatian siswa
1)      memvariasikan gaya mengajar guru
2)      Menggunakan alat-alat bantu mengajar,
3)      Penggunaan pola interaksi yang bervariasi.
b.      Menimbulkan motivasi
1)                                    Sikap hangat dan antusias,
2)                                    Menimbulkan rasa ingin tahu,
3)                                    Ide yang bertentangan,
4)                                    Memperhatikan minat siswa
c.        Memberi acuan
1)      Mengemukakan tujuan dan batas-batas tugas,
2)      Menyarankan langkah-langkah yang akan dilakukan,
3)      Mengingatkan masalah pokok yang akan dibahas,
4)      Mengajikan pertanyaan-pertanyaan
d.      Membuat kaitan
Salah satu aspek yang membuat pelajaran jadi bermakna adalah jika pelajaran tersebut dikaitkan dengan pengetahuan yang telah dimiliki siswa. Dalam hal ini guru berusaha mengkaitkan materi baru dengan pengetahuan, pengalaman, minat serta kubutuhan siswa.

6.5.2 Keterampilan Menutup Pelajaran
Keterampilan menutup pelajaran adalah keterampilan yang berkaitan dengan usaha guru dalam mengakhiri pelajaran.
*      Tujuan yang ingin dicapai dengan menerapkan keterampilan menutup pelajaran adalah :
1.      memantapkan pemahaman siswa terhadap kegiatan belajar yang telah berlangsung
2.      mengetahui keberhasilan siswa dan guru dalam kegiatan pembelajaran yang telah dijalani
3.      memberikan tindak lanjut untuk mengembangkan kemampuan yang baru saja dikuasai
Agar kegiatan menutup pelajaran dapat berlangdung secara efektif, guru diharapkanmenguasai cara menutup pelajaran sebagai berikut.
a.      Meninjau kembali (mereviu)
Hal ini dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu, merangkum dan membuat ringkasan inti pelajaran.
1.      Merangkum inti pelajaran,
2.      Membuat ringkasan.
b.      Menilai (mengevaluasi)
Penilaian dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut.
1.      Tanya jawab secara lisan,
2.      Mendemonstrasikan keterampilaan,
3.      Mengaplikasikan ide baru,
4.      Menyatakan pendapat tentang masalah yang dibahas.
5.      Memberikan soal-soal tertulis yang dikerjakan oleh siswa secara tertulis pula.

6.6 KETERAMPILAN MEMBIMBING DISKUSI KELOMPOK KECIL
Sebenarnya, tidak semua pembicaraan yang dilakukan oleh sekelompok kecil orang dapat disebut diskusi. Agar dapat disebut diskusi, syarat-syarat berikut harus di penuhi
1.         Melibatkan kelompok,
2.         Berlangsung situasi tatap muka yang informal,
3.         Mempunyai tujuan yang mengikat anggota kelompok sehingga terjadi kerja sama untuk mencapainya.
4.         Berlangsung menurut proses yang teratur dan sitematis menuju ke pada tercapainya tujuan kelompok.
            Agar guru dapat membimibing diskusi kelompok secara efektif, ada komponen keterampilan yang perlu dikuasai guru. Ke-6 komponen tersebut adalah sebagai berikut.
1.         Memusatkan  Perhatian
2.         Memperjelas Masalah atau Uraian Pendapat
3.         Menganalisis Pandangan
a.         Menganalisis pandangan siswa, dengan cara meminta siswa memberi alsan  dan dasar pandangan yang di ajukannya dan.
b.         Memperjelas atau menguraikan inti gagasan siswa hal-hal yang sudah diepakati dan yannng belum disepakati.
4.         Meningkatkan Uraian
Cara yang dapat ditempuh guru dalam mepetajam atau menyempurnakan uraian siswa anatara lain sebagai berikut :
a.         Mengajukan pertanyan-pertanyaan kunci yang mampu menantang siswa untuk berpikir.
b.         Memberikan contoh-contoh pada saat yang tepat.
c.         Mengajukan pertanyaan yang mengundang banyak pendapat/jawaban.
d.        Memberi waktu yang cukup untuk berpikir tanpa diganggu oleh komentar-komentar yang dapat mengurangi konsentrasi siswa.
e.         Memberikan dukungan terhadap uraian yang dikemukakan siswa.
5.         Menyebarkan kesempatan berpartisipasi
Berbagai cara dapat ditempuh guru untuk menyebarkan kesempatan berpartisipasi.
a.         Memancing urunan siswa yang enggan berpartisipasi dengan cara menunjukkan pertanyaan secara halus kepada siswa tersebut.
b.        Mencegah terjadinya pembicaraan serentak dengan cara memberikan giliran terlebih  dahulu kepada siswa yang jarang berbicara.
c.         Mencegah secara bijaksana terjadinya monopoli oleh siswa tertentu.
d.        Mendorong terjadinya interaksi antar siswa dengan cara meminta siswa mengomentari pendapat temannya.
e.         Meminta persetujuan siswa untuk melanjutkan diskusi dengan bertitik tolak dari salah satu pendapat jika diskusi menemui jalan buntu, atau mengambil jalan tengah.
6.        Menutup Diskusi
Untuk menutup diskusi, guru dapat melakukan paling tidak tiga hal.
a.         Membuat Rangkuman
b.         Mengemukakan tidak lanjut
c.    Menilai proses dan hasil diskusi
Agar keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil dapat diterapkan secara efektif, anda harus memperhatikan prinsip penggunaan diskusi, baik sebelum, maupun sesudah berlangsungnya diskusi. Prinsip-prinsip penggunaan tersebut adalah sebagi berikut,
1.    Diskusi dapat dilaksanakan dalam semua pengajaran bidang studi di jenjang kelas yang siswanya sudah mampu mengungkapkan pikiran dan perasaan secara lisan.
2.    Topik atau masalah yang didiskusikan haruslah topik/masalah yang memerlukan informasi/ pendapat dari banyak orang untuk membahasnya atau memecahkannya.
3.    Diskusi kelompok di sekolah dasar masih memerlukan bantuan guru untuk membimbingnya.
4.    Diskusi harus berlangsung dalam iklim terbuka yang penuh persahabatan, sehingga memungkinkan terjadinya sikap saling menghargai.
5.    Sebelum diskusi, guru hendaknya membuat perencanaan dan persiapan yang mencakup hal-hal berikut.
a.       Pemilihan topik diskusi
b.      Perencanaan dan penyiapan informasi pendahuluan yang memungkinkan siswa mempunyai latar belakang yang sama terhadap topik diskusi.
c.       Penyiapan diri sebagai pemimpin diskusi, yaitu siap sebagai sumber informasi, motivasi ataupun pelaksanaan fungsi yang lain.
d.      Penetapan kelompok beserta anggota-angotanya.
e.       Pengaturan tempat duduk beserta tempat diskusi setiap kelompoknya.
6.    Diskusi mempunyai kekuatan/keuntungan yang dapat dimanfaatkan secara maksimal. Kekuatan tersebut antara lain;
a.       Kelompok memiliki sumber informasi yang kaya,
b.      Siswa yang pemalu merasa lebih bebas berbicara dalam kelompok kecil,
c.       Anggota kelompok termotivasi oleh anggota lain, dan
d.      Anggota kelompok merasa terikat untuk melaksanakan keputusan hasil diskusi.
7.    Diskusi kelompok mempunyai kelemahan-kelemahan yang dapat menggagalkan atau tidak tercapainya tujuan diskusi. Kelemahan tersebut antara lain:
a.       Memerlukan waktu cukup banyak,
b.      Dapat memboroskan waktu jika terjadi hal-hal negatif, serta
c.       Anggota yang kurang agresif bisa frustasi karena didominasi siswa tertentu.
8.    Guru hendaknya menghindari hal-hal berikut.
a.       Menyelenggarakan diskusi dengan topik yang tidak sesuai karena hanya menimbulkan kebosanan dan frustasi.
b.      Mendomninasi diskusi dengan berbagai informasi.
c.       Membiarkan terjadinya monopoli dan penyimpangan
d.      Tergesa-gesa meminta respon siswa
e.       Membiarkan siswa yang enggan berpartisipasi untuk tetap pasif
f.         Tidak memperjelas uraian.

6.7  KETERAMPILAN MENGELOLA KELAS
          Komponen keterampilan mengelola kelas dapat dikelompokkan menjadi 2 bagian yaitu:
1. Keterampilan yang bersifat Preventif
Sesuai dengan sifatnya, keterampilan ini mencakup kemampuan guru untuk mencegah terjadinya gangguan sehingga kondisi belajar yang optimal dapat diciptakan dan dipelihara.
a.    Menunjukkan sikap tanggap
b.    Membagi perhatian
c.    Memberikan petunjuk yang jelas
d.   Menegur
e.    Memberi penguatan
2.   Keterampilan yang bersifat Represif
Keterampilan ini berkaitan dengan kemampuan guru untuk mengatasi gangguan yang muncul secara berkelanjutan, sehingga kondisi kelas yang terganggu dapat dikembalikan menjadi yang optimal. Ada tiga pendekatan yang dapat diterapkan oleh guru dalam mengatasi gangguan yang berkelanjutan, yaitu: Memodifikasi tingkah laku, pengelolaan kelompok, dan menemukan serta mengatasi tingkah laku yang menimbulkan masalah.
a.    Memodifikasi tingkah laku.
b.    Pengelolaan Kelompok
c.    Menemukan dan memecahkan tingkah laku yang menimbulkan masalah
d.   Hal-hal yang diperhatikan
Agar mampu mengelola kelas secara efektif, guru harus memperhatikan hal berikut:
1.    Kehangatan dan keantusiasan guru sangat berperan dalam menciptakan iklim yang menyenangkan.
2.    Kata-kata dan tindakan guru yang dapat menggugah siswa untuk belajar dan berperilaku baik akan mengurangi kemungkinan munculnya perilaku yang menyimpang.\
3.    Penggunaan variasi dalam mengajar dapat mengurangi terjadinya gangguan.
4.    Keluwesan guru dalam kegiatan pembelajaran dapat mencegah munculnya gangguan.
5.    Guru harus selalu menekankan hal-hal yang positif dan menghindari pemindahan perhatian pada hal-hal yang negatif.
6.    Guru hendaknya mampu menjadi contoh dalam menanamkan disiplin diri sendiri.

6.8  KETERAMPILAN MENGAJAR KELOMPOK KECIL DAN PERORANGAN
Pengajaran kelompok kecil dan perorangan ditandai oleh ciri-ciri berikut ini;
1.        Terjadi hubungan (interaksi) yang akrab dan sehat antara guru dan siswa.
2.         Siswa belajar dengan kecepatan, cara kemampuan dan minatnya sendiri.
Penerapan belajar dalam kelompok kecil dan perorangan, disamping menuntut adanya perubahan dan pengelolaan. Kebiasaan guru yang hanya mengelola kelas besar hanya diimbangi dengan kebiasaan lain, yaitu memberi kesempatan kepada siswa untuk belajar dalam kelompok kecil dan perorangan. Komponen ketempilan mengajar kelompok kecil dan perorangan yaitu:
1.         Keterampilan Mengadakan Pendekatan Secara Pribadi
Siswa selalu merasa bahwa guru penuh perhatian terhadapnya serta siap membantu bila diperlukan. Suasana yang demikian itu dapat diciptakan dengan berbagai cara yang diantara adalah sebagai berikut. 
a.         Menunjukkan terhadap kebutuhan siswa,
b.         Medengarkan secara simpatik gagasan yang dikemukakan oleh siswa.
c.         Memberikan resepon yang positif terhadap buah pikiran/perasaan yang dikemukakan oleh siswa.
d.        Membangun hubungan yang dapat diciptakan oleh guru dengan berbagai cara,
e.         Menunjukkan kesiapan untuk membantu siswa tanpa kecendrungan untuk mendominasi atau mengambil alih tugas siswa.
f.          Menerima perasaan siswa dengan penuh pengertian dan keterbukaan.
g.         Berusaha mengendalikan situasi hingga siswa merasa aman, penuh pemahaman, merasa dibantu serta merasa menemukan alternatif pemecahan masalah yang dihadapi.
2.         Keterampilan Mengorganisasikan Kegiatan Pembelajaran.
Salah satu peran yang harus dimainkan oleh guru dalam mengajarkan kelompok kecil dan perorangan adalah sebagai organisator kegiatan pembelajaran.
a.         Memberikan orientasi umum tentang tujuan, tugas atau masalah yang akan dipecahkan,
b.         Memvariasikan kegiatan yang mencakup penetapan/penyatuan ruangan kerja, peralatan, cara kerja, aturan-aturan yang perlu dilakukan, serta alokasi waktu pada kegiatan tersebut.
c.         Membentuk kelompok yang tepat dalam jumlah, tingkat kemampuan dan lain-lain hingga siap mengerjakan tugasnya dengan sumber yang sudah tersedia.
d.        Mengkoordinasikan kegiatan dengan cara melihat kemajuan belajar yang dicapai serta penggunaan materi dan sumber sehingga guru dapat memberi bantuan pada saat yang tepat.
e.         Membagi-bagi perhatian pada berbagai tugas dan kebutuhan siswa, hingga guru siap membantu siapa saja yang memerlukan.
f.          Mengakhiri kegiatan dengan suatu kulminasi yang dapat berupa laporan hasil yang dicapai oleh siswa, kemudian disertai kesimpulan  bersama tentang kemajuan yang dicapai siswa dalam kegiatan tersebut.
3.         Keterampilan Membimbing dan Memudahkan Belajar.
Dalam mengajar kelompok kecil dan perorangan, guru diharapkan dapat membantu para siswa hingga dapat menyelesaikan tugasnya tanpa mengalami frustasi.
a.         Memberikan penguatan yang sesuai,
b.         Mengembangkan supervisi proses awal,
c.         Mengadakan supervisi proses lebih lanjut,
4.         Mengadakan supervisi pemanduan,
5.         Keterampilan Merencanakan dan melakukan kegiatan pembelajaran.

           
BAB VII
PENGELOLAAN KELAS

7.1  HAKIKAT PENGELOLAAN KELAS
            Pengelolaan kelas adalah salah satu tugas guru yang tidak pernah ditinggalkan. Guru selalu mengelola kelas ketika dia melaksanakan tugasnya. Pengelolaan kelas dimaksudkan untuk menciptakan lingkungan belajar yang konduksif bagi anak didik sehingga tercapai tujuan pengajaran secara efektif dan efisien. Ketika kelas terganggu, guru berusaha mengembalikannya agar tidak menjadi penghalang bagi proses belajar mengajar.
7.2 TUJUAN PENGELOLAAN KELAS
            Pengelolaan kelas yang dilakukan guru bukan tanpa tujuan. Karena ada tujuan itulah guru selalu berusaha mengelola kelas, walaupun terkadang kelelahan fisik maupun pikiran dirasakan. Tujuan pengelolaan kelas pada hakikatnya telah terkandung dalam tujuan pendidikan. Secara umum tujuan pengelolaan kelas adalah penyediaan fasilitas bagi bermacam-macam kegiatan belajar siswa dalam lingkungan sosial, emosional, dan intelektual dalam kelas. Fasilitas yang disediakan itu memungkinkan siswa belajar dan bekerja, tercipnya suasana soaial yang memberikan kepuasan, suasana disiplin, perkembangan intelektual, emosional dan sikap serta apreasi pada siswa (Sudirman N,1991,311).

7.3 Prinsip-prinsip Pengelolaan Kelas
Prinsip-prinsip pengelolaan kelas yaitu sebagai berikut:
1. Hangat dan Antusias
Hangat dan antusias diperlukan dalam proses belajar mengajar. Guru yang hangat dan akrab dengan anak didik selalu menunjukan antusias pada tugasnya atau pada aktivitasnya akan berhasil dalam mengimplementasikan pengelolaan kelas.
2. Tantangan
Penggunaan kata-kata, tindakan, cara kerja atau bahan-bahan yang menantang akan meningkatkan gairah anak didik untuk belajar sehingga mengurangi kemungkinan munculnya tingkah laku yang menyimpang.
3. Bervariasi
Penggunaan alat media, atau alat bantu, gaya mengajar guru, pola interaksi antara guru dan anak didik akan mengurangi munculnya gangguan, meningkatkan perhatian anak didik. Apalagi bila penggunaannya bervariasi sesuai dengan kebutuhan sesaat. Kevariasian dalam penggunaan apa yang disebutkan di atas merupakan kunci untuk tercapainya pengelolaan kelas yang efektif dan menghindari kejenuhan.
4. Keluwesan
Keluwesan tingkah laku guru untuk mengubah strategi mengajarnya dapat mencegah kemungkinan munculnya gangguan anak didik serta menciptakan iklim belajar mengajar yang efektif. Keluwesan pengajaran dapat mencegah munculnya gangguan seperti keributan anak didik, tidak ada perhatian, tidak mengerjakan tugas, dan sebagainya.
5. Penekanan pada Hal-hal yang Positif
Pada dasarnya dalam mengajar dan mendidik, guru harus menekankan pada hal-hal yang positif dan menghindari pemusatan perhatian anak didik pada hal-hal yang negatif.
6. Penanaman Disiplin Diri
Tujuan akhir pengelolaan kelas adalah anak didik dapat mengembangkan disiplin diri sendiri. Karena iti, guru sebaiknya selalu mendorong anak didik untuk melaksanakan disiplin diri sendiri dan guru sendiri hendaknya menjadi teladan mengenai pengendalian diri dan pelaksanaan tanggung jawab. Jadi, guru harus disiplin dalam segala hal bila ingin anak didiknya ikut disiplin dalam segala hal.

7.4 Penataan Ruang Kelas
1. Pengaturan Tempat Duduk
2. Pengaturan Alat-alat Pengajaran
Diantara alat-alat pengajaran di kelas yang harus diatur adalah sebagai  berikut :
a. Perpustakaan Kelas.
b. Alat-alat Peraga Media Pengajaran
c. Papan Tulis, Kapur Tulis, dan Lain-lain
d. Papan Presensi Siswa
3. Penataan Keindahan dan Kebersihan Kelas
a.   Hiasan dinding (pajangan kelas) hendaknya dimanfaatkan untuk  kepentingan pengajaran,
b.  Penempatan Lemari.
c.  Pemeliharaan kebersihan
4. Ventilasi dan Tata Cahaya


7.5 PENGATURAN SISWA
7.5.1 Pembentukan Organisasi
            Untuk melatih siswa dalam berorganisasi dan dalam rangka menciptakan ketertiban kelas, kiranya perlu dibentuk organisasi siswa di kelas. Pembentukan organisasi merupakan langkah awal untuk  melatih dan membinah siswa dalam hal berorganisasi. Meraka di latih untuk belajar bertanggung jawab atas tugas yang dipercayakan. Organisasi siswa dapat membantu guru dalam menyediakan sarana pengajaran, misalnya menyediakan batu kapur, alat peraga, buku paket, mengisi absen siswa atau guru, dan sebagainya.
7.5.2 Pengelompokan Siswa
            Dalam melayani kegiatan belajar siswa aktif, pengelompokan siswa mempunyai arti tersendiri. Pengelompokan siswa bermacam-macam, dari yang sederhana sampai kepada yang kompleks. Berikut ini dikemukakan beberapa pendapat para ahli menurut Conny Semiawan, dkk.
a. Pengelompokan Menurut Kesenangan Berkawan
b. Pengelompokan Menurut Kemampuan
c. Pengelompokan Menurut Minat
            Sedangkan menurut para ahli yang membagi pengelompokan siswa ini didasarakan pada satuan kelas yang dibagi atas kelompok-kelompok kecil yang kemudian bekerja sama di kelas atau di luar kelas. Pendapat ini separti di kemukakan oleh Udin Saripuddin dan Rustana Ardiwinata (1991) sebagai berikut:
  1. Pola Bekerja Paralel
  2. Pola Bekerja Komplementer
  3. Pola Campuran Paralel dan Komplementer
Selain dari pola pengelompokan siswa sebagaimana disebutkan di atas, pengelompokan siswa dapat pula dilakukan dengan cara-cara berikut ini :
  1. Pembentukan Kelompok Diserahkan Kepada Siswa
  2. Pembentukan Kelompok Diatur oleh Guru Sendiri
  3. Pembentukan Kelompok Diatur Guru atas Usul Siswa.

7.6 Pengelolaan Kelas yang Efektif
Menurut Made Pidarta untuk mengelola kelas secara efektif perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut :
  1. Kelas adalah kelompok kerja yang diorganisasi untuk tujuan tertentu, yang dilengkapi oleh tugas-tugas dan di arahkan oleh guru.
  2. Kelompok mempunyai perilaku sendiri yang berbeda dengan perilaku masing-masing individu dalam kelompok itu. Kelompok mempengaruhi individu-individu dalam hal bagaiman mereka memandang dirinya masing-masing dan bagaimana belajar.
  3. Kelompok kelas menyisipkan pengaruhnya kepada anggota-anggota. Pengaruh yang jelek dapat dibatasi oleh usaha guru dalam membimbing mereka di kelas di kala belajar.
  4. Praktik guru waktu belajar cenderung terpusat pada hubungan guru dan siswa. Makin meningkat keterampilan guru mengelola secara kelompok, makin puas nggota-anggota di dalam kelas.
  5. Struktur kelompok, pola komunikasi, dan kesatuan kelompok ditentukan oleh cara mengelola, baik untuk mereka yang tertarik pada sekolah maupun bagi mereka yang apatis atau masa bodoh/bermusuhan.


BAB VIII
DISIPLIN KELAS
8.1 HAKIKAT DISIPLIN KELAS
Menurut The Liang Gie yang dimaksud dengan disiplin adalah suatu keadaan tertib dimana orang-orang yang tergantung dalam suatu organisasi tunduk pada peraturan-peraturan yang telah ada dengan rasa senang hati.  Hadari Nawawi mengatakan disiplin adalah usaha untuk membina secara terus menerus kesadaran dalam bekerja atau belajar dengan baik dalam arti setiap orang menjalankan fungsinya secara efektif.
Berdasarkan pendapat di atas maka disiplin kelas dapat diartikan sebagai suatu keadaan tertib di mana guru dan murid-murid mematuhi peraturan kelas sehingga mereka dapat menjalankan fungsi masing-masing secara efektif dalam pelaksanaan proses kegiatan belajar mengajar didalam kelas.

8.2 Alasan Mengapa Disiplin Kelas itu diperlukan
            Berikut beberapa alasan mengapa Disiplin Kelas itu diperlukan, sebagai berikut :
1. Disiplin perlu di ajarkan dan perlu dipelajari serta dihayati oleh siswa, agar siswa mampu mendisiplinkan dirinya sendiri.
2. Disiplin, sebagaimana di akui oleh para pakar sejak dahulu, merupakan titik pusat berputarnya kehidupan sekolah.
3. Tingkat ketaatan siswa yang tinggi terhadap peraturan kelas, lebih-lebih jika ketaatan tersebut tumbuh dari diri sendiri, bukan dipaksakan, akan memungkinkan terciptanya iklim belajar yang kondusif, yaitu iklim belajar yang menyenangkan sehingga siswa terpacu untuk belajar.
4. Sebaliknya, tingkat ketaatan yang rendah terhadap aturan kelas akan memuat iklim belajar yang tidak kondusif, tidak menyenangkan.
5. Jumlah siswa dalam satu kelas, lebih-lebih di negeri kita cukup banyak.
6. Kebiasaan untuk menaati aturan dalam kelas akan memberi dampak lebih lanjut bagi kehidupan siswa di dalam masyarakat.

8.3 JENIS-JENIS DISIPLIN KELAS
Berdasarkan uraian diatas maka disiplin kelas dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu sebagai berikut.
a. Disiplin yang timbul atas kesadaran kelas sendiri (murid-murid dalam kelas).
Suatu keadaan tertib dan teratur di dalam kelas pada saat berlangsungnya kegiatan belajar, karena kesadaran atau kemauan murid-murid.
b. Disiplin yang timbul karena paksaan dari guru/wali kelas
Suatu keadaan tertib dan teratur di dalam kelas pada saat berlangsungnya kegiatan belajar, karena takut terhadap sanksi yang diberikan oleh guru/wali kelas. Disiplin kelas bersifat semu, kelas hanya tertib apabila guru/wali kelas berada di dalam kelas.

8.4 FAKTOR-FAKTOR YANG DAPAT MEMPENGARUHI DSIPLIN KELAS
Menurut Siti Meichati ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi disiplin kelas yaitu sebagai berikut:

a. Faktor Kesehatan
Kesehatan seseorang pada umumnya mempunyai pengaruh besar terhadap disiplin kerja. Orang-orang yang sering sakit sudah barang tentu tidak dapat menegakkan disiplin kerja. Demikian pula halnya dengan guru-guru dan murid-murid yang sering sakit-sakitan tidak dapat menegakkan disiplin
b. Faktor Perorangan
Yang dimaksudkan faktor perorangan adalah sikap seseorang terhadap suatu peraturan.

c. Faktor Sosial
Yang dimaksudkan dengan faktor sosial di sini adalah faktor manusia, sebagai makhluk sosial.
Sebagai makhluk sosial maka manusia mempunyai kecenderungan-kecenderungan sebagai berikut :
1). Manusia di dalam kelompoknya selalu ingin diikutsertakan.
2). Manusia di dalam kelompoknya ingin diperhatikan.
3). Manusia di dalam kelompoknya selalu ingin berhasil dan dihargai
kelompoknya.
   4). Manusia di dalam kelompoknya memerlukan penghargaan dan perasaan
diperlukan oleh orang lain.
5). Manusia didalam kelompoknya memerlukan sesuatu yang dapat
membebaskan diri dari keterikatan waktu dan ruang.
Dalam usaha untuk meningkatkan disiplin kerja dalam suatu organisasi, maka kecendrungan-kecendrungan ini harus diperhatikan dan dipertimbangkan oleh seorang pemimpin organisasi.

d.Faktor Lingkungan
Kelas yang lingkungan kerjanya sehat dalam arti terdapat hubungan interpersonal yang baik antara murid dengan murid, guru dengan murid dan guru dengan guru akan meningkatkan disiplin belajar mengajar dikelas.
Selain itu lingkungan fisik yang baik, juga dapat meningkatkan disiplin kelas. Lingkungan fisik yang baik misalnya fasilitas kelas yang teratur dan tersusun rapi serta cukup. Kekurangan fasilitas untuk belajar dapat menimbulkan kemalasan yang pada akhirnya mempengaruhi disiplin kelas.

e. Strategi Guru/Wali Kelas untuk Menciptakan Disiplin Kelas
Ada beberapa cara yang dapat dilakukan oleh guru/wali kelas untuk menegakkan disiplin kelas kepada murid.

1. Mendisiplinkan diri sendiri
Disiplin kelas dapat ditegakkan oleh guru/wali kelas dengan jalan memberikan contoh kepada muridnya dengan mendisiplinkan diri terlebih dahulu.

         2. Menumbuhkan kesadaran dalam diri murid-murid itu sendiri akan pentingnya makna atau arti dari pada disiplin itu sendiri
Cara ini dapat dilakukan dengan memberikan bimbingan berupa nasehat, petunjuk-petunjuk sehingga mereka benar-benar menyadari mengapa peraturan atau ketentuan tersebut harus dipatuhi demi untuk kepentingan mereka.
Bimbingan tersebut dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu:
a)  Bimbingan secara individual,
b) Bimbingan secara kelompok.

3. Mewujudkan kerjasama yang baik dalam suatu kelas
Disiplin kelas dapat pula diwujudkan dengan jalan saling menjalin kerjasama yang baik antara guru/wali kelas dengan murid-murid dalam kelas. Guru/wali kelas harus berusaha untuk membina saling pengertian dengan murid-muridnya akan tugas dan fungsi masing-masing, sehingga masing-masing pihak akan menjalankan perannya sesuai dengan posisi masing-masing dalam rangka untuk mencapai tujuan bersama.

4. Dalam mewujudkan disiplin kelas, setiap murid diperlakukan secara adil
Apabila sanksi hendak diberikan, maka sanksi tersebut harus konsekwen artinya tidak membeda-bedakan antara anak yang satu dengan anak yang lain. Jangan anak yang satu diberikan sanksi yang lebih berat jika dibandingkan dengan anak yang lainnya, padahal pelanggaran yang dilakukan adalah sama.

8.5  STRATEGI PENANAMAN DAN PENANGANAN DISIPLIN KELAS
8.5.1 Pandangan Terhadap Penanaman dan Penanganan Disiplin Kelas
1.  Pandangan yang mengatakan bahwa Guru harus berusaha agar siswa harus mengerjakan apa yang diinginkan oleh Guru
2. Berbeda dengan pandangan pertama, yang berfokus pada guru, Khon (1996) menegaskan bahwa guru seharusnya mulai dengan pertanyaan ”Apa yang diperlukan oleh anak-anak dan bagaimana cara saya untuk memenuhi kebutuhan tersebut ?”.
3. Pandangan yang mengatakan bahwa pendekatan yang berhasil dalam membangun disiplin adalah pendekatan yang menghormati hak individu, mendorong peningkatan konsep diri siswa, serta memupuk kerja sama
4. Pandangan lain yang sejalan dengan pandangan 2 dan 3 adalah pandangan humanistik, yaitu pandangan yang menekankan kemanusiaan.
5. Pandangan terakhir adalah pandangan kaum behavioristik, yang berpendapat bahwa perilaku dapat dipelajari dan dikontrol. Hukuman dan penguatan adalah 2 hal yang dianjurkan untuk digunakan dalam menegakkan disiplin. Dengan memberikan penguatan perilaku yang diharapkan dapat ditingkatkan, sedangkan dengan memberikan hukuman, perilaku yang kurang baik dapat dihilangkan.

8.5.2 Strategi Penanaman Terhadap Disiplin Kelas
Beberapa teknik yang dapat membantu penanaman disiplin kelas sebagai berikut:
  Tepat waktu dan mulailah pelajaran sesegera mungkin
• Siapkan rencana pelajaran dan informasikan kepada para siswa kapan, dan dimana aktifitas itu dikerjakan
    • Lakukan sesuatu dengan aturan dan pelaksanaan yang sama dan konsisten     tidak mengancam dan menantang para siswa
  Hindari adanya siswa favorit dalam kelas
  Menjalin hubungan kerja sama dengan orang tua

8.5.3 Strategi Penanganan Disiplin Kelas
Penanganan disiplin kelas perlu dilaksanakan secara penuh kehati-hatian dan demokratis. Cara-cara penanganan dilaksanakan secara bertahap dengan tetap memperhatikan jenis gangguan yang ada dan siapa pelakunya, apakah dilakukan secara kelompok atau individu.
Langkah tersebut mulai dari tahapan pencegahan sampai cara tahapan penyembuhan, dengan tetap bertumpuh pada penekanan substansinya bukan pada pribadi peserta didik.
1. Pencegahan
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam tahap ini adalah penciptaan suasana kelas, ketepatan perencanaan, dan intruksional. Pemberian catatan yang bersifat memberi dorongan pada pekerjaaan peserta didik sangatlah membantu.
2. Pemeliharaan
Pemeliharaan perilaku pada umumnya harus sejalan dengan pedoman yang telah ditetapkan agar peserta didik dapat menjalankan tugas-tugasnya. Pedoman itu harus memenuhi kepatuhan, kebermaknaan, dan kepraktisan ke arah belajar aktif.

3. Campur Tangan (intervensi)
Dalam fase campur tangan ini hendaknya dicari teknik yang efektif dan dilakukan secara hemat dan penuh pertimbangan. Campur tangan lebih dilakukan pada gejala utamanya dari pada kepada perilaku menyimpangnya.
4. Pengaturan
Tujuan pengaturan perilaku adalah mengurangi kesalahan pelaksanaan pengembangan kecakapan peserta didik. Fase ini merupakan fase penting dalam pencapaian tujuan dari pada peserta didik. Guru dapat membantu peserta didik menyadari bahwa perilaku memiliki konsekuensi dengan kehidupan mereka.











DAFTAR PUSTAKA


Winataputra, H. Udin S. 2007. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Universitas Terbuka.
Syarifudin, Suprdi , dkk. 2010. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Diadit Media.
Djamarah, Syaiful Bahri dan Zain Aswan. 2010. Strategi belajar mengajar. Jakarta: Rineka
Cipta.
Depdikbud, 1990. Pedoman Proses Belajar Mengajar di Sekolah Dasar, Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah.
Glesser, William, 1985. Control theory theory in the Classroom, Harper and Winston. New York.
Hamalik, O, 1990. Pendekatan Baru Mengajar berdasarkan CBSA. Sinar Baru Bandung.
Nasution, S, 1982. Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan Mengajar. Bumi Aksara.
Joni, TR, 1982. Strategi Belajar Mengajar, Dirgen Dikti.
Semiawan, C, DKK, 1987. Pendekatan Keterampilan Proses, Gramedia
Arif S. Sadiman, dkk. 1990. Media Pendidikan: Pengertian, Pengembangan, dan Pemanfaatannya. Jakarta: CV Rajawali.
Hernawan, Asep Herry. 2003. Ketrampilan Dasar Mengajar. Jakarta: Universitas Terbuka.
Oemar, Hamalik. 1986. Media Pendidikan. Bandung: Alumni.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar