RESUME
STRATEGI BELAJAR MENGAJAR GEOGRAFI
Disusun oleh
Nama : Antoni Saputra
Nim :
2010 133 055
Kelompok : 8
KELAS : 4.B
Mata kuliah : Strategi
Belajar Mengajar Geografi
Dosen pembimbing
: Drs. Budiono Marihan, M.Si
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU
PENDIDIKAN
PENDIDIKAN GEOGRAFI
UNIVERSITAS PGRI
PALEMBANG
2012
BAB I
HAKIKAT
STRATEGI BELAJAR MENGAJAR
1.1 KONSEP
DAN PRINSIP BELAJAR DAN PEMBELAJARAN
1.1.1
Konsep Belajar Dan Pembelajaran
- Belajar mrupakan proses yang dilakukan seseorang untuk merubah pola prilaku, pengetahuan, dan pemahaman ke arah yang lebih baik.
- Pembelajaran merupakan interaksi yang berlangsung dalam suatu sistem sehingga terjadi perubahan, perkembangan baik secara psykologis maupun secara psiologis.
1.1.2
Prinsip Belajar dan Pembelajaran
a. Perhatian dan Motivasi
Perhatian dan
motivasi merupakan dua aktivitas yang memiliki keterkaitan yang sangat erat.
Untuk menumbuhkan perhatian diperlukan adanya motivasi. Sejumlah penelitian
menunjukkan bahwa hasil belajar pada umumnya meningkat jika anak memiliki
motivasi yang kuat untuk belajar. Motivasi merupakan tenaga pendorong bagi
seseorang agar memiliki energi atau kekuatan melakukan sesuatu dengan penuh
semangat. Motivasi dapat dibedakan menjadi dua yaitu:
1.
Motivasi internal/intrinsik adalah dorongan dari dalam diri individu
untuk melakukan suatu aktivitas. Contoh, seorang siswa mempelajari pelajaran
Fisika dengan sungguh-sungguh karena terdorong untuk memperoleh atau mendalami
pengetahuan mata pelajaran tersebut.
2.
Motivasi eksternal/eksternal adalah dorongan yang berasal dari luar diri
individu. Contoh, Tono seorang murid sekolah dasar, berusaha belajar dengan
sungguh-sungguh untuk mendapatkan nilai yang tinggi pada mata pelajaran
Matematika, misalnya karena orang tuanya menjanjikan akan memberikan hadiah
bilamana ia mendapatkan nilai yang tinggi pada mata pelajaran terebut.
b. Keaktifan
Bahwa belajar
adalah menyangkut apa yang harus dikerjakan siswa untuk dirinya sendiri, maka
inisiatif harus datang dari siswa sendiri. Guru sekadar pembimbing dan
pengarah.
c. Keterlibatan Langsung
Dalam belajar
melalui pengalaman langsung siswa tidak sekadar mengamati langsung tetapi ia
harus menghayati, terlibat langsung dalam perbuatan, dan bertanggung jawab terhadap
hasilnya.
d. Tantangan
Dalam situasi
belajar siswa mempunyai suatu tujuan yang ingin dicapai, tetapi selalu terdapat
hambatan dalam mempelajari bahan belajar. Maka timbullah motif untuk mengatasi
hambatan tersebut dengan mempelajari bahan belajar tersebut.
e. Balikan dan Penguatan
Siswa akan
belajar lebih bersemangat apalagi hasil yang baik akan merupakan balikan yang
menyenangkan dan berpengaruh untuk usaha belajar slanjutnya. Namun dorongan belajar itu tidak saja oleh penguatan
yang menyenangkan tetapi juga tidak menyenangkan.
f. Perbedaan Individual
Perbedaan
individual ini beerpengaruh pada cara dan hasil belajar siswa. Oleh karena itu,
perbedaan individu perlu diperhatikan oleh guru dalam pembelajaran.
1.2 VARIABEL
STRATEGI BELAJAR MENGAJAR
a.
Siswa
Siswa
adalah peserta didik yang mengikuti kegiatan belajar mengajar padajenjang
pendidikan tertentu siswa yang memiliki karateristik tertentu, baik fisiologi
maupun pisikologi.
Sedang
yang paling penting dalam proses pembelajaran ialah siswa sebab tujuan yang
harus dicapai dari proses tersebut ialah perubahan prilaku sebab tujuan yang
harus dicapai dari proses tersebut ialah perubahaan prilau siswa. Oleh karena
itu dalam memilih strategi belajar mengajar.
b.
Alat dan sumber
Alat
bantu (media) pengajaran adalahalat yang dapat di gunakan untuk meningkatkn
efektifitas dan efisiensi proses-proses pencapaian tujuan dan memperjelas serta
mempermudah bahan pelajaran yang disajiankan kepada siswa.
Alat
yang menjadi pertimbangan kita didalam memilih dan menggunakan strategi belajar
mengajar ialah alat peraga, seperti peta, globe, gambar, foto, chat, grafik,
dan sebagainya dan alat-alat ini untuk praktik. Termasuk dalam kelompok ini
ialah media pembelajaran yang dapat di pelajari sendiri oleh pesrta didik
seperti paket modul, pengajaran, berpropaganda, pengajaran melalui alat aaudio
( kaset, tipe recorder).
c.
Guru
Guru
adalah orang yang memberi materi dan mendidik kita atau materi dalam
menyampaikan materinya guru memiliki cara-cara yang berbeda dalam menyampaikan
materi pelajaran.
Setiap
guru memiliki kelebihan dan keterbatasan pribadi. Sebagai contoh di lapangan
kadang-kadang ada guru yang menerangkan pelajaran sangat menarik perhatian dan
jelas. Sementara ada guru yang sudah memberikan strategi belajar-mengajar yang
sama.
1.3 BERBAGAI
JENIS STRATEGI BELAJAR-MENGAJAR
1.3.1 Berdasarkan
Proses Pengolahan Pesan
a.
Strategi Belajar Mengajar Deduktif
Penyampaian
materi pelajaran dari yang umum kepada yang khusus. yaitu penjelasan
bagian-bagian atau atribut-atribut (ciri-ciri) dengan bagian-bagian atau
atribut-atribut dan menggunakan ilustrasinya. Biasanya siswa akan lebih mudah
memahaminya karena bagian yang di jelaskan dari bagian yang umum atau yang
sudah di kenal oleh siswa.
b.
Strategi Belajar Mengajar Induktif
Penyampaian
materi pelajaran dari yang khusus kepada yang umum.Dalam strategi belajar
menggajar induktif, pesan atau materi pelajaran diolah mulai dari yang khusus,
bagian, atau atribut menuju yang umum, yaitu generalisasi atau rumusan konsep
atau aturan.
1.3.2 Berdasarkan Pihak Pengolah Pesan
a)
Strategi Belajar Mengajar Ekspositorik
Yaitu suatu
strategi belajar mengajar yang menyiasati agar semua aspek dari komponen
pembentuk sistem intruksional mengarah pada penyampaian isi pelajaran kepada
siswa secara langsung dalam strategi ini tidak perlu mencari dan menemukan
sendiri fakta prinsip dan konsep yang dipelajari. Semua telah disajikan guru
secara jelas melalui aspek-asek dari komponen yang langsung berhubungan dengan
para siswa pada proses pembelajaran berlangsung.
b)
Strategi Belajar Mengajar Heuristik
Yaitu
suatu strategi belajar mengajar yang mensiasati agar aspek-aspek dari komponen
pembentuk sistem intruksional mengarah pada pengaktifan siswa untuk mencari dan
menemukan sendiri fakta, prisip dan konsep yang mereka butuhkan.
Dengan
menggunakan strategi belajar menggajar heruistik yang mencari dan mengolah
pesan (materi pelajaran) ialah siswa. Guru berperan sebagai pembimbing kegiatan
belajar siswa. Jadi disini yang lebih aktif adalah siswa itu sendiri.
1.3.3 Berdasarkan Pengaturan
Guru
Atas dari pertimbangan pengaturan guru
dikenal dua jenis strategi belajar mengajar, yaitu strategi belajar mengajar pengajaran
beregu (team teaching) dan strategi belajar seorang guru sudah bisa kita
lakuakan, yaitu seorang guru mengajar sejumlah siswa. Sedangkan dengan
pengajaran beregu, dua orang atau lebih guru sejumlah mata pelajaran yang
terpusat kepada suatu topik tertentu.
1.3.4. Berdasarkan
Jumlah siswa
a. Strategi Pembelajaran
klasikal
Strategi klasikal merupakan
kemampuan pembelajar Hal itu disebabkan oleh pembelajaran klasikal merupakan
kegiatan mengajar yang tergolong
efisien. Secara ekonomis, pembiayaan kelas studi lebih murah. Oleh karena itu ada jumlah minimum pebelajar dalam kelas. Jumlah pebelajar
tiap kelas umumnya berkisar dari 10 – 45 orang. Dengan jumlah tersebut seorang
pembelajar masih dapat membelajarkan pebelajar secara klasikal. Pembelajaran
klasikal berarti melaksanakan dua kegiatan sekaligus, yaitu pengelolaan kelas
dan pengelolaan pembelajaran. Pengelolaan adalah penciptaan kondisi yang
memungkinkan terselenggaranya kegiatan belajar dengan baik.
b.
Strategi Kelompok Kecil
Belajar kelompok dilakukan secara
beregu. Sekelompok siswa diajar oleh seorang guru atau beberapa orang guru.
Bentuk belajar kelompok itu bisa dalam pembelajaran kelompok besar atau
klasikal; atau bisa juga dalam kelompok-kelompok kecil. Strategi belajar
kelompok tidak memperhatikan kecepatan belajar individual. Setiap individu
dianggap sama. Oleh karena itu, belajar dalam kelompok dapat terjadi siswa yang
memiliki kemampuan tinggi akan terhambat oleh siswa yang mempunyai kemampuan
biasa-biasa saja; sebaliknya siswa yang mempunyai kemampuan kurang akan merasa
tergusur oleh siswa yang mempunyai kemampuan tinggi.
c.
Strategi Individual
Strategi belajar individual
dilakukan oleh siswa secara mandiri. Kecepatan, kelambatan dan keberhasilan
pembelajaran siswa sangat ditentukan oleh kemampuan individu siswa yang
bersangkutan. Bahan pelajaran serta bagaimana mempelajarinya didesain untuk
belajar sendiri. Contoh dari strategi instruksional.
1.3.5. Berdasarkan
Interaksi Guru dengan Siswa
a. Sistem
Tatap Muka
Penggunaan strategi belajar mengajar
tatap muka yang baik dengn sendirinya menggunkan alat peraga, karena siswa akan
lebih memahami yang diajarkan guru.
b. Strategi
Belajar Mengajar Melalui Media.
Pada penggunaan strategi belajar
mengajar melalui media, guru dengan siswa tidak secara langsung bertatap muka
akan teteapi melalui media. Siswa berdialog dengan media sebagi “wakil guru”.
Guru harus menyaiapkan media yang dapat merangsang siswa aktif belajar dan
meenggandung umpan balik bagi kegiatan belajar atau pekerjaan siswa. Salah satu
model media yang dpat digunakan ialah paket penggajaran, modul penggajaran,
penggajaran melalui TV, pengajaran melalui kaset audio, pengajaraan kaset
video, pengajaran melakui komputer. Pengajaran melalui paket pengajaran
berpropaganda.
BAB II
PROSEDUR UMUM PEMBELAJARAN
2.1 KEGIATAN PENDAHULUAN PEMBELAJARAN
Kegiatan
pendahuluan dalam pembelajaran sering pula disebut dengan pro-intruksional.
Fungsi kegiatan tersebut utamanya adalah untuk menciptakan awal pembelajaran
yang efektif yang memungkinkan siswa dapat mengikuti proses pembelajaran dengan
baik. Efisiensi waktu dalam kegiatan pendahuluan pembelajaran perlu diperhatikan,
karena waktu yang tersedia untuk kegiatan tersebut relative singkat berkisar 5
(lima) menit. Dengan waktu yang relatif sedikit diharapkan guru dapat
menciptakan kondisi awal pembelajaran siswa sudah siap untuk mengikuti
pelajaran.
Kegiatan yang
biasa dilaksanakan dalam kegiatan pendahuluan pembelajaran diantaranya
2.1.1
Menciptakan
kondisi awal pembelajaran
a.
Menciptakan sikap yang mendidik
Guru
mengecek kehadiran siswa. Untuk menghemat waktu dalam mengecek kehadiran siswa
dapat dilakukan dengan cara siswa yang hadir disuruh menyebutkan yang tidak
hadir, kemudian guru menanyakan mengapa yang bersangkutan tidak hadir dan
seterusnya. Secara tidak langsung guru telah memberikan motivasi terhadap
siswa, berdisiplin dalam mengikuti pelajaran dan membiasakan diri apalagi tidak
hadir mengikuti pelajaran memberitahukan secara tertulis atau lisan melalui
temannya pada guru.
b.
Menciptakan kesiapan belajar siswa
Ada beberapa alternatif yang dapat dilakukan guru dalam menciptakan
kesiapan dan semangat dalam belajar siswa, khusunya dalam awal pembelajaran,
alternatif tersebut diantaranya :
·
Membantu atau membimbing siswa dalam mempersiapkan
fasilitas / sumber belajar yang diperlukan dalam kegiatan belajar,
·
Menciptakan kondisi belajar dalam kelas,
·
Guru dalam mengajar harus penuh semangat dan
menunjukan minat mengajar yang tinggi,
·
Secara professional guru harus dapat mengontrol
(mengelola) seluruh siswa yang dimulai dari awal pembelajaran,
·
Digunakan media pembelajaran yang sesuai dengan
tujuan pembelajaran serta dapat menarik perhatian siswa,
·
Menentukan kegiatan belajar yang harus memungkinkan
siswa dapat melakukannya
c.
Menciptakan suasana belajar yang demokrasi
Guru selalu memberikan kesempatan pada siswa untuk
berkreativitas jika memungkinkan dapat mengembangkan bakat dan keunggulan yang
dimiliki oleh siswa. Sehingga terasa bebas dalam belajar, artinya tidak merasa
ada tekanan dan tidak ada merasa paksaan. Misalnya membimbing dan melatih atau
merangsang siswa untuk bertanya, untuk menjawab menjawab dan melatih
berpendapat sesuai dengan tingkat perkembangan siswa dan tingkat kesulitan
bahan pelajaran yang dipelajarinya.
2.1.2
Melaksanakan kegiatan
apresiasi atau melaksanakan penialaian awal
a.
Mengajukan pertanyaan tentang bahan pelajaran yang
sudah dipelajari sebelumnya.
Pertanyaan yang diajukan harus berhubungan dengan materi yang sudah
dipelajari oleh siswa. Melalui pertanyaan tersebut siswa dibimbing untuk
meningkat kembali tentang bahan pelajaran yang sudah dipelajari.
Setiap pertanyaan dalam apresiasi jika memungkinkan perlu dikaitkan dengan
informasi atau bahan yang berhubungan dengan lingkungan siswa. Melalui
pertanyaan tersebut siswa siswa merasa lebih dekat dengan materi yang
dipelajarinya. Selain itu melalui kegiatan ini guru harus berupaya untuk
membangkitkan perhatian siswa terhadap pelajaran dan memberikan motivasi
terhadap siswa agar belajar lebih giat lagi.
b.
Memberikan komentar terhadap jawaban serta mengulas
materi pelajaran yang akan dibahas.
Memberikan komentar terhadap jawaban yang diberikan oleh siswa bertujuan
untuk penguatan serta untuk lebih memperjelas jawaban itu sendiri. Guru dalam
memberikan penjelasan harus menghubungkan dengan materi yang akan dipelajari
oleh siswa serta dengan lingkungan sekitar siswa. Sehingga komentar yang
diberikan oleh guru akan lebih mengarahkan pada materi yang akan dipelajari.
Upaya memberikan motivasi terhadap siswa dapat dilakukan dengan cara
memberikan komentar terhadap jawaban siswa, diantaranya dengan memberikan
komentar lebih menekankan pada kegiatan motivasi dan peguatan. Apabila ada
jawaban yang salah atau kurang benar guru tidak langsung menyalahkannya akan
tetapi membimbing hingga jawabannya menjadi benar.
2.1.3 Membangkitkan motivasi dan
perhatian siswa
Membangkitkan
motivasi dan perhatian siswa merupakan kegiatan yang perlu dilaksanakan pada
setiap tahapan kegiatan pembelajaran. Khususnya pada tahap awal pembeljaran, siswa perlu
diberikan motivasi serta ditingkatkan perhatiannya dalam belajar.
Dalam kegiatan pendahuluan sebagian besar siswa masih belum memperhatikan
pada pelajaran yang akan diikutinya. Proses berpikir siswa masih terkait dengan
pelajaran sebelumnya atau dengan kegiatan-kegiatan yang siswa alami sebelumnya.
Oleh karena itu guru perlu memberikan motivasi dan membangkitkan perhatian
siswa terhadap palajaran yang akan diikutinya.
2.2 KEGIATAN INTI PEMBELAJARAN
Kegiatan inti dalam pembelajaran sangat memegang peranan penting untuk
mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Oleh karena itu guru perlu
mengindentifikasikan secara sistematis tentang kegiatan-kegiatan belajar yang
memungkinkan dapat dilaksanakan dalam pembelajaran tersebut. Seperti telah
dikemukakan, bahwa kegiatan inti dalam pembelajaran atau dalam prose penguasaan
pengalaman belajar (learning experience) siswa terhadap suatu materi / bahan pelajaran
tertentu. Membentuk pengalaman belajar perlu ditempuh melalui proses belajar
yang direncanakan oleh guru.
Langkah kegiatan inti dalam pembelajaran secara sistematis perlu melakukan
kegiatan sebagai berikut :
2.2.1 Memberitahukan Tujuan dan Garis Besar Materi yang Akan Dipelajari
Kegiatan paling awal yang perlu dilakukan guru sebelum membahas pelajaran
adalah memberitahukan tujuan dan garis besar materi apa yang akan dipelajari
siswa. Agar siswa mengetahui yang harus dicapai. Teknik yang digunakan oleh guru
dalam menyampaikan topic tersebut tersebut sama seperti yang telah anda
lakukan, misalnya tujuan atau topik-topik tersebut disampaikan secara lisan
atau ditulis di papan tulis hingga semua siswa mengetahui bahwa topic tersebut
yang akan dipelajarinya.
2.2.2 Menyampaikan Alternatif Kegiatan Belajar yang Akan Ditempuh Siswa
Dalam tahap ini guru perlu menyampaikan pada siswa tentang kegiatan belajar
yang bagaimana yang harus ditempuh siswa dalam mempelajari topik-topik
tersebut. Contoh, jika dalam pembelajaran yang digunakan cenderung diskusi,
maka guru harus menyampaikan bagaimana teknik / prosedur diskusi tersebut. Atau
jika yang digunakan cenderung eksperimen, maka guru harus menyampaikan teknik /
prosedur eksperimen atau jika belajar cenderung belajar kelompok maka guru
membentuk kelompok dan harus menyampaikan teknik / prosedur belajar kelompok
tersebut begitu pula dengan strategi-strategi yang lainnya.
2.2.2 Membahas Materi / Menyajikan Bahan Pelajaran
Prosedur kegiatan ini merupakan kegiatan yang sangat penting dalam proses
pembelajaran. Karena melalui kegiatan ini akan terjadi suatu proses perubahan
tingah laku, dari tindak memahami menjadi memahami, dari tidak mengerti menjadi
mengerti, dari tidak mampu menjadi mampu dan dari tidak terampil menjadi terampil.
Siswa akan dapat memahami bahan pelajaran, siswa akan memiliki sikap positif
terhadap bahan pelajaran ditempuh oleh siswa secara optimal, efektif dan
efisien.
Materi pelajaran dalam prosedur kegiatan inti dalam pembelajaran dapat kita
kelompokan pada tiga bentuk kegiatan pembelajaran :
1.
Pembelajaran secara klasikal
Kegiatan
pembelajaran klasikal cenderung digunakan guru apabila dalam proses belajarnya
lebih banyak bentuk penyajian materi dari guru. Penyajian lebih menekankan
untuk menjelaskan sesuatu materi yang belum diketahui atau dipahami oleh siswa.
Alternatif metode cenderung dengan metode ceramah dan tanya jawab bervariasi atau metode lain yang memungkinkan sesuai dengan karakteristik
materi pelajaran.
2.
Pembelajaran secara kelompok
Pembelajaran
secara kelompok merupakan pembelajaran yang dalam proses belajarnya siswa
dikelompokan pada beberapa kelompok sesuai dengan kebutuhan dan tujuan belajar.
Belajar kelompok terutama ditujukan untuk mengembangkan aktivitas sosial, sikap
dan nilai. Pembelajaran kelompok cenderung banyak digunakan dalam pembelajaran
dengan pendekatan CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif). Misalnya dengan kegiatan
diskusi, penelitian sederhana (observasi) pemecahan masalah serta metode lain
yang memungkinkan sesuai dengan tujuan karakteristik materi dalam belajar
secara kelompok.
3.
Pembelajaran secara perseorangan
Kegiatan
pembelajaran perseorangan dapat membantu proses belajar mengajar yang mengarah
pada optimalisasi kemampuan siswa secara individu. Kegiatan belajar
perseorangan ditunjukan untuk menampung kegiatan pengayaan dan perbaikan. Untuk
melaksanakan kegiatan belajar tersebut diantaranya guru perlu memiliki
kemampuan yang berkenaan dengan :
·
Mengkaji
prestasi belajar siswa
·
Merencanakan,
melaksanakan serta menilai program perbaikan dan pengayaan hasil belajar siswa
·
Melaksanakan
kegiatan belajar dalam latihan secara perseorangan
Kemampuan tersebut dalam pelaksanaanya perlu
dilandasi dengan perhatian, bimbingan dan motivasi dari guru.
2.3 KEGIATAN AKHIR DAN TINDAK LANJUT PEMBELAJARAN
Kegiatan akhir
dalam pembelajaran tidak hanya diartikan sebagai kegiatan untuk menutup
pelajaran, tetapi juga sebagai kegiatan penilaian hasil belajar siswa dan
kegiatan tindak lanjut. Kegiatan tindak lanjut harus ditempuh berdasarkan pada
proses dan hasil belajar siswa.
Secara umum
kegiatan akhir dan tindak lanjut pembelajaran yang harus dilakukan oleh guru
diantaranya :
2.3.1
Melaksanakan Penilaian Akhir
Kegiatan
penilaian dalam proses belajar merupakan kegiatan mutlak yang harus
dilaksanakan oleh guru dalam pembelajaran. Oleh karena itu guru perlu untuk
memiliki kemampuan dalam menilai hasil belajar siswa. Penilaian belajar dalam
kegiatan akhir pembelajaran (posttest), tujuannya adalah untuk mengetahui
sejauh mana kemampuan siswa setelah mengikuti pelajaran tersebut. Karena untuk
kegiatan akhir / tindak lanjut relative singkat, maka guru perlu
mengidentifikasikan teknik yang dianggap tepat untuk efektivitas dan efisiensi
dalam pelaksanaan penilaian.
Dalam
prosesnya guru dapat melaksanakan penilaian secara lisan yang ditujukan pada
beberapa siswa yang dianggap representatif seluruh siswa. Teknik lain yang
dapat digunakan adalah secara tertulis yang dikerjakan oleh siswa di rumah,
kecuali kalau waktunya memungkinkan dapat dilaksankan di sekolah. Perlu
diperhatikan sebelum melaksanakan kegiatan penilaian akhir, guru harus
mengkondisikan siswa. Supaya siswa secara maksimal dapat mengorganisasi
(pemahaman) kembali tentang materi pelajaran yang telah dibahas.
2.3.2
Mengkaji Hasil Penilaian Akhir
Setelah
melaksanakan kegiatan penilaian guru harus mengkaji apakah hasil belajar
tersebut sesuai dengan tujuan pembelajaran ? apakah tingkat keterampilan
mencapai batas / tingkatan (persentase) minimal ?
Apabila teknik
dilaksanakan secara lisan, maka dalam tahapan ini guru perlu memutuskan secara
spontan dalam menganalisis / menidentifikasikan hasil belajar tersebut.
Kemudian gabungkan dengan hasil penilaian proses, maka guru akan memperoleh
gambaran kegiatan tindak lanjut yang bagaimana yang harus diberikan pada siswa.
2.3.3
Melaksanakan Kegiatan Tindak Lanjut Pembelajaran
Kegiatan tidak
lanjut pembelajaran dilaksanakan diluar jam pelajaran, sebab kegiatan akhir
alokasi waktunya relatif sedikit. Melaksanankan kegiatan tindak lanjut
pembelajaran secara prinsip ada hubungannhya dengan kegiatan perseorangan yang
telah dibahas dalam uraian kegiatan belajar sebelumnya. Karena tindak lanjut pembelajaran esensinya adalah untuk
mengoptimalkan hasil belajar siswa.
Adapun kegiatan-kegiatan yang
harus dikerjakan diantanya :
·
Memberikan
tugas atau latihan yang harus dikerjakan di rumah
·
Menjelaskan
kembali bahan pelajaran yang dianggap sulit oleh siswa
·
Membaca materi
pelajaran tertentu
·
Memberikan
motivasi atau bimbingan belajar
2.3.4
Mengemukakan tentang topik yang akan dibahas pada waktu
yang akan datang
Dalam kegiatan
akhir / tindak lanjut pembelajaran di antaranya guru harus mengemukakan atau
memberikan gambaran pada siswa tentang topik bahasan yang akan dipelajari pada
pertemuan yang akan datang. Cara ini perlu dilakukan untuk membimbing atau
mengarahkan siswa dalam kegiatan belajar yang dilakukan diluar jam pelajaran.
Sehingga sebelum topic tersebut dibahas di sekolah, siswa sudah membaca /
mempelajari terlebih dahulu.
2.3.5
Menutup kegiatan pembelajaran
Setelah guru
menggangap kegiatan akhir selesai sesuai dengan waktu yang direncanakan dan
dilaksanakan secara optimal, maka guru harus menutup pelajaran tersebut. Apabila jam pelajarannya yang paling akhir, siswa harus
dibiasakan menutup dengan berdo’a.
BAB III
METODE-METODE
MENGAJAR
3.1 HUBUNGAN TUJUAN
PEMBELAJARAN DENGAN METODE MENGAJAR
Factor-faktor yang perlu
dipertimbangkan dalam pemilihan metode mengajar diantaranya adalah faktor
tujuan pembelajaran, karakteristik materi pelajaran, factor siswa,factor
alokasi waktu, dan fasilitas penunjang. Ada beberapa prinsip yang perlu di
perhatikan dalam menggunakan metode mengajar ini, prinsip tersebut terutama
berkaitan dengan faktor perkembangan kemampuan siswa, di antaranya:
1.
Metode mengajar harus
memungkunkan dapat membangkitkan rasa ingin tahu siswa lebih jauh terhadap
materi pelajaran (curiosity).
2.
Metode mengajar harus
memungkinkan dapat memberikan peluang untuk berekspresi yang kreatif dalam
aspek seni.
3.
Metode mengajar harus
memungkinkan siswa belajar melalui pemecahan masalah.
4.
Metode mengajar harus
memungkinkan siswa untuk selalu ingin
menguji kebenaran sesiatu (sikap skeptis).
5.
Metode mengajar harus
memungkinkan siswa untuk melakukan penemuan (brinkuiri) terhadap suatu topik
permasalahan.
6.
Metode mengajar harus
memungkinkan siswa mampu menyimak.
7.
Metode mengajar harus
memungkinkan siswa untuk belajar secara mandiri (independent study).
8.
Metode mengajar harus
memungkinkan siswa untuk belajar secara bekerja sama (independent learning).
9.
Metode mssengajar harus
memungkinkan siswa untuk lebih termotivasi dalam belajar.
Pembelajaran merupakan kegiatan
yang bertujuan yang banyak melibatkan aktivitas siswa dan aktivitas guru. Untuk
mencapai tujuan pengajaran perlu adanya metode mengajar. Pemilihan metode
mengajar harus mempertimbangkan pengembangan kemampuan siswa yang lebih kreatif
inovatif dan dikondisikan pada pembelajaran yang memungkinkan siswa belajar
secara mandiri dan belajar secara kelompok.
Metode mengajar memiliki fungsi
sentral dalam pembelajaran diantaranya yaitu sebagai alat atau cara untuk
mencapai tujuan pembelajaran. Tujuan pembelajaran yang harus dikembangkan
berdasarkan ranah tujuan kognitif,afektif dan psikomotorik. Ranah tujuan
tersebut akan memungkinkan dicapai pada tujuan yang bersifat umum.
BAB III
METODE-METODE
MENGAJAR
3.1 HUBUNGAN TUJUAN
PEMBELAJARAN DENGAN METODE MENGAJAR
Factor-faktor yang perlu
dipertimbangkan dalam pemilihan metode mengajar diantaranya adalah faktor
tujuan pembelajaran, karakteristik materi pelajaran, factor siswa,factor
alokasi waktu, dan fasilitas penunjang. Ada beberapa prinsip yang perlu di perhatikan
dalam menggunakan metode mengajar ini, prinsip tersebut terutama berkaitan
dengan faktor perkembangan kemampuan siswa, di antaranya:
1.
Metode mengajar harus
memungkunkan dapat membangkitkan rasa ingin tahu siswa lebih jauh terhadap
materi pelajaran (curiosity).
2.
Metode mengajar harus
memungkinkan dapat memberikan peluang untuk berekspresi yang kreatif dalam
aspek seni.
3.
Metode mengajar harus
memungkinkan siswa belajar melalui pemecahan masalah.
4.
Metode mengajar harus
memungkinkan siswa untuk selalu ingin
menguji kebenaran sesiatu (sikap skeptis).
5.
Metode mengajar harus
memungkinkan siswa untuk melakukan penemuan (brinkuiri) terhadap suatu topik
permasalahan.
6.
Metode mengajar harus
memungkinkan siswa mampu menyimak.
7.
Metode mengajar harus
memungkinkan siswa untuk belajar secara mandiri (independent study).
8.
Metode mengajar harus
memungkinkan siswa untuk belajar secara bekerja sama (independent learning).
9.
Metode mssengajar harus
memungkinkan siswa untuk lebih termotivasi dalam belajar.
Pembelajaran merupakan kegiatan
yang bertujuan yang banyak melibatkan aktivitas siswa dan aktivitas guru. Untuk
mencapai tujuan pengajaran perlu adanya metode mengajar. Pemilihan metode
mengajar harus mempertimbangkan pengembangan kemampuan siswa yang lebih kreatif
inovatif dan dikondisikan pada pembelajaran yang memungkinkan siswa belajar
secara mandiri dan belajar secara kelompok.
Metode mengajar memiliki fungsi
sentral dalam pembelajaran diantaranya yaitu sebagai alat atau cara untuk
mencapai tujuan pembelajaran. Tujuan pembelajaran yang harus dikembangkan
berdasarkan ranah tujuan kognitif,afektif dan psikomotorik. Ranah tujuan
tersebut akan memungkinkan dicapai pada tujuan yang bersifat umum.
3.2 HUBUNGAN PENGALAMAN
BELAJAR DENGAN METODE MENGAJAR
1.
Metode
Ceramah (lecture).
Metode ceramah merupakan suatu cara
penyajian bahan atau penyampaian bahan pelajaran secara lisan dari guru. Untuk
menunjang efektivitas penggunaan metode ceramah perlu mempersiapkan kemampuan
guru dan kondisi siswa yang optimal. Kemampuan guru tersebut diantaranya:
a. Tekhnik ceramah memungkinkan dapat membangkitkan
minat, dan motivasi siswa.
b. Memberikan ilustrasi yang sesuai dengan bahan
pelajaran.
c. Menguasai materi pelajaran.
d. Menjelaskan pokok-pokok bahan pelajaran.
e. Menguasai keseluruhan siswa dalam kelas.
2.
Metode Diskusi
Metode mengajar diskusi ini
merupakan cara mengajar dalam pembahasan dan penyajian materinya melalui suatu
problema atau pertanyaan yang harus diselesaikan berdasarkan pendapat atau
keputusan bersama.
3.
Metode
Simulasi ( simulation )
Metode simulasi merupakan metode
mengajar yang dapat digunakan dalam pembelajaran kelompok. Mengajar dengan
simulasi objeknya bukan benda atau kegiatan yang sebenarnya, tetapi kegiatan
mengajar yang bersifat pura-pura. Simulasi ini dapat dilakukan oleh siswa,
karena kegiatan pembelajarannya menuntut adanya kemampuan siswa dalam
berinteraksi dalam kelompok. Ada beberapa jenis model simulasi diantaranya
adalah :
·
Bermain peran ( role
playing ) merupakan permainan dalam bentuk dramatisasi, sekolompok siswa melaksanakan
kegiatan tertentu yang telah diarahkan oleh guru. Simulasi ini menitikberatkan
pada tujuan untuk mengingat atau menciptakan kembali gambaran masa silam yang
memungkinkan terjadi pada masa yang akan datang.
·
Sosiodrama adalah suatu
kelompok yang belajar memecahkan masalah yang berhubungan dengan masalah
individu sebagai makhluk sosial. Misalnya hubungan antara anak terhadap orang
tua, antara siswa dengan kelompoknya.
4.
Metode
Demonstrasi
Metode
demonstrasi merupakan metode mengajar yang menyajikan bahan peljaran dengan
mempertunjukkan proses tertentu. Demonstrasi dapat digunakan pada semua mata
peljaran. Dalam pelaksanaan demonstrasi guru harus sudah yakin bahwa seluruh siswa dapat memperhatikan
terhadap objek yang akan didemonstrasikan.
5.
Metode
Eksperimen
Metode Eksperimen merupakan metode
mengajar dalam penyajian atau pembahasan materinya melalui percobaan atau
mencobakan sesuatu serta mengamati secara proses. Eksperimen sulit dipisahkan
dengan demonstrasi karena keduanya kemungkinan dapat digunakan secara
bersamaan.
3.3 KONDISI-KONDISI DALAM
PENCAPAIAN TUJUAN BELAJAR
Kondisi-Kondisi
Internal
1. Sikap
siswa terhadap belajar
Sikap
pada dasarnya merupakan kemampuan seseorang untuk memberikan penilaian tentang
sesuatu yang membawa dirinya sesuai dengan penilaian itu. Jika memiliki
penilaian yang kurang baik terhadap sesuatu biasanya cenderung untuk
mengabaikan atau menolak sesuatu itu. Penilaian siswa terhadap proses belajar
akan mengakibatkan terjadinya sikap dalam belajar tersebut, apakah siswa
menerima, mengabaikan (acuh tak acuh), atau bahkan menolak sama sekali.
2. Motivasi
Belajar
Motivasi
erat kaitannya dengan sikap belajar. Jika siakp siswa terhadap belajar positif,
maka ia akan termotivasi atau terpacu untuk belajar. Motivasi belajar pada
hakekatnya merupakan kekuatan mental yang mendorong terjadinya proses belajar
pada diri siswa. Apabila motivasi belajar siswa kuat, maka kegiatan belajarnya
meningkat, sebaliknya, apabila motivasinya lemah maka akan melemahkan kegiatannya, dan berakibat mutu
hasil belajarnya akan rendah. Artinya, tujuan belajar belajar tidak akan tercapai sebagaimana mestinya.
3. Konsentrasi
Belajar siswa
Konsentrasi
dalam hal ini yaitu kemampuan siswa
dalam memusatkan perhatiannya pada pelajaran. Pemusatan perhatian ini terutama tertuju pada isi bahan belajar atau pada proses memperoleh bahan tersebut.
Untuk menumbuhkan konstrasi belajar pada diri siswa, selain menggunakan
strategi belajar-mengajar yang bervariasi, perlu memperhitungkan waktu belajar
yang digunakan. Menurut beberapa ahli psikologi belajar, dalam pengajaran yang
bersifat klasikal kekuatan perhatian yang dimiliki siswa setelah 30 menit akan
menurun.
4. Rasa Percaya
Diri Siswa
Kepercayaan
diri ini erat kaitannya dengan keberhasilan belajar. Semakin sering memperoleh
hasil yang baik dalam belajar, maka
semakin tinggi rasa percaya dirinya. Begitu pula sebaliknya, semakin sering
mengalami kegagalan maka rasa percaya diri semakin menurun.
5. Inteligensi
Inteligensi
dapat dikatakan sebagai jumlah kecakapan yang dimiliki siswa. Bagi siswa yang
kecakepannya diatas normal biasanya memiliki kecepatan belajar yang tinggi
sehingga pencapaian tujuan belajar bisa lebih cepat dibanding siswa-siswa
lainnya. Begitu pula sebaliknya, siswa-siswa yang kualitas inteligensinya kurang,
maka kecepatan belajarnya kurang, dan pencapaian tujuan belajar agak
tersedat-sedat.
Kondisi-kondisi
Eksternal :
1. Guru Sebagai
Pembimbing Belajar
Setiap
guru dituntut memiliki berbagai kemampuan (kompotensi) baik kemampuan
profesinya, kemampuan pribadinya, atau kemampuan sosialnya. Kemampuan-kemampuan
tersebut sangat mempengaruhi tercapainya tujuan belajar siswa.
2. Sarana dan
Prasarana Belajar
Sarana
belajar biasanya mencakup ketersediaan buku-buku pelajaran, fasilitas
laboratorium, dan alat serta media pembelajaran. Sedangkan prasarana pembelajaran biasanya berkaitan
dengan ruang belajar, gedung sekolah, ruang ibadah, ruang olahraga, dan
sebagainya. Bagaimanapun lengkapnya sarana dan prasarana yang dimiliki belum
menjadi jaminan terselenggaranya proses belajar-mengajar yang baik. Yang
terpenting disini adalah bagaimana mengelolah sarana dan prasarana tersebut
untuk terselenggaranya proses belajar mengajar yang baik, sehingga tujuan
belajar dapat tercapai sesuai dengan apa yang diharapkan.
3. Lingkungan
Sosial Siswa
Setiap
siswa yang berada dalam lingkungan sosial disekolah memiliki kedudukan dan
peranannya masing-masing. Jika seorang siswa diterima dilingkungannya, maka ia
akan dengan mudah dapat menyesuaikan diri, kondisi seperti ini akan mempermudah dalam mencapai tujuan belajar nya.
Sebaliknya, apabila siswa ditolak
dilingkungannya, maka banyak hambatan yang akan dilaluinya dalam
mencapai tujuan belajar tersebut.
BAB IV
MEDIA DAN PROSES
PEMBELAJARAN
4.1 FUNGSI DAN PERANAN MEDIA PEMBELAJARAN
Fungsi
dari media pembelajaran yaitu sebagai berikut:
1.
Penggunaan media
pembelajaran bukan merupakan fungsi tambahan, tetapi memiliki fungsi tersendiri
sebagai sarana bantu untuk mewujudkan situasi belajar - mengajar yang lebih
efektif.
2.
Media pembelajaran
merupakan bagian integral dari keseluruhan proses pembelajaran. Hal ini
mengandung arti bahwa media pembelajaran sebagai salah satu komponen yang tidak
berdiri sendiri tetapi saling berhubungan dengan komponen lainnya dalam rangka
menciptakan suasana belajar yang diharapkan.
3.
Media pembelajaran
dalam penggunaannya harus relevan dengan tujuan dan isi pembelajaran. Fungsi
ini mengandung makna bahwa penggunaan media dalam pembelajaran harus selalu
melihat kepada tujuan dan bahan ajar.
4.
Media pembelajaran
bukan berfungsi sebagai hiburan, dengan demikian tidak diperkenankan
menggunakannya hanya sekedar untuk permainan atau memancing perhatian siswa
saja.
5.
Media pembelajaran
berfungsi mempercepat proses belajar. Fungsi ini mengandung arti bahwa dengan
media pembelajaran siswa dapat menangkap tujuan dan bahan ajar lebih mudah dan
lebih cepat.
6.
Media pembelajaran
berfungsi untuk meningkatkan kualitas proses belajar mengajar. Pada umumnya
hasil belajar siswa dengan menggunakan media pembelajaran akan tahan lama mengendap
sehingga kualitas pembelajaran memiliki nilai yang tinggi.
7.
Media pembelajaran
meletakkan dasar - dasar yang kongkret untuk berfikir, oleh karena itu dapat
mengurangi terjadinya penyakit verbalisme.
Memperhatikan
pentingnya media pembelajaran seperti diungkapkan di atas, maka sebenarnya
tidak ada alasan lagi apabila kita menginginkan proses belajar mengajar yang
berhasil selain menggunakan media pembelajaran pada setiap proses belajar
mengajar tesebut. Untuk memberikan penekanan terhadap pernyataan tersebut,
berikut nilai - nilai yang dimiliki media pembelajaran;
a)
Membuat konkret konsep
yang abstrak,
b)
Membawa objek yang
berbahaya atau sukar didapat ke dalam lingkungan belajar
c)
Menampilkan objek yang
terlalu besar,
d)
Menampilkan objek yang
terlalu kecil yang tak dapat diamati dengan mata telanjang
e)
Memperlihatkan gerakan
yang terlalu cepat,
f)
Memungkinkan siswa
berinteraksi langsung dengan lingkungannya.
g)
Memungkinkan
keseragaman pengamatan atau persepsi belaja siswa.
h)
Membangkitkan motivasi
belajar.
i)
Member kesan perhatian
individual untuk seluruh anggota kelompok belajar.
j)
Menyajikan informasi
belajar secara konsisten dan dapat diulang maupun diseimpan menurut kebutuhan.
k)
Menyajikan pesan atau
informasi belajar secara serempak mengatasi waktu dan ruang.
l)
Mengontrol arah maupun
kecepatan belajar siswa.
4.2 JENIS - JENIS MEDIA
PEMBELAJARAN
1) Media
Visual
Sesuai dengan namanya, media visual
adalah media yang hanya dapat dilihat menggunakan indera penglihatan. Jenis
media inilah yang sering digunakan oleh guru - guru ntuk membantu menyampaikan
isi atau materi pelajaran. Media visual ini terdiri dari :
a.
Media visual tidak
diproyeksikan
·
Gambar mati / diam
(still pictures)
·
Media Grafis
·
Realia dan Model
b. Media
Visual yang Diproyeksikan
·
Proyeksi Opak (Opaque
Projection),
·
Proyeksi Lintas Kepala
(Overhead Projection / OHP),
·
Slides,
dan
·
Filmtrips.
2) Media
Audio
Media audio adalah
media yang mengandung pesan dalam bentuk auditif (hanya dapat didengar)
yang dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemauan para siswa untuk
mempelajari bahan ajar. Program kaset suara dan program radio adalah bentuk
dari media audio.
3) Media
Audio –Visual
Sesuai dengan namanya, media ini
merupakan kombinasi audio dan visual atau biasa disebut juga media pandang -
dengar. Dengan menggunakan media ini akan menghasilkan penyajian bahan ajar
kepada siswa secara lengkap dan optimal, selain itu dari media ini dalam batas
- batas tertentu dapat juga menggantikan peran dan tugas guru. Dalam hal ini,
guru tidak selalu berperan sebagai penyaji materi (teacher) tetapi
karena penyajian materi bisa diganti oleh media, maka peran guru bisa beralih
menjadi fasilitator belajar yaitu memberikan kemudahan bagi para siswa untuk
belajar. Contoh dari media audio - visual di antaranya program video / televise
pendidikan, video / televisi instruksional, dan program slide suara (soundslide).
4.3
PEMANFAATAN LINGKUNGAN SEBAGAI SUMBER BELAJAR
Sumber belajar adalah semua sumber
baik berupa data, orang dan wujud tertentu yang dapat digunakan siswa dalam
belajar, baik secara terpisah maupun secara terkombinasi sehingga mempermudah
siswa dalam mencapai tujuan belajarnya (AECT, 1997). Sumber belajar tersebut
dapat dibedakan menjadi 6 jenis yaitu; pesan (message), orang (people), bahan
(materials), alat (tool and equipment), teknik (technique), dan lingkungan
(setting).
4.3.1 Keuntungan
Menggunakan Lingkungan Sebagai Sumber Belajar
Banyak
sekali keuntungan yang dapat diperoleh dalam menggunakan lingkungan sebagai
sumber belajar, antara lain:
1.
Lingkungan menyediakan
berbagai hal yang dapat dipelajari siswa, memperkaya wawasannya, tidak terbatas
oleh empat dinding kelas dan kebenarannya lebih akurat.
2.
Kegiatan belajar
dimungkinkan akan lebih menarik, tidak membosankan, dan menumbuhkan antusiasme
siswa untuk lebih giat belajar.
3.
Belajar akan lebih
bermakna, sebab siswa dihadapkan pada keadaan yang sebenarnya.
4.
Aktivitas siswa akan
lebih meningkat dengan memungkinkannya menggunakan berbagai cara seperti proses
mengamati, bertanya atau wawancara, membuktikan sesuatu, menguji fakta, dan sebagainya.
5.
Dengan memahami dan
menghayati aspek – aspek kehidupan yang ada di lingkungannya, dapat
dimungkinkan terjadinya pembentukan pribadi para siswa, seperti cinta
lingkungan.
4.3.2 Teknik
Menggunakan Lingkungan
Ada
beberapa teknik dalam penggunaan lingkungan sebagai media pembelajaran dalam
kegiatan belajar mengajar, antara lain sebagai berikut:
1.
Anda bersama siswa
melakukan kegiatan karyawisata atauy fieldtrip, yaitu mengunjungi lingkungan
yang dijadikan objek studi tertentu sebagai bagian integral dari pelaksanaan
kurikulum
2.
Anda bersama para siswa
melaksanakan kegiatan perkemahan
3. Anda
bersama para siswa melakukan kegiatan survey, yaitu mengunjungi objek tertentu
yang relevan dengan tujuan pembelajaran.
4. Para
siswa melakukan praktek kerja pada tempat – tempat pekerjaan yang ada disekitar
lingkungan sekolah
5.
Anda bersama para siswa
mengadakan suatu proyek pelayanan kepada masyarakat.
4.3.3 Langkah
– Langkah Penggunaan Lingkungan Sebagai Media Belajar
Dalam
menggunakan lingkungan sebagai media dalam kegiatan belajar mengajar perlu
diadakan langkah – langkah persiapan agar hasil belajar yang diperoleh dapat
dimaksimalkan. Antara lain:
a.
Langkah Perencanaan
Dalam
melaksanakan langkah perencanaan perlu dilakukan cara – cara sebagai berikut:
1.
Tentukan tujuan pembelajaran
yang harus dicapai siswa berkaitan dengan penggunaan lingkungan sebagai sumber
belajar.
2.
Tentukan objek yang
akan dipelajari atau dikunjungi.
3.
Rumuskan cara belajar
atau bentuk kegiatan yang harus dilakukan siswa selama mempelajari lingkungan
4.
Siapkan pula hal – hal
yang sifatnya teknis
b. Langkah
Pelaksanaan
Langkah
pelaksanaan yaitu melakukan berbagai kegiatan belajar di tempat tujuan sesuai
dengan perencanaan yang telah ditetapkan.
c.
Langkah Tindak Lanjut
Langkah
ini bisa berupa kegiatan belajar dalam kelas untuk mendiskusikan hasil – hasil yang
diperoleh dari lingkungan
BAB V
PERENCANAAN PENGAJARAN
1.1 PENGERTIAN PERENCANAAN
PENGAJARAN
Perencanaan pengajaran adalah
sebagai suatu rangkaian yang saling berhubungan dan saling menunjang antara
berbagai unsur atau komponen yang ada
dalam pengajaran, atau dengan pengertian lain, yaitu suatu proses mengatur,
mengkoordinasikan, dan menetapkan unsur-unsur atau komponen-komponen
pembelajaran..
5.2 KOMPONEN- KOMPONEN UTAMA RENCANA
PENGAJARAN
1. Tujuan Pengajaran
Tujuan Pengajaran adalah sesuatu
yang ingin dicapai dalam kegiatan pengajaran,yaitu adanya perubahan perilaku
siswa kearah yang lebih posirif,segi pengetahuannya, sikapnya, maupun
keterampilannya. Tujuan ini menjadi penting sebab akan menentukan arah dari
proses belajar-mengajar yang akan mewarnai semua komponen pengajaran.
2. Isi Pembelajaran
( materi pembelajaran )
Materi pembelajaran merupakan isi
atau bahan yang dipelajari siswa harus direncanakan sesuai dengan tujuan
pembelajaran. Dalam prosesnya pemilihan materi pelajaran, guru harus
mempertimbangkan sumber belajar yang menunjang terhadap pengembangan kemampuan
siswa. hilda Taba menyebutkan kriteria dalam menentukan bahan pelajaran
diantaranya :
- Bahan harus sahih ( valid ) dan berarti ( significant ) sesuai dengan perkembangan pembangunan dan kemajuan IPTEK.
- Bahan harus relevan dengan sosial siwa.
- Bahan harus mengandung keseimbangan antara kedalaman dan keluasan.
- Bahan pelajaran harus mencakup berbagai ragam tujuan, pengetahuan, keterampilan dan sikap.
- Bahan pelajaran harus sesuai dengan kemampuan dan minat siswa.
3. Kegiatan
Belajar Mengajar
Dalam pembelajaran yang harus
diprioritaskan adalah aktivitas siswa. Komponen ini cederung pada proses
belajar-mengajar yang memadukan antara materi yang dipelajari dengan cara untuk
mempelajarinya. Kegiatan belajar harus dilaksanakansecara sistematis, efektif,
dan efisien serta berorientasi pada tujuan pembelajaran.
4. Evaluasi
Evaluasi belajar yang harus
dilksanakan pada kegiatan pembelajaran meliputi evaluasi awal
pembelajaran,evaluasi proses pembelajaran dsn evaluasi akhir pembelajaran.
Evaluasi awal pembelajaran
diperlukan untuk mengetahui kemampuan awal siswa. Evaluasi proses ditujukan
untuk mengetahui kemampuan siswa dalam perbuatan, tindakan secara proses.
Sedangkan evaluasi akhir untuk mengetahui sampai dimana tingkat kemampuan siswa
setelah mengikuti kegiatan belajar-mengajar.
BAB VI
KETERAMPILAN DASAR
MENGAJAR
6.1
KETERAMPILAN
MEMBERI PERTANYAAN
Keterampilan bertanya dapat
dikelompokkan menjadi bagian besar, yaitu keterampilan
bertanya dasar dan keterampilan
bertanya lanjut.
1.
Keterampilan
Bertanya Dasar
Komponen keterampilan
bertanya dasar yaitu :
a. Pengungkapan pertanyaan secara jelas
b. Pemberian Acuan
c. Pemusatan
d. Pemindahan Giliran
e. Penyebaran
f. Pemberian waktu berfikir
g. Pemberian Tuntunan
2.
Keterampilan Bertanya Lanjut.
Komponen
keterampilan bertanya lanjut terdiri atas :
a. Pengubahan tuntutan kognitif dalam
menjawab pertanyaan.
b. Pengaturan urutan pertanyaan.
c. Penggunaan pertanyaan pelacak
Dalam
menerapkan keterampilan bertanya, guru hendaknya memperhatikan prinsip-prinsip
penggunaan atau hal-hal yang mempengaruhi keefektifan pertanyaan sebagai
berikut :
1. Kehangatan dan keantusiasan
2. Menghindari kebiasaan-kebiasaan
berikut.
a. Mengulangi pertanyaan.
b. Mengulangi jawaban.
c. Menjawab pertanyaan sendiri.
d. Mengajukan pertanyaan yang memancing
jawaban serentak.
e. Mengajukan pertanyaan ganda
f. Menentukan siswa yang akan menjawab
pertanyaan..
3. Memberikan waktu berpikir.
4. Mempersiapkan pertanyaan pokok yang
akan di ajukan.
5. Menilai pertanyaan yang telah
diajukan.
6.2 KETERAMPILAN MEMBERI PENGUATAN.
Penguatan
adalah respons yang diberikan terhadap perilaku atau perbuatan yang dianggap
baik, yang dapat membuat terulangnya atau meningkatnya perilaku / perbuatan
yang dianggap baik tersebut.
Dalam kaitan dengan kegiatan
pembelajaran, tujuan memberi penguatan adalah
:
1. Meningkatkan perhatian siswa.
2. Membangkitkan dan memelihara
motivasi siswa.
3. Memudahkan siswa belajar.
4. Mengontrol dan memodifikasi tingkah
laku siswa serta mendorong munculnya perilaku yang positif.
5. Menumbuhkan rasa percaya diri pada
diri siswa.
6. Memelihara iklim kelas yang
kondusif.
Komponen-komponen
dalam keterampilan memberi penguatan adalah:
1) Penguatan Verbal
1) Penguatan Verbal
Penguatan
verbal paling mudah digunakan dalam kegiatan pembelajaran dalam bentuk
komentar, pujian dukungan, pengakuan, atau dorongan yang diharapkan dapat
meningkatkan tingkah laku dan penampilan siswa. Penguatan ini dapat dinyatakan
dalam 2 bentuk yaitu kata atau kalimat.
2) Penguatan Non Verbal
Penguatan
non verbal dapat ditunjukkan dengan berbagai cara sebagai berikut.
a. Mimik dan gerakan badan
b. Gerak mendekati.
c. Sentuhan
d. Kegiatan yang menyenangkan
e. Pemberian symbol atau benda
f. Penguatan tak penuh
Prinsip-prinsip pemberian penguatan antara lain :
1. Kehangatan atau keantusiasan.
2. Kebermaknaan
3. Menghindari penggunaan respon
negatif
Disamping
ketiga prinsip tersebut, dalam membrikan penguatan guru hendaknya memperhatikan
hal-hal sebagai berikut.
1. Sasaran Penguatan
2. Penguatan harus diberikan dengan
segera
6.3 KETERAMPILAN MENGADAKAN
VARIASI
Variasi adalah keanekaan yang
membuat sesuatu tidak monoton. Variasi dapat berwujud perubahan-perubahan atau
perbedaan-perbedaan yang sengaja diciptakan/ dibuat untuk memberikan kesan yang
unik. Variasi di dalam kegiatan pembelajaran bertujuan antara lain untuk:
1.
mengilangkan kebosanan
siswa dalam belajar,
2.
meningkatkan motivasi
siswa dalam mempelajari sesuatu,
3.
mengembangkan keinginan
siswa untuk mengetahui dan menyelidiki hal-hal baru.
4.
melayani gaya belajar
siswa yang beraneka ragam
5.
meningkatkan kadar
keaktifan/ keterlibatan siswa dalam kegiatan pembelajaran.
Komponen-komponen Keterampilan
Mengadakan Variasi
Pada dasarnya, variasi dalam
kegiatan pembelajaran dapat dikelompokkan menjadi 3 kelompok, yakni:
1.
Variasi
dalam Gaya Mengajar
Gaya mengajar seorang guru sering
dikaitkan dengan kepribadian guru tersebut, sehingga sering terdengar diantara
para siswa bahwa guru A selalu duduk ketika berbicara, guru B sering
marah-marah, guru C suka bergurau, dan sebagainya. Secara garis besar, hal-hal
yang berkaitan dengan gaya mengajar yang dapat divariasikan oleh seorang guru
berkisar pada butir-butir berikut.
a.
Variasi
suara
Suara guru dapat dikatakan
merupakan factor yang sangat penting di dalam kelas karena sebagian besar
kegiatan di kelas bersumber dari hal-hal yang disampaikan guru secara lisan.
Oleh karena itu, guru dapat
memvariasikan suaranya dari:
1)
besar ke kecil
2)
tinggi ke rendah
3)
cepat ke lambat
4)
memberi tekanan
tertentu dengan suara lambat-lambat
b.
Pemusatan
perhatian
Dalam mengajar, guru sering menginginkan agar siswa
memperhatikan butir-butir penting yang sedang disampaikan. Hal ini dapat
diucapkan guru dengan mengucapkan kata-kata tertentu secara khusus disertai
isyarat atau gerakan seperlunya.
- Kesenyapan
Kadang-kadang ketika guru sedang
asyik berbicara suasana kelas agak terganggu. Ada siswa yang mengantuk,
berbicara atau bermain dengan temannya, atau mungkin ada yang sibuk sendiri.
Untuk mengatasi hal ini guru dapat menerapkan “kesenyapan”, yaitu diam sejenak
sambil memandang kepada siswa yang sibuk sendiri. Kesenyapan dapat pula
dimunculkan ketika guru mengajukan pertannyaan dengan bertujuan memberikan
waktu berfikir kepada siswa. Setelah diam beberapa saat, barulah guru menunjuk
siswa yang akan diminta menjawab pertanyaan tersebut.
d.
Mengadakan
kontak pandang
Kontak pandang dengan seluruh siswa
merupakan senjata ampuh bagi guru dalam mengajar. “ sapalah semua siswa dengan
pandanganmu”, adalah sebuah ungkapan kuno yang masih menunjukan keampuhannya.
Memandang seluruh siswa tertentu dengan tujuan mengecek pemahamannya atau
memberi perhatian khusus, mencerminkan keakraban hubungan antara guru dan siswa
dalam mengajar.
e.
Gerakan
badan dan mimic
Gerakan badan dan mimic harus
sesuai dengan pembawaan guru sendiri. Tujuan yang ingin disampaikan, serta
latar belakang social budaya di daerah tersebut. Misalnya, di suatu daerah “
menunjukan kepalan tangan (tinju) dianggap sebagai penegasan maksud, sementara
di daerah lain mungkin dianggap sebagai pernyataan marah. Oleh karena itu, guru
harus berhati-hati mengekspresikan mimic dan gerakan badan ini.
f.
Perubahan
dalam posisi guru
Posisi guru ketika mengajar di
dalam kelas juga berpengaruh kepada kegairahan siswa belajar. Saat mengajar
guru tidak seharusnya terpaku di satu tempat. Guru dapat memvariasikan
posisinya secara wajar, misalnya berdiri di depan kelas, pindah kesamping atau
ketengah, kebelakang atau duduk sebentar. Ada kalanya karena tujuan tertentu
guru berjalan-jalan diantara siswa untuk melihat siswa yang sedang bekerja,
disaat lain mungkin guru berdiam agak lama di satu tempat membantu siswa yang
mendapat kesukaran.
2. Variasi Pola Interaksi dan Kegiatan
a. Kegiatan
klasikal:
1)
mendengarkan informasi dan tanya- jawab secara klasikal/ diskusi
2)
menyeleksi tayangan film, video, atau permainan peran, yang kemudian diikuti oleh diskusi atau
tugas-tugas lain.
b. Kegiatan
kelompok kecil:
1)
mendiskusikan pemecahan suatu masalah,
2)
menyelesaikan suatu proyek, misalnya laporan tentang suatu kegiatan
3)
melakukan suatu percobaan
4)
melakukan suatu keterampilan
c. Kegiatan
berpasangan:
1)
merundingkan jawaban pertanyaan yang diajukan secara klasikal, 2) latihan
dengan menggunakan alat” tertentu.
d. kegiatan
perorangan:
1)
membaca atau menelaah satu materi
2)
mengerjakan tugas-tugas individual
3)
melakukan percobaan
3.Variasi
Penggunaan alat Bantu Pengajaran
Variasi alat bantu pengajaran dapat
divariasikan sesuai dengan fungsinya, sebagaimana diketahui ada siswa yang
lebih mudah belajar dengan cara mendengarkan, melihat, atau diberi kesempatan
untuk memenipulasi alat Bantu yang digunakan. Sesuai dengan variasi tersebut,
maka variasi penggunaan alat Bantu pengajaran dapat dikelompokkan sebagai
berikut :
a. Variasi
alat Bantu pengajaran yang dapat dilihat
Variasi alat Bantu pengajaran yang
tergolong dalam kelompok ini seperti : gambar-gambar, digram, grafik, peta.
Yang semuanya dapat dipakai guru sesuai dengan topic yang sedang dibahas,
karakteristik siswa, tujuan pengajaran, seta tak kalah pentingnya kemampuan
guru dalam menggunakannya.
b. Variasi
alat bant pengajaran yang dapat didengar
Guru dapat menggunakan berbagai
variasi alat Bantu yang dapat didengar seperti rekaman suara binatang, pidato
atau suara tokoh-tokoh terkemuka.
c. Variasi
alat Bantu pengajaran yang dapat diraba dan dimanipulasi
Tergolong ke dalam bagian ini antara
lain : biji-bijian, binatang kecil yang hidup, patung alat mainan atau
alat-alat laboraturium. Penggunaan alat ini secara tepat akan dapat menumbuhkan
dan memelihara minat siswa dalam belajar, agar kegiatan pembelajaran menjadi
lebih efektif.
6.4 KETERAMPILAN
MENJELASKAN
Kegiatan menjelaskan bertujuan
untuk :
1.
membantu siswa memahami
konsep hukum, dalil dan sebagainya secara objektif dan bernalar,
2.
membimbing siswa
menjawab pertanyaan “mengapa” yang muncul dalam proses pembelajaran
3.
meningkatkan keterlibatan
siswa dalam memecahkan berbagai masalah melalui cara berpikir yang sitematis
4.
mendapatkan balikan
dari siswa tentang pemahamannya terhadap konsep yang dijelaskan
5.
memberi kesempatan
kepada siswa untuk menghayati proses penalaran dalam penyelesaian ketidak
pastian
6.
memperkirakan tingkat
pemahaman siswa terhadap penjelasan yang diberikan
Keberhasilan suatu penjelasan
sanagt tergantung dari tingkat penguasaan guru terhadap kedua jenis komponen
yaitu :
1.
Keterampilan
Merencanakan Penjelasan
Merencanakan penjelasan mencakup 2
komponen yaitu :
Merencanakan
isi pesan (materi)
Merencanakan materi pembelajaran
merupakan tahap awal dalam proses menjelaskan. Perencanaan ini mencakup 3 hal
penting:
1.
Menganalisis masalah
yang akan dijelaskan secara keseluruhan termasuk unsur-unsur yang terkait dalam
masalah itu.
2.
Menetapkan jenis
hubungan antara unsure-unsur yang berkaitan tersebut.
3.
Menelaah hukum, rumus,
prinsip, atau generalisasi yang mungkin dapat digunakan dalam menjelaskan
masalah yang ditentukan.
Menganalisis
karakteristik penerima pesan
Agar penjelasan yang direncanakan
sesuai dengan karakteristik siswa; tiga pertanyaan berikut perlu dijadikan
pegangan dalam merencanakan penjelasan.
1. Apakah penjelasan yang diberikan sesuai dengan
pertanyaan yang diajukan siswa ?
2. Apakah penjelasan itu memadai ?
3. Apakah penjelasan itu sesuai dengan khasanah
pengetahuan yang dimiliki siswa pada waktu itu, termasuk didalamnya khasanah
bahasa sebagai alat komunikasi yang dikuasai siswa ?
2.
Keterampilan
Menyajikan Penjelasan
Keterampilan menyajikan penjelasan
terdiri dari komponen-komponen berikut ;
a. Kejelasan
Kejelasan dari suatu penjelasan
tergantung dari beberapa factor seperti : kelancaran dan kejelasan ucapan dalam
berbicara, susunan yang baik dan benar, penggunaan waktu “diam sejenak” untuk
melihat reaksi siswa terhadap penjelasan yang diberikan.
b.
Penggunaan contoh dan
ilustrasi
Suatu penjelasan akan menjadi lebih
menarik dan mudah dipahami jika disertai dengan contoh dan ilustrasi yang
tepat. Contoh-contoh dapat berupa contoh konkret dalam kehidupan, dapat pula
berupa ilustrasi yang diambil dari bidang lain yang kira-kira mudah dipahami
oleh siswa.
c.
Pemberian tekanan
Variasi gaya mengajar memberi
peluang bagi guru untuk mengubah suara ketika mengucapkan butir-butir penting
disertai mimic dan gerak yang sesuai. Misalnya guru mengucapkan inti masalah
dengan nada yang berat dan dalam, sambil menunjuk kepada gambar/tulisan yang
berkaitan dengan inti dengan masalah tersebut.
d.
Balikan
Tujuan utama guru dalam memberikan
penjelasan adalah agar siswa memahami masalah yang dijelaskan oleh guru.
6.5 KETERAMPILAN
MEMBUKA DAN MENUTUP PELAJARAN
6.5.1
Keterampilan Membuka Pelajaran
Secara
umum dapat dikatakan bahwa keterampilan membuka pelajaran adalah keterampilan
yang berkaitan dengan usaha guru dalam memulai kegiatan pembelajaran..
Tujuan yang ingin
dicapai dengan menerapkan keterampilan membuka pelajaran adalah :
1. menyiapkan
mental siswa untuk memasuki kegiatan inti pelajaran,
2. membangkitkan
motivasi dan perhatian siswa dalam mengikuti pelajaran,
3. memberikan
gambaran yang jelas tentang batas-batas tugas yang harus dikerjakan siswa,
4. menyadarkan
siswa akan hubungan antara pengalaman/bahan yang sudah dimiliki/ diketahui
dengan yang akan dipelajari, serta
5. memberikan
gambaran tentang pendekatan atau kegiatan yang akan diterapkan atau
dilaksanakan dalam kegiatan belajar
Komponen keterampilan yang perlu
dikuasai guru dalam membuka pelajaran adalah sebagai berikut :
a.
Menarik perhatian siswa
1)
memvariasikan gaya
mengajar guru
2)
Menggunakan alat-alat bantu
mengajar,
3)
Penggunaan pola
interaksi yang bervariasi.
b.
Menimbulkan motivasi
1)
Sikap hangat dan
antusias,
2)
Menimbulkan rasa ingin
tahu,
3)
Ide yang bertentangan,
4)
Memperhatikan minat
siswa
c.
Memberi acuan
1)
Mengemukakan tujuan dan
batas-batas tugas,
2)
Menyarankan
langkah-langkah yang akan dilakukan,
3)
Mengingatkan masalah
pokok yang akan dibahas,
4)
Mengajikan
pertanyaan-pertanyaan
d.
Membuat kaitan
Salah satu aspek yang membuat
pelajaran jadi bermakna adalah jika pelajaran tersebut dikaitkan dengan
pengetahuan yang telah dimiliki siswa. Dalam hal ini guru berusaha mengkaitkan
materi baru dengan pengetahuan, pengalaman, minat serta kubutuhan siswa.
6.5.2 Keterampilan
Menutup Pelajaran
Keterampilan
menutup pelajaran adalah keterampilan yang berkaitan dengan usaha guru dalam
mengakhiri pelajaran.
Tujuan yang ingin
dicapai dengan menerapkan keterampilan menutup pelajaran adalah :
1.
memantapkan pemahaman
siswa terhadap kegiatan belajar yang telah berlangsung
2.
mengetahui keberhasilan
siswa dan guru dalam kegiatan pembelajaran yang telah dijalani
3.
memberikan tindak
lanjut untuk mengembangkan kemampuan yang baru saja dikuasai
Agar kegiatan menutup pelajaran
dapat berlangdung secara efektif, guru diharapkanmenguasai cara menutup
pelajaran sebagai berikut.
a. Meninjau
kembali (mereviu)
Hal ini dapat dilakukan dengan 2
cara yaitu, merangkum dan membuat ringkasan inti pelajaran.
1. Merangkum
inti pelajaran,
2. Membuat ringkasan.
b.
Menilai (mengevaluasi)
Penilaian dapat dilakukan dengan
cara sebagai berikut.
1.
Tanya jawab secara
lisan,
2.
Mendemonstrasikan
keterampilaan,
3.
Mengaplikasikan ide
baru,
4.
Menyatakan pendapat
tentang masalah yang dibahas.
5.
Memberikan soal-soal
tertulis yang dikerjakan oleh siswa secara tertulis pula.
6.6 KETERAMPILAN
MEMBIMBING DISKUSI KELOMPOK KECIL
Sebenarnya, tidak semua pembicaraan
yang dilakukan oleh sekelompok kecil orang dapat disebut diskusi. Agar dapat
disebut diskusi, syarat-syarat berikut harus di penuhi
1.
Melibatkan kelompok,
2.
Berlangsung situasi
tatap muka yang informal,
3.
Mempunyai tujuan yang
mengikat anggota kelompok sehingga terjadi kerja sama untuk mencapainya.
4.
Berlangsung menurut
proses yang teratur dan sitematis menuju ke pada tercapainya tujuan kelompok.
Agar
guru dapat membimibing diskusi kelompok secara efektif, ada komponen
keterampilan yang perlu dikuasai guru. Ke-6 komponen tersebut adalah sebagai
berikut.
1.
Memusatkan Perhatian
2.
Memperjelas Masalah
atau Uraian Pendapat
3.
Menganalisis Pandangan
a.
Menganalisis pandangan
siswa, dengan cara meminta siswa memberi alsan
dan dasar pandangan yang di ajukannya dan.
b.
Memperjelas atau menguraikan
inti gagasan siswa hal-hal yang sudah diepakati dan yannng belum disepakati.
4.
Meningkatkan Uraian
Cara yang dapat ditempuh guru dalam
mepetajam atau menyempurnakan uraian siswa anatara lain sebagai berikut :
a.
Mengajukan
pertanyan-pertanyaan kunci yang mampu menantang siswa untuk berpikir.
b.
Memberikan
contoh-contoh pada saat yang tepat.
c.
Mengajukan pertanyaan
yang mengundang banyak pendapat/jawaban.
d.
Memberi waktu yang
cukup untuk berpikir tanpa diganggu oleh komentar-komentar yang dapat
mengurangi konsentrasi siswa.
e.
Memberikan dukungan
terhadap uraian yang dikemukakan siswa.
5.
Menyebarkan kesempatan
berpartisipasi
Berbagai cara dapat ditempuh guru
untuk menyebarkan kesempatan berpartisipasi.
a.
Memancing urunan siswa
yang enggan berpartisipasi dengan cara menunjukkan pertanyaan secara halus
kepada siswa tersebut.
b.
Mencegah terjadinya
pembicaraan serentak dengan cara memberikan giliran terlebih dahulu kepada siswa yang jarang berbicara.
c.
Mencegah secara
bijaksana terjadinya monopoli oleh siswa tertentu.
d.
Mendorong terjadinya
interaksi antar siswa dengan cara meminta siswa mengomentari pendapat temannya.
e.
Meminta persetujuan
siswa untuk melanjutkan diskusi dengan bertitik tolak dari salah satu pendapat
jika diskusi menemui jalan buntu, atau mengambil jalan tengah.
6.
Menutup Diskusi
Untuk menutup diskusi,
guru dapat melakukan paling tidak tiga hal.
a.
Membuat Rangkuman
b.
Mengemukakan tidak
lanjut
c. Menilai proses dan hasil diskusi
Agar keterampilan membimbing
diskusi kelompok kecil dapat diterapkan secara efektif, anda harus
memperhatikan prinsip penggunaan diskusi, baik sebelum, maupun sesudah
berlangsungnya diskusi. Prinsip-prinsip penggunaan tersebut adalah sebagi
berikut,
1. Diskusi
dapat dilaksanakan dalam semua pengajaran bidang studi di jenjang kelas yang siswanya
sudah mampu mengungkapkan pikiran dan perasaan secara lisan.
2. Topik
atau masalah yang didiskusikan haruslah topik/masalah yang memerlukan
informasi/ pendapat dari banyak orang untuk membahasnya atau memecahkannya.
3. Diskusi
kelompok di sekolah dasar masih memerlukan bantuan guru untuk membimbingnya.
4. Diskusi
harus berlangsung dalam iklim terbuka yang penuh persahabatan, sehingga
memungkinkan terjadinya sikap saling menghargai.
5. Sebelum
diskusi, guru hendaknya membuat perencanaan dan persiapan yang mencakup hal-hal
berikut.
a. Pemilihan
topik diskusi
b. Perencanaan
dan penyiapan informasi pendahuluan yang memungkinkan siswa mempunyai latar
belakang yang sama terhadap topik diskusi.
c. Penyiapan
diri sebagai pemimpin diskusi, yaitu siap sebagai sumber informasi, motivasi
ataupun pelaksanaan fungsi yang lain.
d. Penetapan
kelompok beserta anggota-angotanya.
e. Pengaturan
tempat duduk beserta tempat diskusi setiap kelompoknya.
6. Diskusi
mempunyai kekuatan/keuntungan yang dapat dimanfaatkan secara maksimal. Kekuatan
tersebut antara lain;
a. Kelompok
memiliki sumber informasi yang kaya,
b. Siswa
yang pemalu merasa lebih bebas berbicara dalam kelompok kecil,
c. Anggota
kelompok termotivasi oleh anggota lain, dan
d. Anggota
kelompok merasa terikat untuk melaksanakan keputusan hasil diskusi.
7. Diskusi
kelompok mempunyai kelemahan-kelemahan yang dapat menggagalkan atau tidak
tercapainya tujuan diskusi. Kelemahan tersebut antara lain:
a. Memerlukan
waktu cukup banyak,
b. Dapat
memboroskan waktu jika terjadi hal-hal negatif, serta
c. Anggota
yang kurang agresif bisa frustasi karena didominasi siswa tertentu.
8. Guru
hendaknya menghindari hal-hal berikut.
a. Menyelenggarakan
diskusi dengan topik yang tidak sesuai karena hanya menimbulkan kebosanan dan
frustasi.
b. Mendomninasi
diskusi dengan berbagai informasi.
c. Membiarkan
terjadinya monopoli dan penyimpangan
d. Tergesa-gesa
meminta respon siswa
e. Membiarkan
siswa yang enggan berpartisipasi untuk tetap pasif
f. Tidak memperjelas uraian.
6.7
KETERAMPILAN
MENGELOLA KELAS
Komponen
keterampilan mengelola kelas dapat dikelompokkan menjadi 2 bagian yaitu:
1. Keterampilan yang bersifat Preventif
Sesuai dengan sifatnya,
keterampilan ini mencakup kemampuan guru untuk mencegah terjadinya gangguan
sehingga kondisi belajar yang optimal dapat diciptakan dan dipelihara.
a. Menunjukkan
sikap tanggap
b. Membagi
perhatian
c. Memberikan
petunjuk yang jelas
d. Menegur
e. Memberi
penguatan
2. Keterampilan yang bersifat Represif
Keterampilan ini berkaitan dengan
kemampuan guru untuk mengatasi gangguan yang muncul secara berkelanjutan,
sehingga kondisi kelas yang terganggu dapat dikembalikan menjadi yang optimal.
Ada tiga pendekatan yang dapat diterapkan oleh guru dalam mengatasi gangguan
yang berkelanjutan, yaitu: Memodifikasi tingkah laku, pengelolaan kelompok, dan
menemukan serta mengatasi tingkah laku yang menimbulkan masalah.
a. Memodifikasi
tingkah laku.
b. Pengelolaan
Kelompok
c. Menemukan
dan memecahkan tingkah laku yang menimbulkan masalah
d. Hal-hal
yang diperhatikan
Agar mampu mengelola kelas secara
efektif, guru harus memperhatikan hal berikut:
1. Kehangatan
dan keantusiasan guru sangat berperan dalam menciptakan iklim yang
menyenangkan.
2. Kata-kata
dan tindakan guru yang dapat menggugah siswa untuk belajar dan berperilaku baik
akan mengurangi kemungkinan munculnya perilaku yang menyimpang.\
3. Penggunaan
variasi dalam mengajar dapat mengurangi terjadinya gangguan.
4. Keluwesan
guru dalam kegiatan pembelajaran dapat mencegah munculnya gangguan.
5. Guru
harus selalu menekankan hal-hal yang positif dan menghindari pemindahan
perhatian pada hal-hal yang negatif.
6. Guru
hendaknya mampu menjadi contoh dalam menanamkan disiplin diri sendiri.
6.8 KETERAMPILAN MENGAJAR
KELOMPOK KECIL DAN PERORANGAN
Pengajaran kelompok kecil dan
perorangan ditandai oleh ciri-ciri berikut ini;
1.
Terjadi hubungan
(interaksi) yang akrab dan sehat antara guru dan siswa.
2.
Siswa belajar dengan
kecepatan, cara kemampuan dan minatnya sendiri.
Penerapan belajar dalam kelompok
kecil dan perorangan, disamping menuntut adanya perubahan dan pengelolaan.
Kebiasaan guru yang hanya mengelola kelas besar hanya diimbangi dengan
kebiasaan lain, yaitu memberi kesempatan kepada siswa untuk belajar dalam
kelompok kecil dan perorangan. Komponen ketempilan mengajar kelompok kecil dan
perorangan yaitu:
1.
Keterampilan
Mengadakan Pendekatan Secara Pribadi
Siswa selalu merasa bahwa guru
penuh perhatian terhadapnya serta siap membantu bila diperlukan. Suasana yang
demikian itu dapat diciptakan dengan berbagai cara yang diantara adalah sebagai
berikut.
a.
Menunjukkan terhadap
kebutuhan siswa,
b.
Medengarkan secara
simpatik gagasan yang dikemukakan oleh siswa.
c.
Memberikan resepon yang
positif terhadap buah pikiran/perasaan yang dikemukakan oleh siswa.
d.
Membangun hubungan yang
dapat diciptakan oleh guru dengan berbagai cara,
e.
Menunjukkan kesiapan
untuk membantu siswa tanpa kecendrungan untuk mendominasi atau mengambil alih
tugas siswa.
f.
Menerima perasaan siswa
dengan penuh pengertian dan keterbukaan.
g.
Berusaha mengendalikan
situasi hingga siswa merasa aman, penuh pemahaman, merasa dibantu serta merasa
menemukan alternatif pemecahan masalah yang dihadapi.
2.
Keterampilan
Mengorganisasikan Kegiatan Pembelajaran.
Salah satu peran yang harus
dimainkan oleh guru dalam mengajarkan kelompok kecil dan perorangan adalah
sebagai organisator kegiatan pembelajaran.
a.
Memberikan orientasi
umum tentang tujuan, tugas atau masalah yang akan dipecahkan,
b.
Memvariasikan kegiatan
yang mencakup penetapan/penyatuan ruangan kerja, peralatan, cara kerja,
aturan-aturan yang perlu dilakukan, serta alokasi waktu pada kegiatan tersebut.
c.
Membentuk kelompok yang
tepat dalam jumlah, tingkat kemampuan dan lain-lain hingga siap mengerjakan
tugasnya dengan sumber yang sudah tersedia.
d.
Mengkoordinasikan
kegiatan dengan cara melihat kemajuan belajar yang dicapai serta penggunaan
materi dan sumber sehingga guru dapat memberi bantuan pada saat yang tepat.
e.
Membagi-bagi perhatian
pada berbagai tugas dan kebutuhan siswa, hingga guru siap membantu siapa saja
yang memerlukan.
f.
Mengakhiri kegiatan
dengan suatu kulminasi yang dapat berupa laporan hasil yang dicapai oleh siswa,
kemudian disertai kesimpulan bersama
tentang kemajuan yang dicapai siswa dalam kegiatan tersebut.
3.
Keterampilan
Membimbing dan Memudahkan Belajar.
Dalam mengajar kelompok kecil dan
perorangan, guru diharapkan dapat membantu para siswa hingga dapat
menyelesaikan tugasnya tanpa mengalami frustasi.
a.
Memberikan penguatan
yang sesuai,
b.
Mengembangkan supervisi
proses awal,
c.
Mengadakan supervisi
proses lebih lanjut,
4.
Mengadakan supervisi
pemanduan,
5.
Keterampilan
Merencanakan dan melakukan kegiatan pembelajaran.
BAB
VII
PENGELOLAAN
KELAS
7.1
HAKIKAT
PENGELOLAAN KELAS
Pengelolaan kelas adalah salah satu tugas guru yang tidak
pernah ditinggalkan. Guru selalu mengelola kelas ketika dia melaksanakan
tugasnya. Pengelolaan kelas dimaksudkan untuk menciptakan lingkungan belajar
yang konduksif bagi anak didik sehingga tercapai tujuan pengajaran secara
efektif dan efisien. Ketika kelas terganggu, guru berusaha mengembalikannya
agar tidak menjadi penghalang bagi proses belajar mengajar.
7.2 TUJUAN
PENGELOLAAN KELAS
Pengelolaan kelas yang dilakukan guru bukan tanpa tujuan.
Karena ada tujuan itulah guru selalu berusaha mengelola kelas, walaupun
terkadang kelelahan fisik maupun pikiran dirasakan. Tujuan pengelolaan kelas
pada hakikatnya telah terkandung dalam tujuan pendidikan. Secara umum tujuan
pengelolaan kelas adalah penyediaan fasilitas bagi bermacam-macam kegiatan
belajar siswa dalam lingkungan sosial, emosional, dan intelektual dalam kelas.
Fasilitas yang disediakan itu memungkinkan siswa belajar dan bekerja, tercipnya
suasana soaial yang memberikan kepuasan, suasana disiplin, perkembangan
intelektual, emosional dan sikap serta apreasi pada siswa (Sudirman
N,1991,311).
7.3 Prinsip-prinsip
Pengelolaan Kelas
Prinsip-prinsip pengelolaan
kelas yaitu sebagai berikut:
1.
Hangat dan Antusias
Hangat dan
antusias diperlukan dalam proses belajar mengajar. Guru yang hangat dan akrab
dengan anak didik selalu menunjukan antusias pada tugasnya atau pada
aktivitasnya akan berhasil dalam mengimplementasikan pengelolaan kelas.
2. Tantangan
Penggunaan
kata-kata, tindakan, cara kerja atau bahan-bahan yang menantang akan
meningkatkan gairah anak didik untuk belajar sehingga mengurangi kemungkinan
munculnya tingkah laku yang menyimpang.
3.
Bervariasi
Penggunaan
alat media, atau alat bantu, gaya mengajar guru, pola interaksi antara guru dan
anak didik akan mengurangi munculnya gangguan, meningkatkan perhatian anak
didik. Apalagi bila penggunaannya bervariasi sesuai dengan kebutuhan sesaat.
Kevariasian dalam penggunaan apa yang disebutkan di atas merupakan kunci untuk
tercapainya pengelolaan kelas yang efektif dan menghindari kejenuhan.
4.
Keluwesan
Keluwesan
tingkah laku guru untuk mengubah strategi mengajarnya dapat mencegah
kemungkinan munculnya gangguan anak didik serta menciptakan iklim belajar
mengajar yang efektif. Keluwesan pengajaran dapat mencegah munculnya gangguan
seperti keributan anak didik, tidak ada perhatian, tidak mengerjakan tugas, dan
sebagainya.
5.
Penekanan pada Hal-hal yang Positif
Pada dasarnya
dalam mengajar dan mendidik, guru harus menekankan pada hal-hal yang positif
dan menghindari pemusatan perhatian anak didik pada hal-hal yang negatif.
6.
Penanaman Disiplin Diri
Tujuan akhir
pengelolaan kelas adalah anak didik dapat mengembangkan disiplin diri sendiri.
Karena iti, guru sebaiknya selalu mendorong anak didik untuk melaksanakan
disiplin diri sendiri dan guru sendiri hendaknya menjadi teladan mengenai
pengendalian diri dan pelaksanaan tanggung jawab. Jadi, guru harus disiplin
dalam segala hal bila ingin anak didiknya ikut disiplin dalam segala hal.
7.4
Penataan Ruang Kelas
1. Pengaturan Tempat Duduk
2. Pengaturan Alat-alat
Pengajaran
Diantara alat-alat pengajaran
di kelas yang harus diatur adalah sebagai
berikut :
a. Perpustakaan Kelas.
b. Alat-alat Peraga Media Pengajaran
c. Papan Tulis, Kapur Tulis, dan Lain-lain
d. Papan Presensi Siswa
3. Penataan Keindahan dan
Kebersihan Kelas
a. Hiasan dinding
(pajangan kelas) hendaknya dimanfaatkan untuk
kepentingan pengajaran,
b. Penempatan
Lemari.
c. Pemeliharaan
kebersihan
4. Ventilasi dan Tata Cahaya
7.5 PENGATURAN
SISWA
7.5.1
Pembentukan Organisasi
Untuk melatih siswa dalam berorganisasi dan dalam rangka
menciptakan ketertiban kelas, kiranya perlu dibentuk organisasi siswa di kelas.
Pembentukan organisasi merupakan langkah awal untuk melatih dan membinah siswa dalam hal
berorganisasi. Meraka di latih untuk belajar bertanggung jawab atas tugas yang
dipercayakan. Organisasi siswa dapat membantu guru dalam menyediakan sarana
pengajaran, misalnya menyediakan batu kapur, alat peraga, buku paket, mengisi
absen siswa atau guru, dan sebagainya.
7.5.2
Pengelompokan Siswa
Dalam melayani kegiatan belajar siswa aktif,
pengelompokan siswa mempunyai arti tersendiri. Pengelompokan siswa
bermacam-macam, dari yang sederhana sampai kepada yang kompleks. Berikut ini
dikemukakan beberapa pendapat para ahli menurut Conny Semiawan, dkk.
a. Pengelompokan Menurut
Kesenangan Berkawan
b. Pengelompokan Menurut
Kemampuan
c. Pengelompokan Menurut Minat
Sedangkan menurut para ahli yang membagi pengelompokan
siswa ini didasarakan pada satuan kelas yang dibagi atas kelompok-kelompok
kecil yang kemudian bekerja sama di kelas atau di luar kelas. Pendapat ini
separti di kemukakan oleh Udin Saripuddin dan Rustana Ardiwinata (1991) sebagai
berikut:
- Pola Bekerja Paralel
- Pola Bekerja Komplementer
- Pola Campuran Paralel dan Komplementer
Selain dari
pola pengelompokan siswa sebagaimana disebutkan di atas, pengelompokan siswa
dapat pula dilakukan dengan cara-cara berikut ini :
- Pembentukan Kelompok Diserahkan Kepada Siswa
- Pembentukan Kelompok Diatur oleh Guru Sendiri
- Pembentukan Kelompok Diatur Guru atas Usul Siswa.
7.6 Pengelolaan
Kelas yang Efektif
Menurut Made
Pidarta untuk mengelola kelas secara efektif perlu diperhatikan hal-hal sebagai
berikut :
- Kelas adalah kelompok kerja yang diorganisasi untuk tujuan tertentu, yang dilengkapi oleh tugas-tugas dan di arahkan oleh guru.
- Kelompok mempunyai perilaku sendiri yang berbeda dengan perilaku masing-masing individu dalam kelompok itu. Kelompok mempengaruhi individu-individu dalam hal bagaiman mereka memandang dirinya masing-masing dan bagaimana belajar.
- Kelompok kelas menyisipkan pengaruhnya kepada anggota-anggota. Pengaruh yang jelek dapat dibatasi oleh usaha guru dalam membimbing mereka di kelas di kala belajar.
- Praktik guru waktu belajar cenderung terpusat pada hubungan guru dan siswa. Makin meningkat keterampilan guru mengelola secara kelompok, makin puas nggota-anggota di dalam kelas.
- Struktur kelompok, pola komunikasi, dan kesatuan kelompok ditentukan oleh cara mengelola, baik untuk mereka yang tertarik pada sekolah maupun bagi mereka yang apatis atau masa bodoh/bermusuhan.
BAB VIII
DISIPLIN KELAS
8.1 HAKIKAT DISIPLIN
KELAS
Menurut The Liang Gie yang
dimaksud dengan disiplin adalah suatu keadaan tertib dimana orang-orang yang
tergantung dalam suatu organisasi tunduk pada peraturan-peraturan yang telah
ada dengan rasa senang hati. Hadari Nawawi mengatakan disiplin adalah
usaha untuk membina secara terus menerus kesadaran dalam bekerja atau belajar
dengan baik dalam arti setiap orang menjalankan fungsinya secara efektif.
Berdasarkan pendapat di atas
maka disiplin kelas dapat diartikan sebagai suatu keadaan tertib di mana guru
dan murid-murid mematuhi peraturan kelas sehingga mereka dapat menjalankan
fungsi masing-masing secara efektif dalam pelaksanaan proses kegiatan belajar
mengajar didalam kelas.
8.2 Alasan Mengapa
Disiplin Kelas itu diperlukan
Berikut beberapa alasan mengapa Disiplin Kelas itu
diperlukan, sebagai berikut :
1.
Disiplin perlu di ajarkan dan perlu dipelajari serta
dihayati oleh siswa, agar siswa mampu mendisiplinkan dirinya sendiri.
2.
Disiplin, sebagaimana di akui oleh para pakar sejak
dahulu, merupakan titik pusat berputarnya kehidupan sekolah.
3.
Tingkat ketaatan siswa yang tinggi terhadap peraturan
kelas, lebih-lebih jika ketaatan tersebut tumbuh dari diri sendiri, bukan
dipaksakan, akan memungkinkan terciptanya iklim belajar yang kondusif, yaitu
iklim belajar yang menyenangkan sehingga siswa terpacu untuk belajar.
4.
Sebaliknya, tingkat ketaatan yang rendah terhadap aturan
kelas akan memuat iklim belajar yang tidak kondusif, tidak menyenangkan.
5. Jumlah
siswa dalam satu kelas, lebih-lebih di negeri kita cukup banyak.
6.
Kebiasaan untuk menaati aturan dalam kelas akan memberi
dampak lebih lanjut bagi kehidupan siswa di dalam masyarakat.
8.3 JENIS-JENIS DISIPLIN KELAS
Berdasarkan uraian diatas maka
disiplin kelas dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu sebagai berikut.
a. Disiplin yang timbul atas kesadaran kelas sendiri (murid-murid dalam
kelas).
Suatu keadaan tertib dan
teratur di dalam kelas pada saat berlangsungnya kegiatan belajar, karena
kesadaran atau kemauan murid-murid.
b.
Disiplin yang timbul karena paksaan dari guru/wali kelas
Suatu keadaan tertib dan
teratur di dalam kelas pada saat berlangsungnya kegiatan belajar, karena takut
terhadap sanksi yang diberikan oleh guru/wali kelas. Disiplin kelas bersifat
semu, kelas hanya tertib apabila guru/wali kelas berada di dalam kelas.
8.4 FAKTOR-FAKTOR YANG DAPAT MEMPENGARUHI DSIPLIN KELAS
Menurut Siti Meichati ada beberapa faktor
yang dapat mempengaruhi disiplin kelas yaitu sebagai berikut:
a. Faktor Kesehatan
Kesehatan
seseorang pada umumnya mempunyai pengaruh besar terhadap disiplin kerja.
Orang-orang yang sering sakit sudah barang tentu tidak dapat menegakkan
disiplin kerja. Demikian pula halnya dengan
guru-guru dan murid-murid yang sering sakit-sakitan tidak dapat menegakkan
disiplin
b. Faktor Perorangan
Yang dimaksudkan faktor
perorangan adalah sikap seseorang terhadap suatu peraturan.
c. Faktor Sosial
Yang dimaksudkan dengan
faktor sosial di sini adalah faktor manusia, sebagai makhluk sosial.
Sebagai makhluk sosial
maka manusia mempunyai kecenderungan-kecenderungan sebagai berikut :
1). Manusia di dalam kelompoknya selalu ingin diikutsertakan.
2). Manusia di dalam kelompoknya ingin diperhatikan.
3). Manusia di dalam kelompoknya selalu ingin berhasil
dan dihargai
kelompoknya.
4). Manusia di dalam kelompoknya memerlukan penghargaan dan perasaan
diperlukan oleh orang lain.
5). Manusia didalam kelompoknya memerlukan sesuatu yang dapat
membebaskan diri dari
keterikatan waktu dan ruang.
Dalam usaha untuk meningkatkan
disiplin kerja dalam suatu organisasi, maka kecendrungan-kecendrungan ini harus
diperhatikan dan dipertimbangkan oleh seorang pemimpin organisasi.
d.Faktor Lingkungan
Kelas yang lingkungan kerjanya
sehat dalam arti terdapat hubungan interpersonal yang baik antara murid dengan
murid, guru dengan murid dan guru dengan guru akan meningkatkan disiplin
belajar mengajar dikelas.
Selain itu lingkungan fisik
yang baik, juga dapat meningkatkan disiplin kelas. Lingkungan fisik yang baik
misalnya fasilitas kelas yang teratur dan tersusun rapi serta cukup. Kekurangan
fasilitas untuk belajar dapat menimbulkan kemalasan yang pada akhirnya
mempengaruhi disiplin kelas.
e. Strategi Guru/Wali Kelas untuk Menciptakan Disiplin Kelas
Ada beberapa cara yang dapat dilakukan oleh
guru/wali kelas untuk menegakkan disiplin kelas kepada murid.
1. Mendisiplinkan diri sendiri
Disiplin kelas dapat
ditegakkan oleh guru/wali kelas dengan jalan memberikan contoh kepada muridnya
dengan mendisiplinkan diri terlebih dahulu.
2. Menumbuhkan kesadaran dalam diri
murid-murid itu sendiri akan pentingnya makna atau arti dari pada disiplin itu
sendiri
Cara ini dapat dilakukan
dengan memberikan bimbingan berupa nasehat, petunjuk-petunjuk sehingga mereka
benar-benar menyadari mengapa peraturan atau ketentuan tersebut harus dipatuhi
demi untuk kepentingan mereka.
Bimbingan tersebut dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu:
a) Bimbingan secara individual,
b) Bimbingan secara kelompok.
3. Mewujudkan kerjasama yang baik dalam
suatu kelas
Disiplin kelas dapat pula
diwujudkan dengan jalan saling menjalin kerjasama yang baik antara guru/wali
kelas dengan murid-murid dalam kelas. Guru/wali kelas harus berusaha untuk
membina saling pengertian dengan murid-muridnya akan tugas dan fungsi
masing-masing, sehingga masing-masing pihak akan menjalankan perannya sesuai
dengan posisi masing-masing dalam rangka untuk mencapai tujuan bersama.
4. Dalam mewujudkan disiplin
kelas, setiap murid diperlakukan secara adil
Apabila sanksi hendak
diberikan, maka sanksi tersebut harus konsekwen artinya tidak membeda-bedakan
antara anak yang satu dengan anak yang lain. Jangan anak yang satu diberikan
sanksi yang lebih berat jika dibandingkan dengan anak yang lainnya, padahal
pelanggaran yang dilakukan adalah sama.
8.5 STRATEGI PENANAMAN DAN PENANGANAN DISIPLIN
KELAS
8.5.1
Pandangan Terhadap Penanaman dan Penanganan Disiplin Kelas
1. Pandangan
yang mengatakan bahwa Guru harus berusaha agar siswa harus mengerjakan apa yang
diinginkan
oleh Guru
2. Berbeda dengan pandangan pertama, yang berfokus pada
guru, Khon (1996) menegaskan bahwa guru seharusnya mulai dengan pertanyaan ”Apa
yang diperlukan oleh anak-anak dan bagaimana cara saya untuk memenuhi kebutuhan
tersebut ?”.
3. Pandangan yang mengatakan bahwa pendekatan yang
berhasil dalam membangun disiplin adalah pendekatan yang menghormati hak
individu, mendorong peningkatan konsep diri siswa, serta memupuk kerja sama
4. Pandangan lain yang sejalan dengan pandangan 2 dan 3
adalah pandangan humanistik, yaitu pandangan yang menekankan kemanusiaan.
5. Pandangan terakhir adalah pandangan kaum
behavioristik, yang berpendapat bahwa perilaku dapat dipelajari dan dikontrol.
Hukuman dan penguatan adalah 2 hal yang dianjurkan untuk digunakan dalam
menegakkan disiplin. Dengan memberikan penguatan perilaku yang diharapkan dapat
ditingkatkan, sedangkan dengan memberikan hukuman, perilaku yang kurang baik
dapat dihilangkan.
8.5.2
Strategi Penanaman Terhadap Disiplin Kelas
Beberapa teknik yang dapat membantu penanaman disiplin
kelas sebagai berikut:
• Tepat waktu dan
mulailah pelajaran sesegera mungkin
• Siapkan rencana pelajaran dan informasikan kepada para
siswa kapan, dan dimana aktifitas itu dikerjakan
• Lakukan sesuatu dengan aturan dan pelaksanaan yang sama
dan konsisten tidak mengancam dan
menantang para siswa
• Hindari adanya
siswa favorit dalam kelas
• Menjalin
hubungan kerja sama dengan orang tua
8.5.3 Strategi
Penanganan Disiplin Kelas
Penanganan disiplin kelas perlu dilaksanakan secara penuh
kehati-hatian dan demokratis. Cara-cara penanganan dilaksanakan secara bertahap
dengan tetap memperhatikan jenis gangguan yang ada dan siapa pelakunya,
apakah dilakukan secara kelompok atau individu.
Langkah tersebut mulai dari tahapan pencegahan sampai
cara tahapan penyembuhan, dengan tetap bertumpuh pada penekanan substansinya bukan
pada pribadi peserta didik.
1. Pencegahan
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam tahap ini adalah
penciptaan suasana kelas, ketepatan perencanaan,
dan intruksional. Pemberian catatan yang bersifat memberi
dorongan pada pekerjaaan peserta didik sangatlah membantu.
2. Pemeliharaan
Pemeliharaan perilaku pada umumnya harus sejalan dengan
pedoman yang telah ditetapkan agar peserta didik dapat menjalankan
tugas-tugasnya. Pedoman itu harus memenuhi kepatuhan,
kebermaknaan, dan kepraktisan ke arah belajar aktif.
3. Campur Tangan (intervensi)
Dalam fase campur tangan ini hendaknya dicari teknik yang
efektif dan dilakukan secara hemat dan penuh pertimbangan.
Campur tangan lebih dilakukan pada gejala utamanya dari
pada kepada perilaku menyimpangnya.
4. Pengaturan
Tujuan pengaturan perilaku adalah mengurangi kesalahan
pelaksanaan pengembangan kecakapan peserta didik. Fase ini merupakan fase
penting dalam pencapaian tujuan dari pada peserta didik. Guru dapat membantu
peserta didik menyadari bahwa perilaku memiliki konsekuensi dengan kehidupan
mereka.
DAFTAR PUSTAKA
Winataputra, H. Udin S.
2007. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta:
Universitas Terbuka.
Syarifudin, Suprdi , dkk.
2010. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta:
Diadit Media.
Djamarah, Syaiful Bahri
dan Zain Aswan. 2010. Strategi belajar
mengajar. Jakarta: Rineka
Cipta.
Depdikbud, 1990. Pedoman
Proses Belajar Mengajar di Sekolah Dasar, Dirjen Pendidikan Dasar dan
Menengah.
Glesser, William, 1985. Control theory theory in the Classroom, Harper and Winston. New York.
Hamalik, O, 1990. Pendekatan
Baru Mengajar berdasarkan CBSA. Sinar Baru Bandung.
Nasution, S, 1982. Berbagai
Pendekatan dalam Proses Belajar dan Mengajar. Bumi Aksara.
Joni, TR, 1982. Strategi Belajar Mengajar, Dirgen Dikti.
Semiawan, C, DKK, 1987. Pendekatan Keterampilan Proses, Gramedia
Arif
S. Sadiman, dkk. 1990. Media Pendidikan: Pengertian, Pengembangan, dan
Pemanfaatannya. Jakarta: CV Rajawali.
Hernawan,
Asep Herry. 2003. Ketrampilan Dasar Mengajar. Jakarta: Universitas
Terbuka.
Oemar,
Hamalik. 1986. Media Pendidikan. Bandung: Alumni.