Selasa, 27 Desember 2011





Definisi Kehidupan
Ada banyak penafsiran orang tentang kehidupan di dunia yang fana ini. Ada yang menafsirkan hidup adalah perjuangan, hidup adalah perbuatan, hidup adalah panggung sandiwara, dll. Kehidupan berbeda dengan hidup. Hidup bisa diartikan aktif, bernafas, dan bergerak. Kehidupan adalah jalan yang dituju dan dijalani seorang manusia selama hidupnya.
Terkadang orang berpikiran sempit dengan memandang kehidupan dari satu sisi saja. Misalnya ketika seseorang sedang jatuh cinta, maka dia hanya memandang keindahan cinta itu saja. Seakan-akan hidup adalah percintaan dan hidup untuk cinta. Lalu ketika dia sakit hati akibat cinta maka yang dia rasakan adalah kehancuran hidupnya. Sungguh kasihan orang yang seperti ini. Padahal cinta hanya salah satu kepingan dalam hidup ini. Cinta hanya sebagai pelengkap hidup agar menjadi indah dan penuh warna. Maka merugilah orang yang hidupnya hanya dihabiskan untuk mengejar cinta, dan lebih merugi lagi jika gagal dalam bercinta…
Kembali ke persoalan pertama yaitu tentang arti hidup. Menurut saya hidup itu adalah Pertarungan dan Pertaruhan. Maksudnya adalah dalam segala hal yang menjadi tujuan kita dalam hidup ini harus kita raih dengan usaha kita sendiri melewati pertarungan atau kompetensi dengan orang lain. Pertaruhan adalah selalu ada yang harus kita ambil resiko atau akibat yang ditimbulkan oleh perbuatan kita selama hidup. Misalnya sebagai contoh kalau kita jatuh cinta kepada seorang perempuan maka segala usaha untuk bisa mendekati dan memilikinya akan kita lakukan, dengan catatan jangan sampai merugikan orang lain. Kalau kita terlalu asyik mengejar cinta, maka akan ada kepentingan kita yang lain yang akan terabaikan misalnya seperti pendidikan atau pekerjaan kita. Nah ini lah yang saya maksud dengan pertaruhan kita dalam hidup. Dan setiap resiko dan akibat yang ditimbulkan dari perbuatan kita itu harus kita terima dengan penuh tanggung jawab.

Hakikat Waktu

Hakikat waktu adalah suatu hal yang sangat sulit untuk didefinisikan. Nabi pernah mengatakan bahwa waktu ibarat seseorang yang memegang pedang. Ketika waktu tidak dimanfaatkan secara baik, maka pedang tersebut bisa membunuh kita . bagaimana tidak, waktu yang sangat sedikit ini mengalir ibarat air yang tiada henti, yang jika kita tidak pandai menyikapinya, maka kita akan rugi.
Nabi pernah berkata dalam sebuah hadits, “ jika manusia hari ini lebih baik dari hari kemarin, maka manusia itu beruntung. Jika manusia hari ini sama dengan hari kemarin, maka manusia itu adalah rugi. Dan jika manusia hari ini lebih buruk dari hari kemarin, maka manusia itu celaka.”. di sini jelas sekali bahwa rasul memberikan manajemen penggolongan waktu yang baik. Bahwa umat muslim dari hari ke hari haruslah lebih baik dari hari sebelumnya. Menggunakan waktu semaksimal mungkin bisa menjadikan kita lebih berwibawa. Suatu ketika, saat semua terlalaikan oleh aliran waktu, dan ada salah seorang bisa membaca kondisi waktu yang baik, maka orang itulah baik menurut pandangan Allah. Ini telah Allah singgung sendiri bahwa orang mukmin itu ciri-cirinya meninggalkan hal-hal yang tidak bermanfaat. Waktu secara umum dibagi menjadi 3 kelompok:. Yaitu masa lalu, masa sekarang, dan masa yang akan datang. Hal yang paling jauh pada hakikatnya adalah masa lalu (hari kemarin), sebab betapapun kita berusaha sekuat tenaga, maka tidaklah akan pernah kembali waktu yang telah hilang. Oleh karena itu, segala hal baik itu kebaikan dan keburukan dimasa lampau hendalah tidak menjadi kebanggaan dan rasa yang bisa melemahkan kita, karena hal itu semua telah berlalu. Namun bisa kita jadikan pelajaran agar hal yang buruk tidak terjadi lagi. Hadapi realita yang ada pada waktu sekarang adalah lebih terpuji daripada hanyut dan berlalu dengan hal yang telah terjadi. Bukankah hidup ini hakikatnnya untuk kembali kepadaNya??? INGAT, kita diciptakan dan dikeluarkan dari rahim ibu kita dalam keadaan suci. Jadi kita harus kembali kepadaNya juga dalam keadaan suci. Saya disini menuliskan sebuah opini bukan menjadi sok tau, pinter n lainya.. namun disini saya selaku manusia yang sama pada umumnya juga bisa berfikir untuk hal yang paling penting. Oleh karena itu sangatlah wajar jika nabi pernah bersabda,” gunakanlah waktu yang 5 mu sebelum datang waktu yang 5 mu :. Muda sebelum tua, kaya sebelum miskin, sehat sebelum salit,lapang sebelum sempit dan hidup sebelum mati.: kesemua kesempatan itu ada pada kita. Hidup tidaklah lama. Seketika kita sehat, seketika pula kita bisa berubah sakit. Kehiudupan berliku-liku, tidak ada kehidupan yang lurus-lurus saja,. Adakalanya kita senang, ada kalanya kita sedih. Namun itulah hidup. Banyak macamnya. Oleh karena itu, kehidupan bisa kita sebut sebagai guru yang paling baik. Wahai kawanku semua. Disini anda membaca tulisan ini. Pernahkah anda berfikir untuk membuat seperti ini. Dan berjihad fisabilillah sesuai kemampuan kita ??? mulailah dari sekarang. Dan percayalah… bahwa setiap yang kita sumbangkan untuk saling mengingatkan adalah lebih besar pahalanya daripada mengurusi urusan dunia yang tiada kunjung selesai. Ingat kwan q… kita oleh nabi Muhammad telah diramalkan dalam haditsnya akan melampaui 5 periode waktu.
Masa dan/ atau zaman nabi ,,,, masa ini telah lewat…\Masa dan/ atau zaman
kekholifahan,…..msa ini juga sudah lewat…Masa dan/ atau zaman raja menggigit, raja yang berpangku pada islam masa ini telah lewat dengan runtuhnya kepemerintahan bani umayah dan abasiyah Masa dan/ atau zaman raja yang dictator…Masa dan/ atau zaman kepemerintahan kembali pada syariat islam…Jika kita tinjau lebih dalam arti makna hadits di atas, maka kita bisa berkata bahwa sekarang ini kita berada pada zaman pemimpin yang dictator… hal ini Nampak pada kebiadapan Hitler memusnahkan kaum yahudi, kebiadapan zionis israil yang pemimpin berkuasa sendiri malah menjamin keamana israil. Sungguh telah Nampak segalanya. Kita tinggal melewati zaman ke-islaman, yang kemudian habis itu, dunia juga akan habis. Sunggh, islam adalah agama yang baik (haq)à benar. Islam berawal dari hal yang baik, dan akan kembali kepada yang baik pula. Mulailah dari diri sendiri dan dari sekaranglah wahai ikhwan semua kita tegakkan syari’at yang islami. Kita tegakkan syari’at islam tidak hanya berbekal fisik, namun juga berbekal financial dan apapun, yang penting kita niatkan untuk berguna dijalan Allah. Mulailah kita niatkan dalam hati kita untuk bisa mencapai syahid. Sungguh seseorang akan dihitung syahid jika ada niat yang besar di hatinya yang kemudian beristiqomah, walaupun akhirnya ia meninggal di atas tempat tidur.
Hakikat waktu
Pertanyaan no.2:  Bagaimana hakikat sebenarnya waktu itu?
Jawabnya: Waktu itu dihitung melalui alat menghitung, untuk manusia menghitungnya  lewat perjalanan matahari dan jam . Al-Quran menyinggung soal pemanfaatan waktu  dalam musim haji sebagai berikut:
يَسْأَلُونَكَ عَنِ الْأَهِلَّةِ قُلْ هِيَ مَوَاقِيتُ لِلنَّاسِ وَالْحَجِّ وَلَيْسَ الْبِرُّ بِأَنْ تَأْتُوا الْبُيُوتَ مِنْ ظُهُورِهَا وَلَكِنَّ الْبِرَّ مَنِ اتَّقَى وَأْتُوا الْبُيُوتَ مِنْ أَبْوَابِهَا وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ(189)(البقرة)
“Mereka bertanya kepadamu tentang bulan sabit. Katakanlah: “Bulan sabit itu adalah tanda-tanda waktu bagi manusia dan (bagi ibadat) haji; Dan bukanlah kebajikan memasuki rumah-rumah dari belakangnya, akan tetapi kebajikan itu ialah kebajikan orang yang bertakwa. Dan masuklah ke rumah-rumah itu dari pintunya; dan bertakwalah kepada Allah agar kamu beruntung.”(S.2 Al-Baqarah 189).
1. Menghitung  waktu
Tafsir Ar-Razi-terbitan Daru Ihya`it Turats (17h195) dalam menafsirkan surat Al-‘Ashr mencatat bahwa arti Al-’Ashri: itu ialah jaman dikaitkan dengan Al-Quran (s76a1)   dapat dibagi menjadi tahun, bulan, hari, jam.
Penduduk bumi menghitung waktu didasarkan atas jalannya matahari dan bulan. Waktu matahari dihitung mulai matahari berada di kulminasi atas tengah malam, sampai siang, sampai malam dinamakan satu hari. Secara sederhana satu tahun matahari=365 hari. Satu hari dibagi menjadi 24 jam, satu jam=60 menit, satu menit=60 detik. Secara Qurani lamanya kalender waktu dihitung menurut jalannya bulan singkatnya satu tahun rembulan (Lunar) sekitar 354 hari.
Ternyata jalannya benda-benda langit itu tidak sama dengan angka-angka dari jalannya matahari sebagaimana gambaran di bawah ini (Untuk semua planet dan bui satu kali putar) sebagai berikut:
Bumi kita mengelilingi matahari satu tahun=365 hari
Merkuri sekali putar = 88 hari
Venus sekali putar = 225 hari bumi.
Mars satu kali putar=687 hari bumi
Yupiter sekali putar=4.332 hari kali bumi
Saturnus sekali putar=10.759hari  bumi
Uranus sekali putar =30.685hari bumi
Neptunus sekali putar=60.190 hari  bumi
Pluto sekali putar=90.550 hari bumi=247,9 tahun bumi.
@ Sir Edmund Halley memperoleh data bahwa komet Halley  setelah menjalani perjalanan dalam garis edarnya maka dia melintasi titik terdekat dengan  matahari Perihelion satu kali putar lamanya 76 tahun.         @Komet Kohoutek yang ditemukan oleh DR Lubos Kohoutek 1973,  komet ini diperhitungkan dalam perjalanannya melingkari garis edarnya  maka dia melintasi titik Perihelion titik paling dekat dengan matahari satu kali putar = 75.000 tahun (Tujuh puluh lima ribu tahun perhitungan sistem matahari).
2. Hakikat waktu tergantung oleh perasaan
Berdasarkan keterangan Al-Quran di bawah ini ternyata waktu itu sangat terkait oleh perasaan jiwa manusia. Jika akal dikuasai oleh perasaan maka waktu itu tidak diketahui. Tujuh orang pemuda Ashabul Kahfi tidur dalam guwa 309 tahun, tidak  disadarimya ternyata  mereka sudah 309 tahun tidur dikira hanya satu hari. Allah berfriman dalam Al-Quran:
وَلَبِثُوا فِي كَهْفِهِمْ ثَلَاثَ مِائَةٍ سِنِينَ وَازْدَادُوا تِسْعًا(25)قُلِ اللَّهُ أَعْلَمُ بِمَا لَبِثُوا لَهُ غَيْبُ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضِ أَبْصِرْ بِهِ وَأَسْمِعْ مَا لَهُمْ مِنْ دُونِهِ مِنْ وَلِيٍّ وَلَا يُشْرِكُ فِي حُكْمِهِ أَحَدًا(26)(الكهف)
“Dan mereka tinggal dalam gua mereka tiga ratus tahun dan ditambah sembilan tahun (lagi). Katakanlah: “Allah lebih mengetahui berapa lamanya mereka tinggal (di gua); kepunyaan-Nya-lah semua yang tersembunyi di langit dan di bumi. Alangkah terang penglihatan-Nya dan alangkah tajam pendengaran-Nya; tak ada seorang pelindungpun bagi mereka selain daripada-Nya; dan Dia tidak mengambil seorangpun menjadi sekutu-Nya dalam menetapkan keputusan”(S.18 Al-Kahfi 25-26).
Sejak jaman purba manusia menghitung waktu di dasarkan atas jalannya benda-benda langit, dengan memperhatikan  jalannya matahari dan  bulan.
Untuk menghitung  bulan dan tahun manusia menggunakan perjalanan matahari untuk menghitung jam untuk satu hari didasarkan atas perjalanan sinar matahari. Semua ini memang jelas untuk satu hari manusia langsung melihat matahari di ufuk timur atau di puncak kulminasi atas atau saat matahari berada di ufuk barat untuk tenggelam menghilang dari pemandangan. Sedangkan untuk menghitung waktu satu bulan dan satu tahun maka di sana terdapat dua macam pendapat, Dua macam landasan pemikiran itu ialah: dasar perhitungan waktu ditetapkan berasaskan jalannya matahari (Solar) dan satu lagi berdasarkan jalannya bulan (Lunar) atau Al-Qamar
3. . Kalender hitungan tahunan
i. Kalender Lunar atau Qamariyah-hitungan Rembulan
(a)-Bangsa yang pertamakali membuat kalender: bangsa Mesir 4240 tahun SM;
(b)-Disusul oleh bangsa Babilonia 2100 SM. tidak lama sesudah bangsa Mesir.
( c)-Lalu disusul bangsa Semit bangsa-bangsa di Timur Tengah, b.Arab, bangsa Yahudi.
(d)-Kemudian disusul lagi oleh bangsa Romawi, jaman Pompilius  673 SM.  Semua bangsa-bangsa ini menghitung kalender mereka berdasarkan hitungan bulan Qamariyah, satu bulan berumur 29h12j44m2,89detik-Satu tahun umurnya 354hari 8jam 8menit 34,6detik.
(e) Umar ibnul Khaththab tahun 17 H.menetapkan tahun Hijriyah dimulai ketika  hijrah Nabi Saw dari Makkah ke Madinah sebagai tahun pertama Hijriyah (610M).
(f).  Sultan Agung Mataram menetapkan tahun Jawa dengan hitungan kalender Qamariyah satu bulan 354h+3per8h,satu windu 28365h.
ii. . Kalender Solar-Syamsiyah-hitungan Matahari
(a) Julius Caesar dari  Romawi (46SM) mengganti kalender sistem Lunar atau Qamariyah berdasarkan jalannya Rembulan dibuang diganti dengan sistem Solar atau Syamsiyah, yaigtu hitungan berdasarkan jalannya sinar Matahari. Tanggal satu  dihitung mulai jam 24.oo tengah  malam. Satu tahun 365,2425h atau  365h 5jam 48m 46detik selisih dari sistem Solar dari Lunar=10 hari 21 jam 40 menit 11,32detik.
(b)  Ajisoko membuat kalender Jawa dengan sistem Solar-Syamsiyah-perhitungan Matahari dimulai  tahun78Masehi. Kemudian diubah oleh Sultan Agung Mataram th.1633M=1003H.
(c)  Bangsa Yunani mengubah permulaaan bulan dari titik Aries  bulan Maret menjadi  ketika matahari di Khatulistiwak Januari sampai Desember.
(d) Paus Gregorius mengubah tanggal 5 Oktober 1582 menjadi tanggal 15 Oktober 1582, sebab orang lama keliru menghitung, karena ada 0,0025h tiap tahun belum dihitung, sehingga setiap 400 tahun tanggalan harus ditambah 3 hari.
(e)  Angka tanggalan Greorius ini dikuti oleh Bangsa Belanda th,1583M, Swedia 1753M, Jepang 1873M,Cina 1912M dan Turki 1927M.
@ Manusia membuat hitungan kalender menurut pemikirn akalnya masing-masing,yaitu:
~Orang Jepang  menggunakan kalendernya tahun 2004=tahun  2664
~Bangsa Tionghoa tgl. 1-2-2004 menjadi tahun 2555
~Kaum muslimin – Tahun Hijriyah kini (tgl.21-2-3004M)=1425H
Sesuai dengan kalender yang  mereka pegang maka tahun baru-nya akan berbeda-beda, bahkan disebabkan karena pola-dasar perhitungan kalendernya maka akan berbeda pula hari pertama bulan pertamanya.
@ Hitungan waktu yang disinggung dalam Al-Quran
~Al-Quran s70a4  mengatakan bahwa satu hari malaikat sama dengan 50 tahun manusia.
~Qs41a30 menyatakan bahwa dengan kecepatan gerak maka waktu menjadi pendek. Maka umur alam semesta yang 18 milyar tahun manusia itu berapa tahun malaikat??? Berapa tahun Pluto? Berapa tahun Merkuri dan yang lain.
~~QS22a47 menyatakan bahwa  satu hari waktu kiamat sama dengan 1000 tahun manusia (1x30x12x1000 hari).
~ Qs20a103-104 menyatakan bahwa manusia merasa  selama hidup di dunia mereka rasakan hanya  satu hari atau 10 hari di hari kiamat
@ Waktu menurut  pakar Astronomi dan Falak Hisa
Lebih pelik sangat rumit lagi ialah  bahwa Ahmad Baiquni Prof, MSc, PhD, ahli nuklir pertama Indonesia dalam bukunya Al-Quran dan IPTEK (1994:12), mencatat pendapat pakar fisika sesudah penemuan data hasil peneropongan  Hubble tahun 1929  melalui teleskop terbesar di dunia, yaitu:
Alam semesta ini lahir dari sebuah singularitas, tercipta dari TIADA, pada 15 milyar tahun yang lalu alam ini tercipta dari KETIADAAN. Baiquni menegaskan bahwa kesimpulan ini tidak dapat disangkal. Selanjutnya Baiquni mengajukan teori itu lebih jauh sebagai berikut:
Berdasarkan Al-Quran S.21 Al-Anbiya` 30, S.51 Adz-Dzariyat 47, S.10 Yunus 101, S.88 Al-Ghasyiyah 18, S.3 Ali ‘Imran 190-191, S.41 Fushshilat 11, S.11 Hud 7, terutama difahamkan dari lafal :اَلسَّمَاءُ-- اَلْاَرْضُ—اَلدُّخَانُ-=-اَلْمَاءُ – َالْعَرْشُ Prof DR H.Ahmad Baiquni MSc menyatakan bahwa sekitar 15-18 milyar tahun yang lalu, alam semesta ini lahir dari satu titik  singularitas  fisis yang merupakan volume yang berisi seluruh materi calon alam semesta bersama isinya. Dengan dentuman hebat (The Big Bang) maka terlontarlah  pecahan dari  titik  itu ke seluruh penjuru ruang alam yang berkembang sangat cepat kemudian terciptalah ALAM SEMESTA.
Baiquni mencarat  bahwa  keterangan para  fisikawan itu telah menumbuhkan dua  poin pernyataan, yaitu:
1) Kira-kira 15 milyar tahun yang lalu semesta alam, energi, materi, ruang dan waktu keluar dari SATU TITIK singularitas  dengan temperatur  dan kepadatan yang tidak ada bandingnya.
2) Sebelum peristiwa ini para fisikawan menyatakan:
(a) tidak ada materi,
(b) tidak ada ruang,
(c) tidak ada waktu.
(d) tidak ada energi:
Baiquni menambahkan bahwa proses ledakan dan kemudian mendingin, maka  perubahan dari energi menjadi materi itu terjadi dalam waktu yang  Maha Cepat, yaitu sepuluh pangkat minus 34 detik. Jadi para pakar berpendapat bahwa di dunia ini ada sesuatu yang berjalan terlalu cepat  yang kecepatannya ialah  10 pangkat minus 34 detik, artinya satu detik dibagi 10 nolnya 34 buah. Subhanallah!!!!!!!!.
Dari ketiga penegasan di atas ini maka dapat kita tekankan lagi bahwa sebelum ada titik singularitas tersebut kita menjadi yakin bahwa saat itu
TIDAK ADA APA-APA KECUALI ALLAH
ذَلِكُمُ اللَّهُ رَبُّكُمْ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ خَالِقُ كُلِّ شَيْءٍ فَاعْبُدُوهُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ وَكِيلٌ (الانعام102)
Artinya:  “(Yang memiliki sifat-sifat yang) demikian itu ialah Allah Tuhan kamu; tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia; Pencipta segala sesuatu, maka sembahlah Dia; dan Dia adalah Pemelihara segala sesuatu”(S.6 Al-An’am 102).
Pada jaman paling awal (zaman Azali) ini tidak ada waktu, sebab alat ukur belum ada, sebab matahari, bumi, tata surya, alam ini belum ada. Belum ada waktu, belum ada jam tangan, jam dinding, belum ada jam GMT London.
Sesudah peristiwa Dentuman Dahsyat (Big Bang) yang sangat mengerikan itu selanjutnya  pecahan yang terlempar dari titik singularitas tadi akhirnya membentuk galaksi  dan segera terbentuk  tidak kurang dari 100 milyar galaksi. Setiap satu galaksi rata-rata berisi 100 milyar bintang. Para pakar fisika menjadi ta’ajub dan terheran-heran melihat adanya suatu kekuatan yang dapat  menciptakan dan melemparkan  10 trilyun bintang ke segala penjuru dengan kecepatan dari 10.000 sampai 100.000 Km perdetik .
Gamow. Alpher dan Herman memperkirakan peristiwa ini terjadi 15 milyar tahun yang lalu. Baiquni menyimpulkan bahwa pandangan itu tidak dapat disangkal. Allah berfirman:
وَالسَّمَاءَ بَنَيْنَاهَا بِأَيْدٍ وَإِنَّا لَمُوسِعُونَ(47)وَالْأَرْضَ فَرَشْنَاهَا فَنِعْمَ الْمَاهِدُونَ( الذريات 47-48)
Artinya: “Dan langit itu Kami bangun dengan kekuasaan (Kami) dan sesungguhnya Kami benar-benar meluaskannya. Dan bumi itu Kami hamparkan; maka sebaik-baik yang menghamparkan (adalah Kami)”(S.51 Adz-Dzariyat 47).
ءَأَنْتُمْ أَشَدُّ خَلْقًا أَمِ السَّمَاءُ بَنَاهَا(27)رَفَعَ سَمْكَهَا فَسَوَّاهَا (النازعات 27-28)
Artinya:“Apakah kamu yang lebih sulit penciptaannya ataukah langit? Allah telahmembangunnya, Dia meninggikan bangunannya lalu menyempurnakannya”(S.79 An-Nazi’at 27-28).
Hasil penelitian para pakar Ilmu Astronomi melalui teleskop Spitzer tahun 2003 dinyatakan  bahwa ternyata seluruh galaksi bersama dengan planet-planet rombongan anak buahnya  atau pinggir bola supercloster ini  bergerak mengembang menjauh ke segala penjuru. Maka alam semesta yang dapat kita bayangkan seolah-olah seperti  balon mainan kanak-kanak itu maka  sekarang besarnya sudah mencaapai  30 milyar pejalanan cahaya (30 milyar kali  12x30x24x60x60x300.000Km) dan ini terus bergerak sangat cepat ke segala penjuru, artinya balon sebesar itu bagaikan dihembus kuat-kuat  makin besar bola makin besar, makin besar dan suatu saat akan mencapai  puncak  maksimal dan absolut akhirnya…??? Subhanallah Allahu Akbar. Allah berfirman dalam Al-Quran S.88 Al-Ghassyiyah 17-20 . Allah hanya menyatakan bahwa langit itu ada tujuh:S.41 Fushshilat 12, S.2 Al-Baqarah 22, S.21 Al-Anbiya` 32.
أَفَلَا يَنْظُرُونَ إِلَى الْإِبِلِ كَيْفَ خُلِقَتْ(17)وَإِلَى السَّمَاءِ كَيْفَ رُفِعَتْ(18)وَإِلَى الْجِبَالِ كَيْفَ نُصِبَتْ(19)وَإِلَى الْأَرْضِ كَيْفَ سُطِحَتْ(20)(الغاشية)
“Maka apakah mereka tidak memperhatikan unta bagaimana dia diciptakan, Dan langit, bagaimana ia ditinggikan? Dan gunung-gunung bagaimana ia ditegakkan? Dan bumi bagaimana ia dihamparkan?:(S.88 Al-Ghasyiyah 17-20).
فَقَضَاهُنَّ سَبْعَ سَمَوَاتٍ فِي يَوْمَيْنِ وَأَوْحَى فِي كُلِّ سَمَاءٍ أَمْرَهَا وَزَيَّنَّا السَّمَاءَ الدُّنْيَا بِمَصَابِيحَ وَحِفْظًا ذَلِكَ تَقْدِيرُ الْعَزِيزِ الْعَلِيمِ(12)(فصلت)
“Maka Dia menjadikannya tujuh langit dalam dua masa dan Dia mewahyukan pada tiap-tiap langit urusannya. Dan Kami hiasi langit yang dekat dengan bintang-bintang yang cemerlang dan Kami memeliharanya dengan sebaik-baiknya. Demikianlah ketentuan Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui”(S.41 Fushshilat 12).
وَجَعَلْنَا السَّمَاءَ سَقْفًا مَحْفُوظًا وَهُمْ عَنْ ءَايَاتِهَا مُعْرِضُونَ(32)وَهُوَ الَّذِي خَلَقَ اللَّيْلَ وَالنَّهَارَ وَالشَّمْسَ وَالْقَمَرَ كُلٌّ فِي فَلَكٍ يَسْبَحُونَ(33)(الانبياء )
“Dan Kami menjadikan langit itu sebagai atap yang terpelihara, sedang mereka berpaling dari segala tanda-tanda (kekuasaan Allah) yang terdapat padanya.”(S.21 Al-Anbiya` 32-33).
Menurut catatan Dedy Suardi dalam Tafakur di Galaksi Luhur (1991:59) bahwa  bulan mengitari bumi satu kali putar memakan waktu =354,367.068 hari satu bulan = 29hari 12jam 44menit 2,9detik;Dan bumi mengitari matahari satu kali putaran lamanya =  365,242.217 hari.  Selisih kalender Solar-Syamsiyah dari Lunar-Qamariyah= 365,242.217 –354,367,068 = 10,875.148,9 hari; Jika diperhitungkan dengan seksama maka selama 300 tahun kalender Syamsiyah = 9.206.681.33 disederhanakan menjadi  9 tahun. Allah berfirman dalam Al-Quran:
وَلَبِثُوا فِي كَهْفِهِمْ ثَلَاثَ مِائَةٍ سِنِينَ وَازْدَادُوا تِسْعًا(25)
“Dan mereka tinggal dalam gua mereka tiga ratus tahun dan ditambah sembilan tahun (lagi)(S.18 Al-Kahfi 25).
Dicatat pula bahwa di antara benda-benda angkasa itu diketemukan benda yang disebut komet dan jika boleh diduga kita namakan bintang berekor, karena ketika komet itu mendekati matahari dia memantulkan sinar bagaikan ekor yang cemerlang sangat indah. Komet-komet itu secara periodik menjalani garis perjalanan yang melengkung sampai titik yang paling jauh dari matahari disebut Aphelion dan yang paling dekat dengan matahari dinamakan Perihelion.
Sir Edmund Halley memperoleh data bahwa komet Halley  setelah menjalani perjalanan dalam garis edarnya maka dia melintasi titik terdekat dengan  matahari Perihelion satu kali putar lamanya 76 tahun. Komet Kohoutek yang ditemukan oleh DR Lubos Kohoutek 1973,  komet ini diperhitungkan dalam perjalanannya melingkari garis edarnya  maka dia melintasi titik Perihelion titik paling dekat dengan matahari satu kali putar = 75.000 tahun (Tujuh puluh lima ribu tahun perhitungan sistem matahari).
Planet Mars- bergerak berputar lonjong  telur dan tiap 2 tahun  melintas  dekat dengan bumi jauhnya = 56 juta kilo meter.
*Singkatnya waktu jika diukur dengan gerak kecepatan Perihelion satu kali putar lamanya 76 tahun (Tahun matahari). Jika diukur dengan Komet Kohoutek satu kali putar 75.000 tahun. Jika diukur dengan menggunakan ukuran kecepatan teori BIG BANG maka  di sana ada waktu gerak yang kecepatannya ialah satu detik  (ukuran matahari) dibagi 10 pangkat 34. Inilah hakikat waktu.
@Sebelum terjadi peristiwa BIG BANG maka waktu juga belum ada sama sekali, sebab alat ukurnya, alam, matahari, jam belum ada.
Semua ini adalah hasil penelitian akal yang sangat terikat dengan benda materi yang dapat dijangkau dengan akal dan panca indra.
Allah jauh lebih tinggi sekali bahkan  Allah tidak melihat apa yang materialistis yang tunduk dibawah panca indra atau akal manusia, tetapi Allah melihat yang gaib, tidak dapat dijangkau oleh panca indra, Nabi Saw. bersabda:
4651  عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهم عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ اللَّهَ لَا يَنْظُرُ إِلَى صُوَرِكُمْ وَأَمْوَالِكُمْ وَلَكِنْ يَنْظُرُ إِلَى قُلُوبِكُمْ وَأَعْمَالِكُمْ (رواه البخاري)
“Dari Abu Hurairah ra bahwa Rasulullah Saw. bersabda: “Sungguh Allah tidak melihat kepada gambarmu dan tidak kepada hartamu tetapi itu Allah melihat hati dan amalmu semua”(HR Bukhari no. 4651).
Catatan para ulama berkaitan dengan keabadian waktu
(1) Tafsir Al-Qurthubi,-terbitan Darul Kutubil ‘Ilmiyah (2h244) dalam menafsirkan Al-Quran s2a178 mecatat hadis Dara Quthni bahwa orang yang sudah  menerima salah satu putusan dalam perkara tebusan darah atau qishash, tetapi lalu berbuat curang maka dia masuk neraka abadi dan diabadikan di neraka.
(2) Tafsir Ibnu Katsir –terbitan Daru Ihya`it Turats (J3h36) dalam menafsirkan Qs7a34, mencatat siapa yang mendustakan ayat Allah dan sombong maka dia akan abadi dan diabadikan  dalam neraka.
وَلِكُلِّ أُمَّةٍ أَجَلٌ فَإِذَا جَاءَ أَجَلُهُمْ لَا يَسْتَأْخِرُونَ سَاعَةً وَلَا يَسْتَقْدِمُونَ(34)(الاعراف)
“Tiap-tiap umat mempunyai batas waktu; maka apabila telah datang waktunya mereka tidak dapat mengundurkannya barang sesaatpun dan tidak dapat (pula) memajukannya”(S.7 Al-A’raf 34).
(3) Tafsir Ibnu Katsir  (3h303) dalam menafsirkan Qs6a128 mencatat bahwa orang musyrik akan masuk neraka akan abadi dan  diabadikan  dalam neraka itu, kecuali jika Allah menghendaki lain.
(4) Tafsir Ibnu Katsir (5h38)  dalam menafsirkan Qs19a38, Qs4a29 mencatat bahwa orang yang naik ke surga atau masuk ke neraka itu mereka akan abadi dan diabadikan di sana.
Dicatat di sana bahwa barang siapa membunuh diri dengan pisau maka dineraka akan abadi dan diabadikan dia menghunus pisau untuk ditusukkan ke badannya.
(5) Ibnu Katsir (2h234) dalam menafsirkan Qs4a29 mengutip shahihBukhari Muslim bahwa siapa bunuh diri dengan racun atau terjun dari atas ke bawah maka dia akan abadi dan diabadikan  dengan mengulang bunuh dirinya itu dalam neraka.)Rasulullah Saw. bersabda:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِي اللَّهم عَنْه عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهم عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَنْ تَرَدَّى مِنْ جَبَلٍ فَقَتَلَ نَفْسَهُ فَهُوَ فِي نَارِ جَهَنَّمَ يَتَرَدَّى فِيهِ خَالِدًا مُخَلَّدًا فِيهَا أَبَدًا وَمَنْ تَحَسَّى سُمًّا فَقَتَلَ نَفْسَهُ فَسُمُّهُ فِي يَدِهِ يَتَحَسَّاهُ فِي نَارِ جَهَنَّمَ خَالِدًا مُخَلَّدًا فِيهَا أَبَدًا وَمَنْ قَتَلَ نَفْسَهُ بِحَدِيدَةٍ فَحَدِيدَتُهُ فِي يَدِهِ يَجَأُ بِهَا فِي بَطْنِهِ فِي نَارِ جَهَنَّمَ خَالِدًا مُخَلَّدًا فِيهَا أَبَدًا (رواه البخاري5333  ومسلم 158)
“Dari Abu Hurairah bahwa Nabi Saw. bersabda: “Barang siapa yang terjun dari tebing tinggi bunuh diri, maka dia akan masuk neraka Jahanam abadi diabadikan dengan terjun seperti itu. Barang siapa yang meminum racun-bunuh diri maka dia akan abadi dan diabadikan dengan meminum racun seperti itu dalam neraka Jahanam. Barang siapa bunuh diri  dengan pisau di tangannya menusuk perut dia, maka dia akan abadi dan diabadikan dengan menusuk perut dengan pisau di tangannya itu dalam neraka Jahanam”(HR Bukhari no.5333 dan Muslim no.158).
(6) Tafsir Asy-Syaukani menfasrkan surat Al-Lumazah  mencatat bahwa seseorang yang motoduwiten (materialistis) mengira hartanya akan mengekalkan dia selama-lamanya, padahal tidak,
(7) Tafsir Bahrul Muhith dalam menfasirkan Qs4a47 mencatat bahwa orang yang berbuat dosa besar akan abadi dan diabadikan kekal dalam neraka. Kaum Khawarij percaya bahwa orang yang berdosa itu dosa kecil atau dosa besar dia akan diabadikan dalam neraka.
(8)Tafsir Bahrul Muhith menafsirkan s56a1, bahwa para gadis-gadis surga itu diabadikan oleh Tuhan dalam keadaan muda belia, tidak  bertambah tua dan tidak akan berubah dari mudanya.\
(9) Tafsir Ar-Razi terbitan Daru Ihyait Turats (3h353) dalam menafsirkan Qs2a25 mencatat bahwa tokoh Mu’tazilah berpendapat yang dimaksud dengan (Khalidun) berlangsung terus tidak terputus alasannya ialah Qs21a34.
{وَمَا جَعَلْنَا لِبَشَرٍ مِّن قَبْلِكَ الْخُلْدَ أَفَإِيْن مِّتَّ فَهُمُ الْخَـالِدُونَ} (الأنبياء 34)
Kami tidak menjadikan hidup abadi bagi seorang manusiapun sebelum kamu (Muhammad), maka jikalau kamu mati, apakah mereka akan kekal?”(S.21 Al-Anbiya`34
(10) Tafsir Ar-Razi (14h236) dalam menafsirkan Qs7a35 mencatat bahwa “Khalidun” itu artinya tetap atau lama. Tercatat pula bahwa orang fasiq yang shalat maka dia  tidak diabadikan dalam neraka selama-lamanya, sebab yang diabadikan itu ialah orang yang sombong dan mendustakan ayat-ayat Allah. Dalam halaman lain (27h525) dalam menafsirkan  (s23a38)(فَلاَ خَوْفٌ عَلَيْهِمْوَلاَ هُمْ يَحْزَنُونَ{(المؤمنون )  mencatat bahwa para ulama berpendapat bahwa orang yang beriman itu tidak akan ada kesedihan di akhirat sebagaimana ditegaskan oleh Allah dalam Al-Quran s21a103.
Bab III.  Kerja keras-Jihad dan Ijtihad
Pertanyaan no.3:Bagaimana usaha manusia supaya tidak merugi?      Usaha itu ialah dengan beriman yang benar, beramal soleh, membela kebenaran dan bermental militan tanpa henti..
1. Beriman yang benar
Allah berfirman dalam Al-Quran :
وَالْعَصْرِ(1)إِنَّ الْإِنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ(2)إِلَّا الَّذِينَ ءَامَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ(3)(العصر)
“Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran”(S.103 Al-‘Ashr 1-3)
فَاعْبُدُوا مَا شِئْتُمْ مِنْ دُونِهِ قُلْ إِنَّ الْخَاسِرِينَ الَّذِينَ خَسِرُوا أَنْفُسَهُمْ وَأَهْلِيهِمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَلَا ذَلِكَ هُوَ الْخُسْرَانُ الْمُبِينُ(15)(الزمر)
“Maka sembahlah olehmu (hai orang-orang musyrik) apa yang kamu kehendaki selain Dia. Katakanlah: “Sesungguhnya orang-orang yang rugi ialah orang-orang yang merugikan diri mereka sendiri dan keluarganya pada hari kiamat”. Ingatlah yang demikian itu adalah kerugian yang nyata”(S.39 Az-Zumar 15)(Lih.s42a45).
قَدْ خَسِرَ الَّذِينَ كَذَّبُوا بِلِقَاءِ اللَّهِ حَتَّى إِذَا جَاءَتْهُمُ السَّاعَةُ بَغْتَةً قَالُوا يَاحَسْرَتَنَا عَلَى مَا فَرَّطْنَا فِيهَا وَهُمْ يَحْمِلُونَ أَوْزَارَهُمْ عَلَى ظُهُورِهِمْ أَلَا سَاءَ مَا يَزِرُونَ(31)وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا لَعِبٌ وَلَهْوٌ وَلَلدَّارُ الْآخِرَةُ خَيْرٌ لِلَّذِينَ يَتَّقُونَ أَفَلَا تَعْقِلُونَ(32)(الانعام)
“Sungguh telah rugilah orang-orang yang mendustakan pertemuan mereka dengan Tuhan; sehingga apabila kiamat datang kepada mereka dengan tiba-tiba, mereka berkata: “Alangkah besarnya penyesalan kami terhadap kelalaian kami tentang kiamat itu!”, sambil mereka memikul dosa-dosa di atas punggungnya. Ingatlah, amatlah buruk apa yang mereka pikul itu. Dan tiadalah kehidupan dunia ini, selain dari main-main dan senda gurau belaka. Dan sungguh kampung akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang bertakwa. Maka tidakkah kamu memahaminya?”(S.6 Al-An’am 31-32).
قَدْ خَسِرَ الَّذِينَ كَذَّبُوا بِلِقَاءِ اللَّهِ وَمَا كَانُوا مُهْتَدِينَ(45)(يونس)
“Sesungguhnya rugilah orang-orang yang mendustakan pertemuan mereka dengan Allah dan mereka tidak mendapat petunjuk.”(S.10 Yunus 45).
وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَعْبُدُ اللَّهَ عَلَى حَرْفٍ فَإِنْ أَصَابَهُ خَيْرٌ اطْمَأَنَّ بِهِ وَإِنْ أَصَابَتْهُ فِتْنَةٌ انْقَلَبَ عَلَى وَجْهِهِ خَسِرَ الدُّنْيَا وَالْآخِرَةَ ذَلِكَ هُوَ الْخُسْرَانُ الْمُبِينُ(11)يَدْعُو مِنْ دُونِ اللَّهِ مَا لَا يَضُرُّهُ وَمَا لَا يَنْفَعُهُ ذَلِكَ هُوَ الضَّلَالُ الْبَعِيدُ(12)يَدْعُو لَمَنْ ضَرُّهُ أَقْرَبُ مِنْ نَفْعِهِ لَبِئْسَ الْمَوْلَى وَلَبِئْسَ الْعَشِيرُ(13)(الحج)
“Dan di antara manusia ada orang yang menyembah Allah dengan berada di tepi; maka jika ia memperoleh kebajikan, tetaplah ia dalam keadaan itu, dan jika ia ditimpa oleh suatu bencana, berbaliklah ia ke belakang. Rugilah ia di dunia dan di akhirat. Yang demikian itu adalah kerugian yang nyata. Ia menyeru selain Allah, sesuatu yang tidak dapat memberi mudharat dan tidak (pula) memberi manfa`at kepadanya. Yang demikian itu adalah kesesatan yang jauh. Ia menyeru sesuatu yang sebenarnya mudharatnya lebih dekat dari manfa`atnya. Sesungguhnya yang diserunya itu adalah sejahat-jahat penolong dan sejahat-jahat kawan”(S.22 Al-Hajji 11-13).
اسْتَحْوَذَ عَلَيْهِمُ الشَّيْطَانُ فَأَنْسَاهُمْ ذِكْرَ اللَّهِ أُولَئِكَ حِزْبُ الشَّيْطَانِ أَلَا إِنَّ حِزْبَ الشَّيْطَانِ هُمُ الْخَاسِرُونَ(19)(المجادلة)
“Syaitan telah menguasai mereka lalu menjadikan mereka lupa mengingat Allah; mereka itulah golongan syaitan. Ketahuilah, bahwa sesungguhnya golongan syaitan itulah golongan yang merugi”(S.58 Al-Mujadalah 19),
2. Beramak soleh
Allah berfirman dalam Al-Quran:
وَعَدَ اللَّهُ الْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا وَمَسَاكِنَ طَيِّبَةً فِي جَنَّاتِ عَدْنٍ وَرِضْوَانٌ مِنَ اللَّهِ أَكْبَرُ ذَلِكَ هُوَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ(72)(التوبة)
“Allah menjanjikan kepada orang-orang yang mu’min lelaki dan perempuan, (akan mendapat) syurga yang di bawahnya mengalir sungai-sungai, kekal mereka di dalamnya, dan (mendapat) tempat-tempat yang bagus di syurga `Adn. Dan keridhaan Allah adalah lebih besar; itu adalah keberuntungan yang besar”(S.9 At-Taubat 72).
وَجَاهِدُوا فِي اللَّهِ حَقَّ جِهَادِهِ هُوَ اجْتَبَاكُمْ وَمَا جَعَلَ عَلَيْكُمْ فِي الدِّينِ مِنْ حَرَجٍ مِلَّةَ أَبِيكُمْ إِبْرَاهِيمَ هُوَ سَمَّاكُمُ الْمُسْلِمِينَ مِنْ قَبْلُ وَفِي هَذَا لِيَكُونَ الرَّسُولُ شَهِيدًا عَلَيْكُمْ وَتَكُونُوا شُهَدَاءَ عَلَى النَّاسِ فَأَقِيمُوا الصَّلَاةَ وَءَاتُوا الزَّكَاةَ وَاعْتَصِمُوا بِاللَّهِ هُوَ مَوْلَاكُمْ فَنِعْمَ الْمَوْلَى وَنِعْمَ النَّصِيرُ(78)(الحج)
“Dan berjihadlah kamu pada jalan Allah dengan jihad yang sebenar-benarnya. Dia telah memilih kamu dan Dia sekali-kali tidak menjadikan untuk kamu dalam agama suatu kesempitan. (Ikutilah) agama orang tuamu Ibrahim. Dia (Allah) telah menamai kamu sekalian orang-orang muslim dari dahulu, dan (begitu pula) dalam (Al Qur’an) ini, supaya Rasul itu menjadi saksi atas dirimu dan supaya kamu semua menjadi saksi atas segenap manusia, maka dirikanlah sembahyang, tunaikanlah zakat dan berpeganglah kamu pada tali Allah. Dia adalah Pelindungmu, maka Dialah sebaik-baik Pelindung dan sebaik-baik Penolong”(S.22 Al-Hajji 78).
إِنَّ اللَّهَ اشْتَرَى مِنَ الْمُؤْمِنِينَ أَنْفُسَهُمْ وَأَمْوَالَهُمْ بِأَنَّ لَهُمُ الْجَنَّةَ يُقَاتِلُونَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ فَيَقْتُلُونَ وَيُقْتَلُونَ وَعْدًا عَلَيْهِ حَقًّا فِي التَّوْرَاةِ وَالْإِنْجِيلِ وَالْقُرْءَانِ وَمَنْ أَوْفَى بِعَهْدِهِ مِنَ اللَّهِ فَاسْتَبْشِرُوا بِبَيْعِكُمُ الَّذِي بَايَعْتُمْ بِهِ وَذَلِكَ هُوَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ(111)التَّائِبُونَ الْعَابِدُونَ الْحَامِدُونَ السَّائِحُونَ الرَّاكِعُونَ السَّاجِدُونَ الْآمِرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَالنَّاهُونَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَالْحَافِظُونَ لِحُدُودِ اللَّهِ وَبَشِّرِ الْمُؤْمِنِينَ(112)(التبة)
“Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mu’min, diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka. Mereka berperang pada jalan Allah; lalu mereka membunuh atau terbunuh. (Itu telah menjadi) janji yang benar dari Allah di dalam Taurat, Injil dan Al Qur’an. Dan siapakah yang lebih menepati janjinya (selain) daripada Allah? Maka bergembiralah dengan jual beli yang telah kamu lakukan itu, dan itulah kemenangan yang besar. Mereka itu adalah orang-orang yang bertaubat, yang beribadat, yang memuji (Allah), yang melawat, yang ruku`, yang sujud, yang menyuruh berbuat ma`ruf dan mencegah berbuat mungkar dan yang memelihara hukum-hukum Allah. Dan gembirakanlah orang-orang mu’min itu”(S.9 at-Taubat 111-112).
قَدْ خَسِرَ الَّذِينَ قَتَلُوا أَوْلَادَهُمْ سَفَهًا بِغَيْرِ عِلْمٍ وَحَرَّمُوا مَا رَزَقَهُمُ اللَّهُ افْتِرَاءً عَلَى اللَّهِ قَدْ ضَلُّوا وَمَا كَانُوا مُهْتَدِينَ(140)(الانعام 140)
“Sesungguhnya rugilah orang yang membunuh anak-anak mereka karena kebodohan lagi tidak mengetahui, dan mereka mengharamkan apa yang Allah telah rezkikan kepada mereka dengan semata-mata mengada-adakan terhadap Allah. Sesungguhnya mereka telah sesat dan tidaklah mereka mendapat petunjuk”(S.6 al-An’am- 140).
وَمَنْ خَفَّتْ مَوَازِينُهُ فَأُولَئِكَ الَّذِينَ خَسِرُوا أَنْفُسَهُمْ بِمَا كَانُوا بِآيَاتِنَا يَظْلِمُونَ(9) (الاعراف)
“Dan siapa yang ringan timbangan kebaikannya, maka itulah orang-orang yang merugikan dirinya sendiri, disebabkan mereka selalu mengingkari ayat-ayat Kami(S.7 Al-A’raf 9)(Lih.s23a103).
إِلَّا الْفَاسِقِينَ(26)الَّذِينَ يَنْقُضُونَ عَهْدَ اللَّهِ مِنْ بَعْدِ مِيثَاقِهِ وَيَقْطَعُونَ مَا أَمَرَ اللَّهُ بِهِ أَنْ يُوصَلَ وَيُفْسِدُونَ فِي الْأَرْضِ أُولَئِكَ هُمُ الْخَاسِرُونَ(27)(البقرة)
“……kecuali orang-orang yang fasik, (yaitu) orang-orang yang melanggar perjanjian Allah sesudah perjanjian itu teguh, dan memutuskan apa yang diperintahkan Allah (kepada mereka) untuk menghubungkannya dan membuat kerusakan di muka bumi. Mereka itulah orang-orang yang rugi”(S.2 Al-Baqarah 26-27).
كَالَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ كَانُوا أَشَدَّ مِنْكُمْ قُوَّةً وَأَكْثَرَ أَمْوَالًا وَأَوْلَادًا فَاسْتَمْتَعُوا بِخَلَاقِهِمْ فَاسْتَمْتَعْتُمْ بِخَلَاقِكُمْ كَمَا اسْتَمْتَعَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ بِخَلَاقِهِمْ وَخُضْتُمْ كَالَّذِي خَاضُوا أُولَئِكَ حَبِطَتْ أَعْمَالُهُمْ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ وَأُولَئِكَ هُمُ الْخَاسِرُونَ(69)(التوبة)
“(keadaan kamu hai orang-orang munafik dan musyrikin adalah) seperti keadaan orang-orang yang sebelum kamu, mereka lebih kuat daripada kamu, dan lebih banyak harta benda dan anak-anaknya daripada kamu. Maka mereka telah meni`mati bagian mereka, dan kamu telah meni`mati bagianmu sebagaimana orang-orang yang sebelummu meni`mati bagiannya, dan kamu mempercakapkan (hal yang batil) sebagaimana mereka mempercakapkannya. Mereka itu, amalannya menjadi sia-sia di dunia dan di akhirat; dan mereka itulah orang-orang yang merugi”(S.9 At-Taubat 69).
@ Orang yang sukses dan bahagia
كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ وَإِنَّمَا تُوَفَّوْنَ أُجُورَكُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ فَمَنْ زُحْزِحَ عَنِ النَّارِ وَأُدْخِلَ الْجَنَّةَ فَقَدْ فَازَ وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا مَتَاعُ الْغُرُورِ(185)(ال عمران)
“Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan”(S.3 Ali ‘Imran 185).
3.Membela kebenaran
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا(70)يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا(71)(الاحزاب)
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan katakanlah perkataan yang benar, niscaya Allah memperbaiki bagimu amalan-amalanmu dan mengampuni bagimu dosa-dosamu. Dan barangsiapa menta`ati Allah dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya ia telah mendapat kemenangan yang besar”(S.33Al-Ahzab 70-71).
وَلَوِ اتَّبَعَ الْحَقُّ أَهْوَاءَهُمْ لَفَسَدَتِ السَّمَوَاتُ وَالْأَرْضُ وَمَنْ فِيهِنَّ بَلْ أَتَيْنَاهُمْ بِذِكْرِهِمْ فَهُمْ عَنْ ذِكْرِهِمْ مُعْرِضُونَ(71)(المؤمنون)
“Andaikata kebenaran itu menuruti hawa nafsu mereka, pasti binasalah langit dan bumi ini, dan semua yang ada di dalamnya. Sebenarnya Kami telah mendatangkan kepada mereka kebanggaan mereka tetapi mereka berpaling dari kebanggaan itu”(S.23 Al-Mu`minun 71).
إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ إِذَا ذُكِرَ اللَّهُ وَجِلَتْ قُلُوبُهُمْ وَإِذَا تُلِيَتْ عَلَيْهِمْ ءَايَاتُهُ زَادَتْهُمْ إِيمَانًا وَعَلَى رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ(2)الَّذِينَ يُقِيمُونَ الصَّلَاةَ وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنْفِقُونَ(3)أُولَئِكَ هُمُ الْمُؤْمِنُونَ حَقًّا لَهُمْ دَرَجَاتٌ عِنْدَ رَبِّهِمْ وَمَغْفِرَةٌ وَرِزْقٌ كَرِيمٌ(4)(الانفال)
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu adalah mereka yang apabila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayatNya bertambahlah iman mereka (karenanya) dan kepada Tuhanlah mereka bertawakkal, (yaitu) orang-orang yang mendirikan shalat dan yang menafkahkan sebagian dari rezki yang Kami berikan kepada mereka. Itulah orang-orang yang beriman dengan sebenar-benarnya. Mereka akan memperoleh beberapa derajat ketinggian di sisi Tuhannya dan ampunan serta rezki (ni`mat) yang mulia”(S.8 Al-Anfal 2-4).
وَالَّذِينَ ءَامَنُوا وَهَاجَرُوا وَجَاهَدُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَالَّذِينَ ءَاوَوْا وَنَصَرُوا أُولَئِكَ هُمُ الْمُؤْمِنُونَ حَقًّا لَهُمْ مَغْفِرَةٌ وَرِزْقٌ كَرِيمٌ( الانفال74)
“Dan orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad pada jalan Allah, dan orang-orang yang memberi tempat kediaman dan memberi pertolongan (kepada orang-orang muhajirin), mereka itulah orang-orang yang benar-benar beriman. Mereka memperoleh ampunan dan rezki (ni`mat) yang mulia.”(s.8 Al-Anfal 74).
4. Bermental baja  militans, rawe-rawe rantas-malang2putung
Allah berfirman dalam Al-Quran sebagai berikut:
وَاصْبِرْ وَمَا صَبْرُكَ إِلَّا بِاللَّهِ وَلَا تَحْزَنْ عَلَيْهِمْ وَلَا تَكُ فِي ضَيْقٍ مِمَّا يَمْكُرُونَ(127)إِنَّ اللَّهَ مَعَ الَّذِينَ اتَّقَوْا وَالَّذِينَ هُمْ مُحْسِنُونَ(128)(النحل)
“Bersabarlah (hai Muhammad) dan tiadalah kesabaranmu itu melainkan dengan pertolongan Allah dan janganlah kamu bersedih hati terhadap (kekafiran) mereka dan janganlah kamu bersempit dada terhadap apa yang mereka tipu dayakan. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang bertakwa dan orang-orang yang berbuat kebaikan.”(S.18 An_Nahl 127-128).
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا مَنْ يَرْتَدَّ مِنْكُمْ عَنْ دِينِهِ فَسَوْفَ يَأْتِي اللَّهُ بِقَوْمٍ يُحِبُّهُمْ وَيُحِبُّونَهُ أَذِلَّةٍ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ أَعِزَّةٍ عَلَى الْكَافِرِينَ يُجَاهِدُونَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَلَا يَخَافُونَ لَوْمَةَ لَائِمٍ ذَلِكَ فَضْلُ اللَّهِ يُؤْتِيهِ مَنْ يَشَاءُ وَاللَّهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ(54)(الماءدة)
Hai orang-orang yang beriman, barangsiapa di antara kamu yang murtad dari agamanya, maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan merekapun mencintai-Nya, yang bersikap lemah lembut terhadap orang yang mu’min, yang bersikap keras terhadap orang-orang kafir, yang berjihad di jalan Allah, dan yang tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela. Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya, dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui”(S.5 Al-Maidah 54).
وَالصَّابِرِينَ فِي الْبَأْسَاءِ وَالضَّرَّاءِ وَحِينَ الْبَأْسِ أُولَئِكَ الَّذِينَ صَدَقُوا وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُتَّقُونَ(177)(البقرة)
Artinya: “…….dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar (imannya); dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa”(S.2 Al-Baqarah 177).

Kesimpulan
1. Orang yang tidak beriman, tidakberjuang-jihad fi Sabilillah, tidak membela kebenaran, tidak bersemangat dan berlemah mental, maka akan merugi sangat besar.
2. Di jaman awal alam tidak ada dan belum ada waktu, waktu dapat diukur satu detik dibagi 10 pangkat 34 atau diukur dengan Komet Kohoutek satu kali putar 75.000 tahun, jika diukur dengan matahari satu hari = 24 jam. Waktu akan menjadi lama jika ditunggu, waktu akan terlalu cepat jika dalam keadaan yang sangat disukai dan orang yang tidak sadar  akan merasa tidak  ada waktu.
3. Waktu wajib dimanfaatkan untuk taqarrub kepada Allah dengan maksimal sepenuhnya, beriman, beramal soleh, membela kebenaran dan sangat militan.

JANGAN SIA-SIAKAN WAKTU
Waktu adalah modal terbesar kita dalam menggapai impian. setiap detik sangat berharga. Setiap detik adalah peluang. Setiap detik yang ada, sangat berpengaruh bagi tercapainya impian kita. Semakin kita mengoptimalkan waktu, semakin cepat pula impian itu diraih.
Sahabat para penggapai mimpi. Sebisa mungkin jangan sia-siakan waktu anda. Usahakan setiap waktu anda bermanfaat. Upayakan setiap detik yang anda lewati, semakin mendekatkan dengan impian anda.
Sekali-lagi Jangan pernah terlena untuk menyia-nyiakan waktu ini. Karena setiap detik yang hilang, pasti akan engkau sesali. 20 tahun yang akan datang, mungkin engkau akan menyesali saat ini. Bahkan saat anda sukses sekalipun anda tetap menyesali waktu yang telah berlalu “seandainya saya memaksimalkan usia mudaku, pasti sekarang saya lebih sukses”. Apa lagi jika impian anda tidak tercapai, penyesalan anda pasti menjadi-jadi.
Karenanya mulai detik ini, usahakan dengan sekuat tenaga untuk memanfaatkan SETIAP DETIK

Kiat-Kiat Praktis Mengelola Waktu

Mengelola waktu adalah masalah klasik yang selalu dihadapi oleh siapapun yang ingin selalu lebih produktif, efektif, sekaligus lebih efisien. Sayangnya kita sering membuang waktu ketika membicarakan waktu. Waktu adalah komoditas yang abstrak. Ia akan terus berlalu dan tidak akan pernah kembali. Komitmen atas paradigma ini menunjukkan kualitas seseorang dalam menjalani kehidupannya. Kesuksesan tidak pernah mengabaikan dimensi waktu. Dengan kata lain waktu menjadi salah satu parameter kesuksesan atau nilai dari sesuatu.
Orang yang cerdas adalah orang yang mampu mengendalikan dirinya dan bekerja untuk kehidupan setelah kematian (Al-Hadits).
Pernahkah Anda merasa sibuk sepanjang hari tetapi kemudian pulang dengan perasaan tidak mengerjakan apa-apa? Itulah sesungguhnya yang dimaksud membuang waktu di mana Anda melakukan sesuatu yang justru tidak ada atau sedikit maknanya dibanding waktu yang terpakai.
Idaratul waqt dikenal sebagai upaya pengelolaan waktu sedemikian rupa sehingga apa yang kita lakukan sekarang memiliki manfaat jangka panjang. Sekarang merupakan investasi kita di masa depan, karena sekarang adalah bagian dari skenario kehidupan masa depan yang kita buat atau kita pilih sendiri.
Menyimpan Waktu
Semua orang mendapat jatah 24 jam sehari. Namun terdapat hal menarik atas keberadaannya. Muncul dua paradigma tentang waktu. Pertama yang mengatakan waktu adalah uang dan kedua menyimpulkan waktu adalah kehidupan. Pilihan seseorang atas salah satu paradigma tersebut akan menunjukkan misi, visi, serta aksi seseorang dalam mengisi waktu.
Bila waktu adalah uang, secara logika tidak logis, kenapa? Karena waktu berbeda dengan uang secara wujud maupun karakternya. Uang dapat ditabung, tapi waktu tidak. Uang dapat dikembangkan jumlahnya, waktu tidak (24 jam per hari). Uang dapat dicari, waktu tidak. Paradigma kedua tampaknya lebih bisa diterima akal. Karena secara wujud dan karakternya waktu dan kehidupan adalah equivalen. Bila seseorang setuju dengan paradigma kedua, ia akan terdorong untuk selalu bertanggung jawab atas setiap waktu yang dilaluinya.
Demi waktu, sesungguhnya manusia itu rugi, kecuali orang-orang yang beriman dan beramal shalih , yang saling nasihat menasehati dalam kebenaran dan saling nasihat dalam kesabaran. (QS. Al ‘Ashr: 1-3). Dalam idaratul waqt kita harus mampu mensinyalir waktu yang terbuang. Ini sering disebut faudha al waqt atau time wasters (membuang-buang waktu).
Faudha al Waqt
Time wasters adalah tindakan atas waktu tanpa menghasilkan manfaat jangka panjang. Dengan kata lain bila kita bertindak tanpa memikirkan manfaat jangka panjang maka sesungguhnya waktu kita terbuang. The person who kills time hasn’t learned the value of life” ( orang yang membuang waktu belum mempelajari nilai kehidupan).
Saat dilanda Time Wasters, kita berada di dalam dua kemungkinan; pertama, waktu kita hilang tak termanfaatkan akibat ketidaksadaran kita (atau akibat pengaruh orang lain –faktor eksternal); kedua, kita membuang waktu yang tidak sepadan dengan manfaat yang dihasilkan, dalam kondisi ini kita relatif menyadari tindakan kita (faktor internal).
Berikut ini kita akan coba mengkaji beberapa aktifitas yang sering menjebak sehingga kita terperangkap dalam sangkar faudha al waqt, antara lain sebagai berikut :
Suka Menunda
Kebiasaan menunda memang tidak mudah ditinggalkan. Ia bak monster pelahap waktu dalam diri sendiri. Belajar dan latihan sejak sekarang adalah solusinya. Bila tidak, kita akan selalu berada pada kondisi kritis, melakukan pekerjaan terburu-buru karena desakan waktu, kehilangan fokus dan prioritas, bahkan sangat mungkin Anda mengalami distress.
Saran praktis:
Pertama, latihlah diri Anda terbiasa melakukan pekerjaan prioritas, tapi relatif kurang menyenang. Bila selesai berilah penghargaan pada diri Anda ( misalnya istirahat, rekreasi, dan lain-lain). Setelah itu lakukan pekerjaan yang Anda sukai.
Kedua, biasakan memiliki agenda atau time schedule dan berusaha untuk komit atas rencana yang telah dibuat. Kunci untuk menetapkan prioritas dalam bekerja adalah menanyakan pada diri sendiri apa untungnya bagi saya melakukan hal ini? Apa hubungannya dengan sasaran jangka panjang?
Ketiga, membuat prioritas dan waktu (deadline). Perlu dipahami bahwa membuat prioritas berarti kita membuat tingkatan kepentingan (grade of importance) dari masing-masing aktifitas yang harus dilaksanakan. Sebagian orang mengartikan prioritas sebagai memesan jumlah waktu untuk menyelesaikan tugas tertentu. Buatlah prioritas setiap harinya dan dirinci setiap jam. Lakukan yang terpenting terlebih dahulu. Jika Anda anggap semua penting, menunjukkan tidak ada yang penting.
Para ulama membagi tiga tingkatan kemaslahatan yakni: dhururiyyat (sesuatu yang tidak bisa hidup kecuali dengannya), hajjiyyat (kehidupan mungkin terjadi namun mengalami kesulitan), tahsinat (assessories, digunakan untuk menghias dan mempercantik kehidupan) dan sering disebut dengan kamaliyyat (pelengkap).
Menunggu
Ketika menunggu, seakan kita tidak melakukan apapun, bahkan beranggapan tidak banyak yang bisa dilakukan saat itu. Ini disebabkan beberapa keterbatasan. Pertama, tidak terbiasa melakukan pekerjaaan yang membutuhkan konsentrasi. Jika menunggu tentunya perlu sesekali menengok atau mencari yang kita tunggu. Jika terlalu asyik dengan pekerjaan sampingan bisa-bisa tujuan utama yakni menunggu terlupakan.
Kedua, fasilitas dan tempat menunggu. Artinya kita hanya mungkin melakukan kegiatan sebatas fasilitas dan tempat dimana kita berada saat menunggu. Jadi, kita perlu memastikan agar apappun yang dikerjakan tetap memungkinkan kita untuk mencapai tujuan utamanya.
Dengan segala keterbatasan ini adakah yang bisa dilakukan? Jawabannya tentu ada. Paling tidak bisa berpikir, berdzikir, membaca, membuat rencana, mengembangkan ide, atau melakukan refleksi diri. Mengapa berpikir? Semua pekerjaan memerlukan pemikiran, dan semakin sering memikirkan apa yang akan dikerjakan, semakin matanglah rencana itu. Pekerjaan menganalisa, membuat rencana akan semakin mempertajam kemampuan nalar.
Jadi berpikir secara mendalam memang sesuatu yang perlu untuk dilakukan setiap saat dimana saja. Apalagi bila kita dapat menuangkan hasil pemikiran kita itu dalam format catatan, maka hal ini sudah merupakan pemanfaatan waktu yang sangat positif.
Sedang berdzikir adalah kebiasaan orang-orang yang taqarub ilallah. Paling tidak ada berapa manfaat yang bisa diperoleh dari kegiatan dzikir ini. Pertama, semakin tenteramnya nuansa ruhiyah (psikology air) sebagaimana janji Allah. Ala bidzikrillahi tathma’inul qulub (sesungguhnya hanya dengan mengingat Allahlah hati menjadi tenang). Kedua, meningkatnya daya konsentrasi akibat terfokus pada sesuatu yakni Allah SWT. Ketiga, dampak berdzikir bukan sekedar saat dilakukan, tapi juga punya jangan panjang yang luar biasa (yakni pahala serta keridhaan-Nya).
Inilah mini time management dimana waktu-waktu singkat termanfaatkan secara optimal. Tanpa disadari Anda telah melakukan (pooling) atau penggabungan beberapa kegiatan tanpa membuang waktu dan terganggunya pekerjaan lain.
Rapat Tidak Efisien
Rapat menjadi penting karena semua kegiatan dan tugas-tugas dari berbagai kalangan dikoordinasikan untuk pencapaian paling optimal, efektif, dan efisien. Pada praktiknya justru rapat menjadi pemakan waktu yang paling lahap. Cobalah catat berapa banyak waktu Anda termakan oleh berbagai rapat dalam sebulan? Ini terjadi karena karakter orang-orang yang mengikuti rapat tersebut, kelemahan pemimpin rapat dalam mengendalikan agenda, kaburnya mekanisme rapat tersebut; dan biasanya dalam rapat selalu banyak bicara daripada aksi.
Interuptif
Yakni gangguan yang tak diharapkan. Hal ini seringkali menjadi penyebab tidak efisiennya dalam pengelolaan waktu, misalnya saja tamu yang datang tanpa membuat janji terlebih dahulu, telepon yang membanjiri suasana kerja kita. Bila ini terjadi berarti Anda dipengaruhi kepentingan eksternal tanpa Anda sendiri bisa menyelesaikan hal-hal penting Anda. Solusinya, latihlah diri Anda dan tingkatkanlah kemampuan mengambil keputusan Anda untuk menanggapi permintaan eksternal, tentu saja bukan berarti menampikkan kepentingan orang lain.
Sosialisasi Berlebihan
Sebagai makhluk sosial tentu saja kita semua perlu berinteraksi dan bergaul dengan orang lain. Apalagi bagi da’i, kita dituntut untuk menyerukan risalah kebenaran ini kepada setiap manusia. Namun terkadang sosialisasi ini tak mengenal batas, hingga tanpa disadari kita kehilangan banyak waktu hanya mengobrol ngalor ngidul.
Saran praktis : Biasakan ketika Anda bersosialisai tentukan terlebih dahulu tujuan positif yang ingin dicapai dan biasakan membuat limit waktu (Time Budgeting). Rasulullah SAW bersabda, “Sejelek-jelek umatku ialah yang paling banyak omongnya, bermulut besar, dan berlagak sok pintar. Dan sebaik-baik umatku ialah mereka yang baik akhlaknya.” (HR. Bukhari dalam al adab al mufrad dari Abu Hurairah).
Superman
Takut mendelagasikan pekerjaan. Bila ini dilakukan, berarti Anda bergaya manajamen kuno yang selalu ingin melakukan segala sesuatu sendirian. Sikap perfeksionis yang berlebihanlah sebagai penyebabnya.
Dalam perkembangan ilmu manajemen, gaya seperti ini adalah gaya manajemen pertama (managment by doingmanagement by quality yang berciri kental berorientasi pada tim kerja (team work).
Jadi, bila Anda sulit mendelegasikan pekerjaan berarti Anda telah membuat diri Anda sendiri menjadi orang primitif.
Saran praktis:
Pertama, sadarilah bahwa hal tersebut kuno, ketinggalan zaman, tidak efektif, dan malah melelahkan. Bahkan hal tersebut tidak sejalan dengan konsep Islam yakni amal jama’i, ta’awuna’alal birri wa taqwa.
Kedua, sadarilah bila Andaa mendelegasikan pekerjaan kepada yang layak, berarti Anda telah memberdayakan (empowerment) orang lain. Inilah ciri manajeman modern. Mungkin akan menyita waktu pada awalnya, tapi akan selalu lebih baik untuk jangka panjang.
Berani Mengatakan Tidak
Hal ini menujukkan sikap ketidaktegasan Anda untuk melakukan hal-hal yang bersifat interuptif, dan tentu saja akan mengacaukan aktifitas pokok atau prioritas Anda.
Saran praktis : Sadarilah bahwa Anda tidak mungkin mampu melayani semua permintaan. Buatlah keputusan untuk melakukan apa yang harus dikerjakan dan benar-benar ingin untuk dilakukan dan katakan tidak untuk yang lain dari itu.
Bekerja Tanpa Agenda
Ibarat membangun rumah tanpa blue print, tanpa anggaran, tanpa limit waktu, maka hasilnya cenderung amburadul. Seandainya jadi pun sulit untuk dinilai dimana letak pemborosannya.
Saran praktis : Renungilah betapa Islam telah melatih kita agar beraktifitas berdasarkan waktu-waktu yang telah ditentukan. Dalam Islam terdapat kegiatan ibadah yang telah diagendakan baik dalam sehari (sholat lima waktu), sepekan (sholat Jum’at), dalam sebulan ( puasa ayamul bidh dan tilawah Qur’an minimal satu juz), dalam setahun (puasa Ramadhan, Zakat, bahkan dalam seumur hidup (ibadah haji, jika mampu).
Buatlah agenda kerja harian, mingguan, bulanan. Ingat, bila Anda gagal membuat rencana, hakikatnya Anda justru membuat rencana untuk menuai kekacauan dan kegagalan, dan bersiaplah untuk menyesal. Ibnu Atho’illah berkata, “Siapa yang awal perjalanannya berkilau, berkilau pula kesudahannya.”
Akrab dengan Penganggu
Dapatkah sebuah bangunan diselesaikan bila engkau membangunnya dan orang lain menghancurkannya (sya’ir).
Ibnu Atho’illah berkata, ‘Janganlah engkau bersahabat dengan orang yang perilakunya tak dapat membangkitkan semangat, dan tutur katanya tak dapat menunjukkan engkau ke jalan Allah.”
Memang selalu ada saja teman yang terlalu suka bercanda tanpa memandang waktu, selalu mengajak ngobrol ngalor ngidul tanpa arah.
Saran praktis :
Pertama, hindari mereka sesering mungkin karena sesungguhnya mereka tidak pernah memacu prestasi Anda, malah mematikan potensi serta waktu Anda.
Kedua, tingkatkan kemampuan negosiasi Anda, sehingga Anda mampu mengendalikan diri sekaligus menolong mereka keluar dari habitat kumpulan orang-orang lalai. Bila perlu gunakan metode negosiasi win-lose (menang-kalah) untuk cepat menghentikan pembicaraan yang tidak bermanfaat itu.
Kebiasaan Baca yang Salah
Jangan dulu gembira bila Anda mengisi mini time (waktu singkat), seperti menunggu dalam perjalanan dengan kegiatan membaca, merasa telah terhindar dari lost time (kehilangan waktu). Mengapa? Karena kebiasaan baca yang salah pun akan membuat Anda terjebak, sehingga tetap berada dalam sangkar lost time.
Oleh karena itu untuk mengurangi lost time akibat kebiasaan baca yang salah ada beberapa tips sebagai berikut:
1. Bacalah sesuatu (majalah, koran, buku, dan lain-lain) yang Anda perlukan, dan coba tanyakan paada diri Anda apakah Anda perlu berlangganan?
2. Jadwalkan kegiatan membaca sebagai bagian dari jadwal harian Anda. Jika tidak, Nada tidak akan pernah punya waktu untuk membaca.
3. Membacalah pada saat-saat yang tidak terlalu baik untuk mengerjakan hal-hal lain.
4. Tentukan apa yang akan Anda baca dan berapa lama waktu yang akan dihabiskan.
5. Gunakan stabilo atau sejenisnya untuk menandai informasi penting dari bacaan tersebut. Bila Anda tidak ingin sumber bacaan itu kotor karena coretan, Anda bisa menuliskannya pada kertas lain. Dengan demikian Anda telah mendapat manfaat nyata dari bacaan Anda.
Kurang Kreatif
Tingkat kreatifitas seseorang menunjukkan kepiawaian mengisi waktu seseorang. Bagi orang-orang kreatif tidak mengenal istilah harus berbuat apa saya ini? Atau apa yang dapat saya lakukan? Biasanya orang yang kreatif akan terhindar dari perasaan sia-sia.

Makna Hidup dalam Tinjauan Islam
Ulama besar, Muhammad Al Ghazali, pernah berkata bahwa pemahaman hidup yang dangkal adalah sebuah tindak ‘kriminal’ yang keji. Disebut demikian karena pemahaman yang dangkal ini akan membawa kepada ketersesatan dari jalan menuju akhirat yang bahagia. Semisal, jika seseorang memandang hidup dengan dangkal, boleh jadi ia akan menghalalkan segala cara untuk memperoleh harta, tidak memperdulikan apakah itu halal ataukah haram.
Makna hidup dalam tinjauan Islam paling tidak meliputi pemahaman bahwa:
1.    Hidup ini kesemuanya adalah ujian dari Allah SWT
Hidup adalah untuk menguji apakah seorang manusia bersyukur atau kufur kepada Allah SWT.Allah berfirman dalam QS Al Mulk [67] : 2 yang terjemahnya, ” (ALLAH) yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya, dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.
Ujian dalam hidup kita bukan saja kesulitan ataupun musibah, namun juga berupa nikmat atau kemudahan dari Allah SWT, seperti keluarga, suami, istri, anak-anak, harta, kekuasaan, pangkat, dsb.
Kita bisa meneladani Nabi Sulaiman as. yang diberikan nikmat luar biasa oleh Allah SWT. Allah SWT memberikan kerajaan yang sangat kaya, luas dan besar, yang pasukannya terdiri dari manusia, jin, hewan, dan angin. Semua kenikmatan itu tidak menjadi Nabi Sulaiman as menjadi sombong kemudian mengingkari Allah SWT, namun menjadikannya sering ber-muhasabah, melakukan introspeksi diri, berhati-hati jangan sampai menjadi kufur kepada Allah SWT, sehingga tidak berujung kepada murka Allah sebagaimana dalam QS. Ibrahim [14]:7, “ dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan, “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih”.
Allah akan menguji manusia melalui hal-hal sebagai berikut sesuai dengan QS Al Baqarah [2]:155-156 sbb,
dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan, dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar, (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: “Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji’uun”.
Dalam kondisi tertimpa cobaan atau musibah, Allah berfirman bahwa ada orang-orang yang layak diberikan kabar gembira dengan surga, yaitu orang-orang yang bersabar; yang ketika tertimpa bencana itu mengatakan “Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji’uun”, yang artinya : Sesungguhnya kami adalah milik Allah dan kepada-Nya-lah kami kembali. Kalimat tersebut dinamakan kalimat istirjaa atau pernyataan kembali kepada Allah. Disunatkan menyebut kalimat tersebut ketika ditimpa marabahaya baik besar maupun kecil.
Rasulullah saw bersabda bahwa sungguh beruntung seorang mukmin, karena semua urusan adalah baik baginya, ketika diuji maka dia bersabar ketika ia diberi kenikmatan ia bersyukur.
Salah satu doa yang bisa selalu kita ucapkan adalah doa, Allahummaj’alni shaburan waj’alni syakuran waj’alni fi ‘ainii shaghiran wa fi a’yuninnasi kabira, yang artinya, Ya Allah, jadikan aku sabar dan bersyukur kepada-Mu, dan jadikanlah aku kecil di mataku sendiri serta besar (bermanfaat) di mata orang lain.
2. Kehidupan dunia ini lebih rendah dibandingkan kehidupan akhirat.
Sebagaimana dalam QS Adh Dhuha [93]:4, “ dan sesungguhnya hari kemudian (akhirat) itu lebih baik bagimu daripada yang sekarang (permulaan). ”
Atau dalam QS Ali ‘Imran [3]:14, “ dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga).
3. Kehidupan dunia ini hanya sementara
Boleh jadi saat ini kita dalam kondisi sehat wal ‘afiat, gagah, cantik, kulit mulus, dll. Tapi ada saatnya ketika kita kemudian menjadi tua, keriput, lemah, pikun, dan akhirnya dipanggil ke sisi Allah SWT.
Dalam QS Al Mu’min [40]:39, Allah berfirman, “ Hai kaumku, sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah kesenangan (sementara) dan sesungguhnya akhirat itulah negeri yang kekal.
Dalam QS Al Anbiyaa [21]:35, “ Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya) dan hanya kepada Kami-lah kamu dikembalikan.


4. Kehidupan ini adalah ladang amal untuk kesuksesan akhirat
Ali bin Abi Thalib ra. Berkata bahwa sesungguhnya hari ini adalah hari untuk beramal bukan untuk hisab (perhitungan) dan esok (akhirat) adalah hari perhitungan bukan untuk beramal. Ketika seseorang meninggal dunia maka terputuslah semua amal perbuatannya dan ia tinggal menunggu masa untuk mempertanggungjawabkan semua amal perbuatannya di dunia. Bekal kita adalah ibadah kepada Allah SWT. Ibadah bukan sekedar sholat atau zakat, tetapi segala aktivitas hidup kita akan bernilai ibadah jika diniatkan karena Allah SWT.

Manajemen Waktu – 6 Tips Mengelola Waktu Lebih Efisien


Jika Anda memiliki banyak hal yang harus dilakukan atau hanya ingin menggunakan waktu lebih efisien, Anda perlu belajar tentang bagaimana cara mengelola waktu.
Berikut tips tentang bagaimana cara untuk mengelola waktu agar lebih efisien:
1. Tulis dan buatlah daftar tugas yang harus Anda selesaikan, mulai dari tugas kecil, pekerjaan rumah dari sekolah, atau membayar tagihan listrik.
2. Setelah membuat daftar, tuliskan tanggal jatuh temponya. Misalnya, PR matematika: hari selasa, Tagihan listrik: tanggal 20, Belanja bahan makanan: akhir minggu ini.
3. Anda juga bisa mencari tahu tugas mana yang mungkin membutuhkan waktu lebih lama dibandingkan tugas yang lain.
4. Sekarang mulailah mengerjakan tugas-tugas tersebut, satu tugas pada satu waktu. Anda sebaiknya tidak mencoba untuk melakukan beberapa tugas dalam satu waktu karena ini akan menjadi tidak efisien dan hanya akan membuat stres.
5. Anda juga bisa mencoba membari batasan waktu dalam menyelesaikan suatu tugas. Misalnya,  menyelesaikan PR matematika dalam waktu satu jam, atau menyelesaikan tugas makalah dalam 2 jam.
6. Jangan lupa untuk beristirahat sejenak diantara tugas-tugas Anda.[]

Memahami Makna Kehidupan

Oleh M.Tasar karimuddin*

Pada dasarnya manusia lahir kedunia ini hanya untuk bersujud kepada Allah, Namun bukan berarti harus over time. Perlu kita ketahui bahwa kehidupan yang kita lalui saat ini adalah kunci kedepan, Akhiratlah sebagai finalnya. Firman Allah Ta’ala : Hidup di dunia ini. Tidak lain hanyalah suatu kesenangan dan permainan belaka. Sesungguhnya kampung akhirat itulah kehidupan yang sebenarnya jika mereka mengetahuinya. {Q.S. 29:64}

Kita dapat memahami secara jelas, Kehidupan kita di dunia ini hanyalah permainan, kesenangan, Bahkan bisa menjadi malapetaka bagi kita sendiri. Manusia umumnya hanya menjalani kehidupan ini apa adanya, tampa memahami maknanya. Apalagi jika sampai lalai dengan kilauan dunia, Maka kesesatanlah yang memicu kehidupan.

Apapun yang kita miliki di dunia ini, baik itu harta yang melimpah, jabatan yang tinggi belum tentu kita akan hidup tenang. Katakan saja anda kaya, Punya jabatan tinggi dan sebagainya, tetapi apakah kekayaan dan jabatan itu

Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) India
Mengucapkan
Selamat Menyambut
Hari Kemerdekaan R.I

yang ke-60

bisa membahagiakan anda? Belum tentu, jika nafsu kita yang tidak pernah puas.

Kecuali bila seseorang sadar dan merasa puas dengan apa yg telah dititipkan oleh Allah kepadanya, Barulah tergolong manusia yang bahagia.

Bagaimanapun indah dan suksesnya meraih dunia ini, dia tidak akan bahagia. Manusia ada watak dasar, yaitu bosan, gelisah, atau selalu khawatir dan khawatir.

Kekayaan yang dimilik oleh seseorang pada zaman sekarang ini tidaklah seberapa jika dibandingkan dengan kekayaan yang dimiliki oleh orang-orang pada zaman dahulu. Andaikan seluruh kekayaan orang-orang muslim di seluruh jagad ini, atau bahkan seluruh kekayaan yang ada di dunia ini dikumpulkan jadi satu, Tidak ada bandingnya dengan kekayannya Nabi sulaiman, belum lagi kekayaan Qorun pada zaman Nabi Musa. Jadi kekayan seseorang pada zaman sekarang belum sebanding dengan kekayaan umat pada masa lalu, terlebih lagi umat islam yang terkenal miskin jika dibandingkan dengan yahudi.

Andaikan kebahagian terletak pada jabatan dan kekayaan, Tentu Fir’aun sudah bahagia dan tentu orang-orang amerika tidak ada yg stress. Menurut islam, kebahagiaan letaknya tidak pada jabatan dan kekayaan semata. Konsep islam secara menyeluruh mengenai kebahagiaan atau ketenangan ialah dengan cara merohanikan segala sesuatu yang berbentuk materi kepada Allah Ta’ala.

Disisi lain rasulullah berpesan dalam sabdanya : Ada empat yang menjadikan kebahagian bagi seseorang: Yang pertama adalah Memiliki istri yang salehah. Kedua, Memiliki anak-anak yang berbakti. Yang ketiga adalah mempunyai teman- teman yang baik, dan yang keempat adalah rezekinya berada di negeri sendiri.’’ (HR. Imam Ad Dailami)

Dari hadist di atas dapat kita ambil pertimbangan, Sudahkah kita memiliki empat hal tersebut? Jika sudah berarti kita telah termasuk golongan orang yang beruntung dalam kehidupan ini.

Semua yang kita miliki di dunia ini bersifat fana, namun apabila yang kita miliki tersalur pada jalan yang baik dan benar, maka kita akan mendapatkan ganjaran yang baik pula dari Allah S.W.T. Akan tetapi bila bertolak-belakang dari itu maka jangan heran jika kita akan mendapatkan ganjaran yang buruk.

Kunci yang paling utama untuk menghindari diri kita dari laknat Allah ialah Ilmu dan hati. Dan ilmu yang dimaksud adalah ilmu pengetahuan dunia dan akhirat supaya kita bias memaksimalkan lajunya kehidupan ini, Sehingga hati selalu tepat membisikkan mana yang hal yang terbaik dan yang kekal untuk kita.

Sadarilah bahwa kita manusia semakin bertambah usia maka semakin dekat pula dengan liang lahat, walau sehebat apapun kita, maut takkan pernah mundur walau selangkah pun.

Tetapi mengapa kita sebagai manusia terkadang selalu lupa dan tidak insaf. Mengapa semakin tua usia kita semakin dekat pula dengan perbuatan maksiat. Hal ini disebabkan dari kurangnya pengetahuan kita tentang hal ukhrawi, Ada juga yang tau banyak akan hal itu tapi tanpa ada pengamalan, maka hal tersebut sama-sama memiliki hasil yang nihil.

Selagi nyawa masih dikandung badan, marilah kita berusaha menjalani kehidupan ini dengan sebaik-baiknya. Mengerjakan amal untuk ukhrawi bukan berarti harus meninggalkan kepentingan dunia, Namun harus ada keseimbangan antara keduanya. Semoga kita tergolong hamba yang diberkahi di dunia dan mendapat kebahagiaan di akhirat nantinya, Amin ya rabbala ‘alamin. Allahu ‘alam.

* Mahasiswa program BA Jurusan Ilmu Politik, Agra University.

Kata Mutiara
> Dua perkara yang tidak akan membuat seseorang merasa puas : Mencari ilmu dan mencari harta.

> Ilmu jauh lebih baik dari harta. Karena, ilmu akan menjagamu, sedangkan harta engkaulah yang menjadi penjaganya.

> Binasalah seseorang yang tidak tahu ukuran (siapa) dirinya.

>Siapa yang tahu jauhnya perjalanan (yang akan ditempuh), ia pasti akan bersiap-siap.



KISAH-KISAH Bagaimana Benjamin  “Franklin” Menghargai Waktu

Bagaimana Benjamin Franklin Menghargai WaktuCerita motivasi kali ini masih datang dari sebuah buku berjudul Stories from Life karangan Orison Swett Marden, pendiri Success Magazine. Cerita yang sangat inspiratif ini ada dalam bab yang berjudul “Franklin’s Lesson on Time Value”.
Suatu ketika, ketika ada seorang pengunjung yang ingin membeli di toko bukunya di Philadelphia, namun tidak puas dengan harga buku yang disebutkan sang kasir. Ia pun ingin menemui sang pemilik toko.

“Pak Franklin sedang sibuk di ruang pers” kata sang kasir.
Tapi, sang pembeli yang sudah lama membolak balik isi buku terebut masih tetap ingin bertemu Franklin.

Karena mendengar suara panggilan sang kasir, Franklin pun segera keluar dari belakang toko dan bergegas menemui sang pembeli
“Berapa harga terendah yang bisa Anda beri, pak?” kata sang pembeli sambil memegang buku tersebut.
“Satu dolar 25 sen” jawab Franklin.
“Satu dolar 25 sen? Tapi baru saja kasir Anda menawarkan saya satu dolar!”
“Benar.” jawab Franklin. “Dan saya tadi lebih baik mendapat satu dolar daripada meninggalkan pekerjaan saya.” lanjutnya.
Sang pembeli mengira bahwa Franklin bercanda, dan ia berkata “Ayolah, berapa harga termurah untuk buku ini?”
“Satu dolar 50 sen” jawab Franklin.
“Tapi Anda baru saja menawarkan 1 dolar 25 sen!”
“Benar, dan saya tadi bisa saja menerima 1 dolar 25 sen daripada 1 dolar 50 sen sekarang.”
Tanpa sepatah kata pun, sang pembeli yang kecewa kemudian membayar buku tersebut dan keluar dari toko. Ia baru saja belajar bahwa orang yang membuang waktunya adalah orang bodoh, dan orang yang membuang waktu orang lain adalah pencuri.
Itulah salah satu sebab mengapa Benjamin Franklin adalah salah satu orang yang paling berpengaruh di dunia. Ia sangat menghargai waktu.
Bahkan, ia pernah mengatakan…
“Apakah Anda mencintai hidup Anda?”
“Jika ya, maka jangan menyia-nyiakan waktu, karena dari hal tersebut lah hidup Anda dibuat”
Selain karena Franklin adalah negarawan handal, mungkin karena itul juga lah gambar wajahnya ada di uang kertas US $100..

Hujjatul Islam Imam Al-Ghozali ; “Kehidupan adalah Cinta dam Ibadah”

“Negeri akhirat itu kami jadikan untuk orang-orang yang tidak ingin menyombongkan diri dan berbuat kerusakan di (muka) bumi. Dan kesudahan (yang baik) itu adalah bagi orang-orang yang bertakwa.”
Alunan suara ayat-ayat suci Al-qur’an itu berkumandang dimalam yang sepi, dibawa angin malam hingga masuk ke telinga seorang lelaki yang sedang merenung dan memandang ke cakrawala yang luas, lalu meresap ke dalam lubuk hatinya yang paling dalam. Lelaki itu lantas berguman “Maha suci Engkau, oh Tuhanku! Engkau selalu mengirimkan cahaya petunjuk-Mu setiap aku sedang dilanda keraguan”.
Lelaki itu adalah Hujjatul Islam, Imam Al-Ghozali. Siapapun mengenal Imam Ghozali, karena beliau adalah tokoh dan pemuka para sufi. Ulama yang mempunyai nama asli Muhammad bin Muhammad bin Muhammad bin Ahmad Al-Ghozali dan dilaqobi Abu Hamid ini bisa menempuh derajat tinggi dan meninggalkan beberapa buku buah pikiran bukanlah hasil pikiran yang begitu saja keluar dari jiwa. Ia merupakan intisari dari perjuangan hati dan akal, wahyu dan ilham, serta karunia dan cahaya dari sumbernya yang tersembunyi.
Imam Ghozali adalah orang yang sedang mencari-cari petunjuk dan keyakinan. Dia telah menghabiskan umurnya sejak muda untuk menutut ilmu dan pengetahuan sampai akhirnya beliau mencapai tingkat yang paling tinggi. Kemudian dia pun dicari oleh para raja, dan para ulama pun menghormatinya. Namun hatinya sedih dan bimbang, ia merasakan masih ada yang kurang pada dirinya, ia mencari sesuatu yang lebih tinggi dari perhiasan dan kesenangan dunia, cahaya yang lebih tinggi dari pengetahuan manusia. Ia mencari petunjuk dan keyakinan yang tetap dan mantap.
Dalam rangka mencari petunjuk dan cahaya Ilahi, ia sering mengurangi jam tidurnya, hingga matanya sembab dan sakit karena mencari kebenaran. Dia merenung dan berpikir, dia merasakan kekosongan iman telah memenuhi kehidupannya. Ia merasakan hidupnya bagaikan tanpa tujuan dan keyakinan. Lantas iapun mencari ilmu dengan gigihnya, pertama yang dipelajari adalah ilmu fiqih. Dia adalah termasuk orang yang sangat cerdas dan berpikiran kritis, namun dia tidak menyukai perdebatan dan adu mulut.
Selanjutnya dia belajar ilmu kalam dengan semua dalil-dalinya. Setelah puas kemudian beliau mempelajari filsafat, ilmu kebangaan akal manusia. Ia ingin memuaskan akalnya dengan teori-teori filsafat. Akan tetapi filsafat dirasakannya justru semakin menambah keraguan dan kebimbangan, bahkan mengajaknya lari dari pertimbangan akal.
Dalam keadaan seperti itu, Imam Ghozali memutuskan untuk lari dari manusia dan ilmu pengetahuan, ia berharap dapat menemukan tanda-tanda kekuasaan Allah Yang Maha Agung. Akhirnya beliau bertemu dengan seorang waliyullah, bernama Syekh Yusuf An-Nassaj. Ia lalu berguru dengannya, menyertainya untuk dibersihkan hatinya melalui riyadloh dan mujahadah hingga masuk kedalam keyakinan dan cahaya Ilahi. “Dahulu, aku tidak mempercayai “tingkah” orang-orang soleh, juga derajat para ‘arifin, hingga akhirnya aku berkenalan dengan guruku Syekh Yusuf An-Nassaj”, kata Imam Ghozali setelah menjadi murid Syeh Yusuf.
Menurut Imam Ghozali, Syekh Yusuf lah yang telah menggemblengnya dengan latihan-latihan jiwa (mujahadah) sampai dia mencapai suatu tingkatan dimana dia bisa berkomunikasi dengan Allah Ta’ala.
Dalam pengembaraan mimpinya, ia melihat Allah Ta’ala. Allah ta’ala berkata kepadanya: “Hai Abu Hamid!,
Imam Ghozali menjawab; “Syetankah yang berbicara denganku?”,
“Tidak, tetapi Aku-lah Allah yang meliputi enam arahmu”, Jawab-Nya. Kemudian Allah Swt melanjutkan, “Hai Abu Hamid, bersahabatlah dengan kaum yang Aku jadikan sebagai obyek pandangan-Ku di bumi-Ku. Mereka adalah orang-orang yang telah menjual dua alamnya (dunia dan akhirat) dengan kecintaan kepada-Ku”.
“Demi Izzah-Mu oh Tuhan, tanamkanlah prasangka baik dalam hatiku terhadap mereka”, kata Imam Ghozali.
Allah menjawab, “Sudah Aku lakukan. Sebenarnya yang memisahkan engkau dan mereka adalah karena kesibukanmu mencintai dunia. Maka keluarlah engkau dengan pilihanmu sendiri sebelum engkau keluar darinya dalam keadaan terhina. Aku telah menganugerahkan kepadamu cahaya dari sisi Qudus-Ku”.
Kemudian Imam Ghozali terbangun dari tidurnya dengan perasaan senang dan gembira, lalu dia pergi menemui gurunya, Syekh Yusuf An-Nassaj dan menceritakan tentang mimpinya semalam. Syekh Yusuf tersenyum sambil berkata, “Wahai Abu Hamid, itu hanyalah permulaan. Seandainya engkau terus menerus menemaniku, akan aku celaki matamu dengan celak ta’yid, sehingga engkau dapat memandang ‘arsy dan hal-hal yang berada di sekelilingnya. Kemudian engkau tidak rela sampai engkau dapat menyaksikan hal-hal yang tidak dapat dicapai dengan mata. Maka akhirnya tabiat (watak)-mu menjadi jernih, naik ke atas kekuasaan akalmu, lalu engkau akan mendengar ucapan Allah ta’ala, seperti ucapan-Nya kepada Nabi Musa as.
Kesibukan dunia adalah penghalang yang harus dihilangkan oleh Imam Ghozali, dan cintanya kepada Allah serta menyatu dalam ibadah-Nya adalah tetesan cahaya pertama dalam anugerah ini. Karena itulah kemudian Imam Ghozali menempuh jalan tasawwuf dan berjuang keras hingga akhirnya menjadi salah seorang tokoh dan pemukanya yang terkenal.
“Semua syahwat (kesenangan) dunia bergantung pada nafsu, dan nafsu akan lenyap bersama kematian. Sebaliknya, kelezatan ma’rifat kepada Allah bergantung pada kalbu, dan kalbu tidak akan rusak bersama kematian. Bahkan, kelezatannya akan lebih banyak dan cahayanya akan lebih besar, sebab ia keluar dari kegelapan menuju cahaya”.
Imam Ghozali telah menjelaskan dengan yakin dan pasti bahwa kehidupan yang utama dan bahagia adalah ma’rifatullah (mengenal Allah) dan mahabbatullah (cinta Allah). Sedangkan ibadah kepada Allah merupakan tujuan yang paling tinggi dan mulia. Sebab semua kenikmatan selain dari ibadah adalah fana (tidak kekal). Semua tujuan selain ibadah adalah sia-sia. Karena itulah, risalah Al-Ghozali teringkas dalam kalimat yang pendek: “Kehidupan adalah cinta dan ibadah”.
Pikirannya senantiasa terfokus pada pencarian hidayah-Nya dari langit. Semua amalnya selalu berstempelkan iman. Dakwahnya terang dan jelas, tanpa dicampuri oleh perdebatan dan riya’ (mengharap sanjungan), hanya iman kepada Sang Pencipta yang mengetahui segala bisikan hati dan perbuatan manusia. (m.muslih albaroni)